Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Perangkat Pembelajaran

50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji perbedaan keefektifitasan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Team Achievement Division dengan model pembelajaran individual berbasis CLT Cognitive Load Theory untuk siswa SMP ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dikontrol sedemikian rupa untuk mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masalah. Fokus pada penelitian ini juga pada hubungan antar variabel dalam membuat keputusan yang melibatkan kelompok-kelompok yang dipilih secara acak. Hal-hal tersebut sangat berkaitan erat dengan metode penelitian eksperimen. Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen tepatnya penelitian eksperimen semu atau quasi experiment Sugiyono, 2012: 109.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII C dan VIII D SMP N 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 4 Mei 2016 sampai dengan 26 Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Jenis populasi pada penelitian ini adalah populasi sampling. Menurut Nazir 2005: 271, populasi ini adalah jenis populasi yang 51 banyak anggotanya tidak diketahui secara pasti atau tidak terbatas. Namun populasi ini ditentukan dari kemampuan subjek yang masuk populasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP yang belum mempelajari materi geometri garis singgung lingkaran.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Pada pada jenis pengambilan sampel ini, peneliti memilih partisipan tertentu karena mereka bersedia Creswell, 2012: 145-146. Partisipan yang menjadi sampel pun belum mempelajari materi melukis garis singgung sehingga mewakili populasi. Selain itu, peneliti memiliki izin dan persetujuan dari pihak sekolah. Teknik ini pun merupakan teknik yang paling mudah serta membutuhkan waktu yang sedikit. Kelas yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VIIIC dan VIII D SMP N 1 Ngemplak. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 55 orang siswa. Kedua kelas tersebut diberikan perlakuan berbeda. Kelas VIII C diberi perlakuan berupa model pembelajaran individual berbasis Cognitive Load Theory CLT. Kelas VIII D diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif model Student Team Achievement Division STAD dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning PBL. 52

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dua bagian, yaitu: 1 model pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Team Achievement Division dengan pendekatan Problem Based Learning PBL 2 model pembelajaran individual berbasis Cognitive Load Theory CLT. b. Variabel bebas lain yang digunakan sebagai tinjauan untuk menganalisis kemampuan pemecahan siswa adalah materi. Materi pada penelitian ini adalah materi garis singgung lingkaran. Materi ini merupakan salah satu materi yang tergolong kompleks dan membutuhkan berbagai kombinasi serta aturan yang diterapkan sesuai dengan kegiatan pemecahan masalah. Siswa harus mengaplikasikan hubungan-hubungan antar objek geometri serta sifat dan pengertian-pengertiannya. Ada tiga bagian materi dalam penelitian ini, yakni: 1 melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran 2 melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran 53 3 melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Ketiga materi tersebut dipelajari oleh kedua kelas eksperimen dengan alokasi waktu pembelajaran dan tingkat kesulitan yang sama.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP. Dalam hal ini, kemampuan pemecahan masalah yang akan dianalisis ada dua, yakni sebagai berikut. 1 Kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah Kemampuan ini diukur dengan menggunakan soal retention test. Tipe soal yang digunakan merupakan soal yang mengukur kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, serta mengaplikasikan konsep materi yang mereka pelajari saat proses pembelajaran. Level kesulitan yang diterapkan pada soal ini sama dengan level kesulitan soal yang ada pada masing-masing LKS. 2 Kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi Kemampuan ini diukur dengan menggunakan soal transfer test. Tipe soal yang digunakan merupakan soal yang mengukur kemampuan analisis dan kreatifitas siswa dalam melukis garis singgung lingkaran. Level kesulitan yang diterapkan pada soal ini lebih sulit dari level soal tes sebelumnya dan level kesulitan soal 54 pada masing-masing LKS. Dalam tes ini, siswa sangat mungkin menyelesaikan masalah melukis garis singgung dengan cara yang berbeda dari urutan langkah pada aplikasi, namun tetap pada koridor konsep dan indikator yang sama.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol berfungsi untuk mengeliminasi adanya kemungkinan atau faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen Field, 2005: 117. Variabel ini bukan variabel inti yang menjadi perhatian dalam menjelaskan hasil. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah a. Alokasi waktu per materi yang dibuat sama pada masing-masing kelas eksperimen b. Soal tes yang sama c. Pengajar yang sama.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar meminimalisir perbedaan pandangan, maka peneliti memberikan batasan definisi operasional pada variabel-variabel yang akan diteliti. Beberapa diantaranya akan dijelaskan melalui rancangan RPP dan LKS secara spesifik, misal dalam hal model pembelajaran.

