Model Pembelajaran Student Team Achievement Division STAD

32 pengalaman siswa secara berkelompok. Untuk itulah pembelajaran kooperatif seperti STAD akan menjadi lebih optimal jika didukung dengan pendekatan PBL begitu pula sebaliknya.

c. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division STAD

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah PBL didukung dengan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatiif menurut Rofiq 2010: 2 antara lain meningkatkan rasa percaya diri, mampu mengembangkan kemampuan sosial, serta saling membantu dan bekerja sama antar teman. Hal-hal tersebut sangat mendukung siswa dalam proses pemecahan masalah. Namun, di sisi lain terdapat kekurangan pada pembelajaran kooperatif, yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama, membutuhkan kemampuan khusus guru, dan menuntut sifat tertentu pada siswa, seperti bekerja sama Rofiq, 2010: 9. Arends 2007: 352 mengemukakan bahwa salah satu contoh model pembelajaran kooperatif, yakni STAD Student Team Achievement Divisions. Penggunaan model pembelajaran yang biasa digunakan untuk mempelajari informasi akademik yang baru adalah STAD. Model pembelajaran ini pun merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih sederhana dari pada model pembelajaran kooperatif lain, seperti TGT, TAI, CIRC, GI, Co-op Co-op, dan Jigsaw Johnson dan Johnson, 1994: 113. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL pada salah satu kelas eksperimen. 33 Slavin, Sharan, Kagan, Hertz-Lazarowitz, Webb, dan Schmuck 1985: 68-69 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen penting yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan individual dan penghargaan kelompok. a. Penyajian kelas Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas ini akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis yang juga akan menentukan skor kelompok mereka. Dengan cara ini, siswa akan lebih menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama proses penyajian di kelas karena akan sangat membantu mereka dalam membekali diri untuk mempelajari materi baru pada LKS, mengerjskan kuis, memperoleh skor kuis individu yang akan menentukan skor tim mereka. b. Belajar kelompok Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas empat sampai lima siswa yang heterogen. Pembagian siswa pada setiap kelompok berdasarkan kemampuan matematika pada materi-materi sebelum eksperimen dilaksanakan. Tabel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Selama belajar kelompok, tugas siswa adalah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru untuk menguasi materi dan membantu teman 34 satu kelompoknya untuk menguasai materi tersebut. Hal ini dapat didukung dengan kegiatan presentasi. c. Kuis Menurut Johnson and Johnson 1994: 113 kuis idealnya dilaksanakan per minggu. Namun, kuis pada penelitian ini diadakan pada tiap pertemuan setelah semua langkah pembelajaran dilaksanakan. Kuis digunakan untuk mengetahui efek sebenarnya dari proses pembelajaran yang dilaksanakan terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai skor perkembangan individu dan disumbangkan dalam skor perkembangan kelompok. d. Skor perkembangan individual Setelah diberi kuis, hasil kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Ide yang melatarbelakangi skor perkembangan ini adalah memberi prestasi yang harus dicapai siswa jika ia bekerja keras dan mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Siapapun dapat memberi kontribusi skor maksimal dalam sistem skor ini, tapi tidak siapapun bisa kecuali mereka yang bekerja dengan baik. Masing- masing siswa diberi skor dasar yang berasal dari rata-rata skor yang lalu pada kuis yang serupa. Siswa lalu mendapat poin untuk timnya berdasarkan pada kenaikan skor kuis mereka dari skor 35 dasarnya. Setelah itu, skor diakumulasi per kelompok, skor akumulasi kelompok yang tertinggi merupakan indikasi dari kelompok paling baik Johnson dan Johnson, 1994: 113. Kriteria pemberian poin menurut Slavin 2005: 159 dijabarkan pada Tabel 2.2. Tabel 2. 2 Kriteria Pemberian Poin Kriteria Poin Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna terlepas dari skor awal 30 e. Penghargaan kelompok Tahap terakhir adalah memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. Penghargaan biasanya berupa sertifikat, piagam dan lain sebagainya. Kriteria pemberian penghargaan menurut Slavin 2005: 160 dijabarkan pada Tabel 2.3. Tabel 2. 3 Kriteria Pemberian Penghargaan Skor rata-rata tim Penghargaan 15 Tim Baik 20 Tim Sangat Baik 25 Tim Super Melalui uraian di atas, salah satu pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah PBL. Pendekatan ini akan efektif apabila didukung dengan keenam langkah-langkah yang sudah diuraikan di atas. Selain itu PBL akan optimal apabila mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif di dalamnya, yakni STAD. Model pembelajaran STAD yang 36 efektif apabila dapat mengaplikasikan kelima komponen pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya.

5. Pembelajaran Kognitivisme dengan Model Pembelajaran Individu-

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

1 6 793