Hasil Uji Hipotesis Tiga

141 dapat mempengaruhi proses kognitif yang berat. Proses kognitif tersebut juga mempengaruhi penilaian akhir pada tes. Tingkat kompleksitas soal yang tergolong tinggi menjadi sumber intrinsic cognitive load. Intrinsic cognitive load ini juga dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya germane cognitive load . Akibatnya pengelolaan informasi materi pembelajaran, tidak optimal diolah oleh working memory Retnowati, 2016: 2.

3. Hasil Uji Hipotesis Tiga

a. Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Pengujian hipotesis yang ketiga ini dilakukan untuk menguji perbedaan efektivitas model pembelajaran ditentukan oleh interaksi antara model dan materi ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi. Setelah dilakukan uji hipotesis, diketahui bahwa model dan materi pada kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah tidak memiliki interaksi yang signifikan. Analisis selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pengaruh dari interaksi antara model dan materi pembelajaran pada efektivitas pembelajaran di kedua model. Pengaruh interksi tersebut tidaklah besar bahkan mendekati nol. Artinya, hampir tidak ada pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa tidak ada interaksi yang ditemukan secara signifikan. 142 Walaupun tidak memiliki interaksi namun dapat diketahui bahwa pada kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah di semua materi, kelas eksperimen dengan model pembelajaran STAD-PBL memiliki skor lebih baik daripada kelas eksperimen model pembelajaran individu-CLT. Hal ini terjadi diduga karena pengaruh dari redundancy effect dan split attention yang terjadi selama proses pembelajaran. Keduanya ini timbul akibat rangkuman. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa alokasi waktu untuk rangkuman dialihkan menjadi bersamaan dengan pengerjaan LKS. Sehingga mempengaruhi pengelolaan informasi, pemahaman serta skor yang didapatkan oleh siswa. b. Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Lain halnya pada kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Terdapat interaksi pada materi kedua dan materi ketiga. Jika diukur berapa besar pengaruh interaksi tersebut, maka hasil yang didapat adalah pengaruh yang ditimbulkan tidak begitu besar. Hal ini dikarenakan interaksi hanya terdapat pada materi kedua dan materi ketiga. Tidak semua materi mengalami interaksi secara bersamaan. Interaksi tersebut menggambarkan bahwa model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL lebih unggul pada materi kedua sedangkan pada materi ketiga justru sebaliknya. Terdapat interaksi pada keduanya, diduga karena adanya redundancy effect serta split 143 attention yang berasal dari rangkuman. Pada pertemuan materi LKS kedua, siswa mempelajari rangkuman tersebut bersamaan dengan pengerjaan LKS sedangkan pertemuan materi ketiga tidak. Rangkuman untuk materi kedua dan materi ketiga digabung menjadi satu bendel. Hal ini dibuat dengan pertimbangan waktu yang tidak mencukupi apabila pada pertemuan ketiga harus ada alokasi waktu tersendiri untuk membaca rangkuman. Sehingga peneliti memutuskan untuk menggabung kedua materi rangkuman tersebut. Materi ketiga dipelajari pada pertemuan sebelumnya sehingga tidak berlangsung bersamaan dengan pengerjaan LKS ketiga. Hasilnya siswa pada kelas bermodel pembelajaran individu- CLT, dapat mengaplikasikan sifat dan pengertian pada materi ketiga lebih baik dibandingkan kelas STAD-PBL. Hal tersebut dikarenakan siswa telah mempelajari dulu konsep penting dari rangkuman. Walaupun pengerjaan LKS ketiga terlaksana pada pertemuan berikutnya. Rangkuman tidak menimbulkan redundancy effect dan juga split attention sehingga pengelolaan informasi pada LKS menjadi optimal. Akibatnya penerapan konsep tersebut pada soal kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi juga optimal. Namun, jika dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah materi ketiga, model pembelajaran individu-CLT justru lebih rendah dari model pembelajaran STAD- PBL. Hal ini diduga karena siswa lebih terpaku pada cara melukis dan mengabaikan penerapan sifat yang ada pada rangkuman. 144 Seperti yang diketahui bahwa soal pemecahan masalah tingkat rendah hanya mencakup tiga tingkatan awal kognitif pada Taksonomi Bloom versi revisi Anderson dan Karthwohl, 2012: 100-102. Artinya, tingkat kesulitan soal tersebut persis sama dengan yang baru mereka pelajari, dalam hal ini pada LKS. Sehingga siswa diduga lebih terfokus pada penerapan cara melukis untuk mesalah dengan level yang sama pada LKS. Kembali pada pembahasan kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Tidak terlihat interaksi yang muncul pada materi pertama. Jika diamati melalui digram garis, maka model pembelajaran STAD-PBL lebih baik secara signifikan daripada model pembelajaran individu-CLT. Hal ini disebabkan karena pada saat pengerjaan LKS yang pertama, rangkuman dipelajari secara bersamaan. Akibatnya terjadi redundancy effect dan split attention seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, keefektifan pembelajaran antara kedua model cenderung dipengaruhi oleh tingkat kesulitan materi soal, redundancy effect, dan split attention yang timbul pada saat proses pembelajaran. Lain halnya dengan model pembelajaran, yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitasnya. Namun, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STAD-PBL lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran individu-CLT. Hal tersebut telah ditinjau baik dari kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan juga tingkat tinggi. 