1. Keefektifan Pembelajaran Matematika

Keefektifan pembelajaran matematika adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam 55 penelitian ini, keefektifan model pmebelajaran ditinjau dari seberapa tinggi hasil tes kemampuan pemecahan masalah.

2. Pretest dan Pembahasan

Peneliti perlu mengetahui apakah prior-knowledge kedua kelas eksperimen sama atau tidak sebelum eksperimen dimulai. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pretest. Soal pretest berkaitan dengan cara melukis sebuah busur lingkaran, melukis sumbu dan lain-lain seperti yang telah dipaparkan pada Bab II. Melalui pretest tersebut akan diketahui pemahaman siswa tentang prior-knowledge yang diperlukan dalam materi pembelajaran. Soal pretest tersebut dibahas secara bersama-sama di masing-masing kelas eksperimen agar siswa memiliki prior-knowledge yang baik. Perlu diketahui bahwa kegiatan pretest dan pembahasannya merupakan kegiatan non-eksperimental. Karena fungsinya hanya untuk mengetahui tingkat pemahaman prior-knowledge yang diperlukan untuk materi pembelajaran melukis garis singgung lingkaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan

PBL Dalam penelitian ini, model pembelajaran STAD diterapkan pada kelas VIII D dari pertemuan pertama hingga terakhir. Susunan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan RPP adalah sebagai berikut. a. Pada tahapan awal pembelajaran, diadakan apersepsi yang berupa penyampaian tujuan, motivasi, dan juga pertanyaan sederhana 56 seperti, “apakah kalian mengetahui apa itu garis singgung lingkaran?”, dan lain sebagainya. b. Penyajian Materi Informasi di sini berbentuk rangkuman yang hanya meliputi pengertian dan sifat-sifat garis singgung saja. Informasi ini berfungsi sebagai bekal atau pengetahuan awal bagi siswa untuk mengetahui cara melukis garis singgung. Bagian pembelajaran ini dilakukan sebelum pembentukan kelompok dimulai dengan alokasi waktu 4 menit. c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Siswa pada kelas ini dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Pembagian siswa didasarkan pada nilai kemampuan matematika yang didapatkan dari guru mata pelajaran yang bersangkutan. Setiap kelompok adalah homogen, sedangkan tiap anggota per kelompok adalah heterogen. Artinya setiap kelompok memiliki satu atau dua orang yang memiliki kemampuan matematika cukup tinggi, sedangkan anggota lainnya memiliki kemampuan sedang hingga rendah. d. Kegiatan pengerjaan LKS secara berkelompok Setelah setiap kelompok menempatkan dirinya masing- masing, LKS lalu dibagikan kepada setiap kelompok. LKS yang dipelajari berbasis PBL. Langkah-langkahnya menurut John Dewey adalah sebagai berikut. 57 1 Merumuskan masalah Siswa diberikan sebuah permasalahan yang berbeda pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa diberikan sebuah permasalahan tentang materi satu, yaitu melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Saat pertemuan kedua, permasalahan yang dimunculkan adalah melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Materi pada pertemuan terakhir menghadirkan permasalahan tentang melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. 2 Menganalisis masalah Siswa mengingat kembali hubungan antara sifat-sifat dan pengertian garis singgung dengan masalah setelah memahami permasalahan yang ada pada LKS. Siswa harus mengingat sifat-sifat dan pengertian garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran agar dapat menyelesaikan LKS materi pertama. Begitu juga dengan materi kedua dan ketiga. Siswa harus mengingat sifat-sifat serta pengertian garis singgung persekutuan dalam dan luar dua buah lingkaran. 3 Merumuskan hipotesis Siswa lalu menduga dan mencoba menyusun rencana penyelesaian. Hal ini dapat berupa sketsa sementara atau dalam bentuk kata-kata. 58 Pada materi satu, siswa dapat membuat sketsa sementara garis singgung yang ditarik dari satu titik di luar sebuah lingkaran. Siswa pun dapat menambahkan keterangan berupa sifat-sifat atau objek-objek geometri yang terdapat pada sketsa. Begitu juga pada materi kedua, yaitu garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran dan materi ketiga, garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. 4 Mengumpulkan data Siswa lalu memperhatikan kembali objek geometri apa saja yang seharusnya ada ketika dihubungkan dengan sifat atau pengertian garis singgung lingkaran. Misal, pada materi pertama, siswa harus memperhatikan titik di luar sebuah lingkaran dan garis yang menyinggung keduanya. Pada materi kedua dan ketiga, siswa harus memperhatikan hubungan antara garis singgung dan garis sentral yang menghubungkan kedua lingkaran. Setelah itu siswa menyesuaikan hubungan tersebut dengan masing-masing pengertian garis singgungnya. 5 Pengujian hipotesis Setelah memeriksa perencanaan penyelesaian masalah, siswa lalu menguji hipotesis tersebut dengan melukis garis singgung lingkaran. Perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan cara mereka masing-masing sesuai dengan sifat 59 dan juga pengertiannya. Pada materi pertama siswa menguji perencanaan yang mereka susun menjadi sebuah garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Materi kedua siswa melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Kegiatan melukis ini didasarkan pada langkah-langkah PBL sebelumnya. Hal serupa juga dilakukan pada pertemuan ketiga, materi garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. 6 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah Diakhir pembelajaran siswa menyimpulkan tentang hubungan sifat-sifat garis singgung dan pengertiannya serta lukisan yang siswa buat. Kesimpulan ini dibuat sesuai dengan materi pembelajaran yang telah siswa dapatkan pada masing- masing pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang telah mereka pelajari tentang melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Pertemuan kedua siswa menyimpulkan perbedaan dari materi melukis pertama dengan materi melukis kedua. Pertemuan ketiga siswa menyimpulkan apa perbedaan melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran dengan garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. 60 Pada kegiatan mengerjakan LKS ini, guru tidak memberikan petunjuk apapun selain teknis pengerjaan LKS. Apabila terdapat pertanyaan dari siswa mengenai konten materi, maka siswa tersebut harus membaca lagi petunjuk yang tertera pada gambar tersebut. e. Presentasi Setelah siswa mengerjakan LKS, guru memilih satu siswa secara acak untuk presentasi berdasarkan daftar nama pada presesnsi kelas. Nama yang dipanggil tersebut akan mewakili kelompoknya dalam presentasi. f. Kuis Setelah presentasi selesai, siswa kembali ke tempat duduk semula dan diberikan kuis. Kuis yang dilaksanakan pada penelitian ini ada dua, yakni: 1 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah; 2 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Kedua tes ini masing-masing berisi 1-2 masalah melukis garis singgung lingkaran. Siswa mengerjakan kuis secara individu. Kuis ini akan dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Berdasarkan akumulasi nilai individu tes ini, akan diumumkan kelompok terbaik setiap pertemuan. g. Penghargaan Penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik. Kelompok terbaik ditentukan berdasarkan nilai kuis atau tes individu lalu di akumulasikan dengan nilai-nilai anggota kelompok lainnya. Nilai 61 akumulasi kelompok yang paling besar akan mejadi indikator kelompok terbaik. Penghargaan idealnya diberikan setiap akhir pertemuan, karena kuis diadakan pada tiap pertemuan juga. Namun, mempertimbangkan alokasi waktu yang sempit, maka penghargaan diberikan satu hari setelah penelitian selesai. h. Penutup Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan apa yang mereka pelajari pada pertemuan itu. Siswa tidak diberikan pekerjaan rumah. Tahapan-tahapan ini berlaku untuk setiap pertemuan pada saat eksperimen berlangsung yang membedakan hanya pada materi yang dipelajari.