148 DAFTAR PUSTAKA Adinawan, M., Sugijono, S. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Amin, A., Desi, C., Risdanila. 2015. Penerapan model Problem Based Learning PBL pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 20142015. Lubuklinggau: STKIP-PGRI Lubuklinggau. Anderson, L., Krathwohl, D. 2010. Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arrends, R. 2007. Learning to teach. New York: The McGraw-Hill. Bell, F.H. 1978. Teaching and learning mathematics in secondary school. New York: Wm C Brown. BNSP. 2006. Standar isi untuk pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BNSP. Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the behaviorial sciences 2nd ed.. New Jersey: Lawrence Elbraum. Creswell, J. 2012. Educational research planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research. Boston: Pearson. Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 mata pelajaran matematika SMPMTs. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional. Field, A. 2005. Discovering statistic using SPSS. California: Sage. Hamalik, O. 2005. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hariyanto, H., Suyono, S. 2011. Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep dasar. Bandung: Rosdakarya. Hariyanto, H., Warsono, W. 2012. Pembelajaran aktif teori dan asesmen. Bandung: Rosdakarya. Hudojo, H. 2003. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: JICA FMIPA Universitas Negeri Malang. Jihad, A., Haris, A. 2013. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. 149 Johnson, D., Johnson, R. 1994. Learning together and alone: cooperative, competitive, and individualistic learning. Boston: Allyn Bacon. Kalyuga, S. 2009. Instructional design for the development of transferable knowledge and skills: a cognitive load perspective. Computers in human behavior , 25 2009, 332-338. Kertu, N.W., Dantes, N., Suami, N.K. 2015. Pengaruh program pembelajaran individual berbantuan media permainan dakon terhadap minat belajar dan kemampuan berhitung pada anak tunagrahita sedang SLB C1 Negeri Denpasar tahun pelajaran 20142015. E-journal program pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha program studi penelitian dan evaluasi pendidikan , 5 1, 1-11. Kirschner, F., Paas, F., Kirschner, P. 2009. Individual and group-based learning from complex cognitive task: effect on retention and transfer efficiency. Computer in human behavior , 25 2009, 306-314. Krulick, S., Rudnick, J. 1995. The new sourcebook for teaching reasoning and problem solving in elementary school. Boston: Allyn Bacon. Marsigit, M. 2003. Revitalisasi pendidikan matematika. Yogyakarta: FPMIPA IKIP Yogyakarta. Merriënboer, J., Schuurman, J., Croock, M. d., Paas, F. 2002. Redirecting learners attention during training: effect on cognitive load, transfer test performance and training efficiency. Learning and instruction , 12 2002, 11-37. Herman, T., Nurjanah,N., Prabawanti, S., Rohayati, A., Suhendra, S., Suherman, E., Suryadi, D., Turmudi, T. 2001. Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Turmudi, Penyunt. Bandung: JICA FPMIPA UPI. Nazir, M. 2005. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. NCTM. 2000. Learning mathematics for a new century. 2000 yearbook. NCTM: Reston V A Poedjiaji, A. 2005. Sains teknologi masyarakat model pembelajaran kontekstual bermuatan nilai. Bandung: Rosdakarya. Radite, R. Wutsqa, D. U. 2013. Keefektifan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ditinjau dari keterampilan sosial dan prestasi belajar. E- 150 journal Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Matematika-S1 , II Mei – Juni 2013 3. Retnowati, E. 2008. Keterbatasan memori dan implikasinya dalam mendesain metode pembalajaran matematika. Prosiding seminar nasional matematika dan pendidikan matematika 2008 hal. 1-13. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika UNY. Retnowati, E. 2009. Toward the improvement of group learning using goal-free problems. Proceeding of international seminar on education responding to global education challenges hal. 248-260. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Retnowati, E., Sugiman, S., Murdanu, M. 2015. Efektivitas goal-free problems dalam pembelajaran matematika kolaboratif ditinjau dari muatan kognitif dan kemampuan transfer pengetahuan. Laporan Penelitian Dosen Muda Matematika FMIPA UNY. Retnowati, E. 2016. Faded-example as a tool to acquire and automate mathematics knowledge. Proceeding of international conference on mathematics, science, and education. Semarang: FMIPA UNNES. Rofiq, M.N. 2010. Pembelajaran kooperatif cooperative learning dalam pengajaran pendidikan agama Islam. Falasifa , 1 1, 1-14. Rusman, R. 2011. Model-model pembelajaran: membangun profesionalisme guru. Jakarta: Grafindo Persada. Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan pembelajaran: teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Jakarta: Kencana. Setyo, A. 2011. Pelajaran bermakna berpendekatan sets pada pelajaran biologi untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Bioma, 1 2, 161- 170. Slavin, R. E. 2005. Cooperative learning teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media. Slavin, R. E. 2008. Psikologi pendidikan: teori dan praktik jilid 1. Jakarta: Indeks. 151 Slavin, R.E., Sharan, S., Kagan, S., Hertz-Lazarowitz, R., Webb, C., Schmuck, R. 1985. Learning to cooperate, cooperating to learn. New York: Springer. Sugiyono, S. 2012. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Suparno, S. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suprijono, A. 2013. Cooperative learning: teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surya, E. 2011. Peningkatan representasi visual thinking matematika siswa SMP 11 Medan dengan melatih keterampilan menggambar dan pendekatan kontekstual. Medan: Universitas Negeri Medan. Suwarto, S. 2010. Mengungkap karakteristik tes uraian. Widyatama , 19 2, 91- 106. Sweller, J. 1998. Cognitive architecture and instructional design. Educational psychology review , 10 3, 251-296. Sweller, J., Ayres, P., Kalyuga, S. 2011. Cognitive load theory. New York: Springer. Thobroni, M., Mustofa, A. 2013. Belajar pembelajaran: pengembangan wacana dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wena, M. 2009. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Widjajanti, D. 2011. Strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah. Prosiding semnas matematika dan pendidikan matematika 2008 hal. 1- 10. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Widoyoko, E. P. 2009. Evaluasi program pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 152 Lampiran 153 Lampiran 1. Jadwal Penelitian 154 Lampiran 1. 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Hari, tanggal Kelas Materi 1. Kamis, 4 Mei 2016 VIII C Pretest non-eksperimen 2. Jum’at, 13 Mei 2016 VIII D Pretest non-eksperimen 4. Rabu, 18 Mei 2016 VIII C 1. Mempelajari materi pertama, yakni materi melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. 5. Kamis, 19 Mei 2016 VIII C 1. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi pertama 2. Mempelajari materi dua, yakni materi melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran VIII D 1. Mempelajari materi pertama, yakni melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. 2. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi pertama 6. Jum’at, 20 Mei 2016 VIII C 1. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi dua. 2. Mempelajari materi tiga, yakni materi melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran VIII D 1. Mempelajari materi dua, yakni materi melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran 155 7. Sabtu, 21 Mei 2016 VIII D 1. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi dua. 2. Mempelajari materi tiga, yakni materi melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran 8. Rabu, 25 Mei 2016 VIII C 1. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi tiga. 9. Kamis, 26 Mei 2016 VIII D 1. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tinggi materi tiga. 156 Lampiran 2. Instrumen Penelitian 2.1 RPP Kelas Eksperimen Individu-CLT 2.2 RPP Kelas Eksperimen kooperatif STAD-PBL 2.3 LKS Kelas Eksperimen individu-CLT 2.4 LKS Kelas Eksperimen kooperatif STAD-PBL 2.5 Rangkuman 2.6 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Pertama 2.7 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Dua 2.8 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Tiga 2.9 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Materi Pertama 2.10 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Materi Dua 2.11 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Materi Tiga 2.12 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Individu-CLT 2.13 Rekap Penilaian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Individu-CLT 2.14 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD-PBL 2.15 Rekap Penilian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD-PBL L S K I A Lampiran 2. Standar Ko Kompetens Indikator Alokasi Wa

A. Tuju

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

1 6 793