3. Model Pembelajaran Individual Berbasis Cognitive Load theory CLT

Model pembelajaran individual yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran langsung pada kelas VIII C. Pembelajaran langsung yang diterapkan merupakan pembelajaran langsung yang positif atau berpusat pada siswa. Secara garis besar, pelaksanaan RPP untuk model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. a. Apersepsi Pada tahapan awal pembelajaran, diadakan apersepsi yang berupa penyampaian tujuan, motivasi, dan juga pertanyaan sederhana seperti, 62 “apakah kalian mengetahui apa itu garis singgung lingkaran?”, dan lain sebagainya. b. Penyajian Materi Tahap ini menggunakan rangkuman untuk mengenalkan pengertian dan sifat garis singgung lingkaran sedangkan cara melukis dipelajari saat mengerjakan LKS secara individual. Rangkuman ini diberikan sebelum kegiatan mengerjakan LKS. Waktu yang diberikan, yakni 4 menit. c. Pengembangan Tahap ini termasuk dalam kegiatan pengerjaan LKS. Karena pada tahapan ini siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan melukis garis singgung. LKS yang digunakan pada model pembelajaran individual ini berbasis CLT. Langkah-langkah LKS ada 3, namun yang relevan dengan tahapan ini adalah worked example. Pada langkah ini siswa diberikan petunjuk melukis garis singgung lingkaran secara lengkap. Mulai dari materi pertama samapi materi ketiga. Materi pertama, siswa dijelaskan secara eksplisit langkah-langkah melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Siswa mengikuti langkah-langkah tersebut dan berlatih melukis. Setelah selesai mengerjakan worked example, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru untuk memeriksa hasil lukisan mereka. 63 Hal yang sama dilakukan saat materi kedua dan ketiga. Namun ada beberapa perbedaan langkah melukis, karena garis singgung yang dibuat berbeda tipe. d. Latihan Terbimbing Tahap ini juga termasuk dalam pengerjaan LKS. Latihan terbimbing yang dimaksudkan di sini adalah latihan yang memiliki bimbingan langkah walaupun tidak semua langkah tercantum pada petunjuk dalam LKS. Hal ini bertujuan agar siswa berlatih lebih baik. Langkah-langkah CLT yang relevan dengan tahap ini adalah completion problem. Pada tahapan ini, walaupun contoh penyelesaian soal memiliki level yang sama, namun siswa tidak diperbolehkan melihat petunjuk, penyelesaian, pada tahap sebelumnya, yakni worked example. Pada langkah ini, penyelesaian yang disediakan tidak lengkap sehingga siswa dapat melengkapi bagian yang kosong sebagai bentuk latihan. Siswa diberikan completion problem pada aktivitas II di LKS di setiap materi pembelajaran. Setelah selesai, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru sebagai acuan untuk mengoreksi, apakah lukisan mereka benar atau tidak. e. Latihan Mandiri Tahap selanjutnya yaitu latihan mandiri. Latihan yang dimaksud di sini adalah proses di mana siswa berlatih menyelesaikan permasalahan melukis garis singgung lingkaran tanpa adanya petunjuk sama sekali. 64 Langkah CLT yang relevan dengan tahapan ini adalah problem solving. Pada langkah ini siswa benar-benar menyelesaiakan soal secara mandiri dan tidak melihat contoh penyelesaian pada tahap- tahap sebelumnya. Hal ini berlaku dari materi pertama hingga materi ketiga. Setelah selesai, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru sebagai acuan untuk mengoreksi, apakah lukisan mereka benar atau tidak. f. Kesimpulan Sebenarnya tahapan ini dilaksanakan sebelum latihan mandiri dan setelah latihan terbimbing diadakan. Namun, karena basis yang digunakan di sini adalah CLT dan kesimpulan disertakan pada akhir pengerjakan LKS, maka simpulan yang ada pada tahapan pembelajaran diaplikasikan setelah siswa mengerjakan ketiga langkah pada LKS, yakni 1 worked example; 2 completion problem; dan 3 problem solving. Pada materi pertama siswa diharapkan dapat memahami cara melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Untuk materi kedua siswa diharapkan dapat memahami perbedaan materi satu dengan materi kedua. Begitu juga pada materi ketiga, dimana siswa memahami perbedaan antara garis singgung persekutuan dalam dan luar dua buah lingkaran serta cara melukisnya. 65 g. Evaluasi Setelah proses pengerjaan LKS secara individu selesai siswa lalu mengerjakan tes. Ada dua tes, yakni: 1 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah; 2 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Kedua tes ini berisi 1-2 masalah melukis garis singgung lingkaran. Siswa mengerjakan kuis atau tes ini secara individu. Kuis ini akan dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Tidak ada penghargaan yang diberikan seperti pada model pembelajaran STAD. h. Penutup Siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan apa yang mereka pelajari pada pertemuan itu. Siswa tidak diberikan pekerjaan rumah. Guru hanya memberikan petunjuk mengenai sistematika teknis dalam pengerjaan LKS sedangkan pertanyaan yang berhubungan dengan isi LKS, siswa harus mengerjakannya sendiri. Tahapan- tahapan ini berlaku untuk setiap pertemuan pada saat eksperimen berlangsung yang membedakan hanya pada materi yang dipelajari.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

a Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan pemecahan masalah yang diukur 66 dalam penelitian ini ada dua, yakni kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tingkat tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II bahwa kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah diukur berdasarkan 3 tingkatan awal Taksonomi Bloom versi revisi. Tingkatan tersebut adalah: 1 mengingat; 2 memahami; dan 3 mengaplikasikan. Kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi diukur berdasarkan 3 tingkatan akhir setelahnya. Ketiga tingkatan tersebut, antara lain: 4 menganalisis; 5 mengevaluasi; dan 6 membuat. Indikator pemecahan masalah yang diacu dalam penelitian ini merupakan indikator secara khusus yang merujuk pada sifat-sifat garis singgung lingkaran.

F. Desain Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu, dengan menggunakan desain Posttest-Only Group Design. Prosedur dalam penelitian adalah sebagai berikut. a. Adanya kegiatan pretest dan pembahasannya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang prior-knowledge dalam hal melukis garis singgung lingkaran, seperti melukis sebuah busur lingkaran, melukis dua garis yang saling sejajar, dan melukis dua garis yang saling tegak lurus. Kegiatan ini dilaksanakan di kedua kelas eksperimen. Namun, kegiatan bukan merupakan bagian dari eksperimen. Nilai dari pretest 67 tidak digunakan sebagai data karena pertimbangan pelaksanaan kegiatan yang singkat sehingga tidak menggambarkan kemampuan matematika secara keseluruhan. b. Peneliti mengumpulkan data rerata nilai siswa sebelum eksperimen dari guru mata pelajaran matematika. Fungsinya adalah sebagai berikut. 1 Pembagian kelompok pada kelas VIII D dengan model pembelajaran STAD 2 Menguji homogenitas antara kedua kelas. Walaupun sampel diambil secara acak dan telah diasumsikan bahwa variansi dari masing-masing kelas adalah homogen, namun tetap dilakukan uji secara statistik untuk menjamin homogenitasnya. c. Melakukan pembelajaran sesuai langkah pada masing-masing model pembelajaran yang diterapkan pada kelas VIII C dan VIII D. Banyaknya pertemuan adalah tiga kali sesuai dengan banyaknya materi yang dibahas. d. Siswa mengerjakan tes pada tiap pertemuan setelah melakukan pembelajaran. Tes tersebut terdiri dari dua bagian, yakni sebagai berikut. 1 Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah Tes ini yang berfungsi untuk mengukur pemecahan masalah yang tingkat kesulitannya seperti pada LKS atau tingkat rendah 68 2 Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi Tes ini berfungsi untuk mengukur pemecahan masalah yang tingkat kesulitannya lebih dari LKS dan lebih aplikatif atau tingkat tinggi.

2. Desain Eksperimen

Desain eksperimen untuk menggambarkan penelitian yang dilakukan dijabarkan pada Tabel 3.1. Keterangan: A : Pembelajaran matematika yang menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD dengan pendekatan Problem Based Learning PBL B : Pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran individual berbasis Cognitive Load Theory CLT 1 : Materi pembelajaran pada pertemuan pertama, yakni melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. 2 : Materi pembelajaran pada pertemuan dua, yakni melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. 3 : Materi pembelajaran pada pertemuan tiga, yakni melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Kelompok Perlakuan Posttest Perlakuan Posttest Perlakuan Posttest A A A B B B Tabel 3. 1 Desain Eksperimen 69 : Kelas yang diberi perlakuan dengan model STAD dengan pendekatan PBL : Kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran individual berbasis CLT : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan pertama pada kelas A : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan pertama pada kelas B : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan kedua pada kelas A : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan kedua pada kelas B : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan ketiga pada kelas A : Tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan tingkat rendah dan tinggi pada pertemuan ketiga pada kelas B. 70

G. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Penelitian ini menggunakan dua RPP Eksperimen, yakni RPP eksperimen untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD dan RPP eksperimen untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran individual berbasis CLT. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. 2. Lembar Kerja Siswa LKS LKS merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam berkegiatan pada pembelajaran matematika. LKS digunakan agar siswa dapat memecahkan masalah pada materi garis singgung lingkaran. LKS yang digunakan pada masing-masing kelas eksperimen berbeda. LKS untuk kelas dengan model pembelajaran STAD menggunakan langkah-langkah pendekatan PBL sedangkan kelas eksperimen dengan model pembelajaran individual mengunakan tahapan pemecahan masalah berbasis CLT. Kedua jenis LKS tersebut masing- masing disediakan untuk tiga pertemuan. LKS yang digunakan dalam penelitian ini didesain oleh peneliti dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan validator. LKS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. 71

H. Instrumen Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

1 6 793