Model Pembelajaran Individual Berbasis Cognitive Load theory CLT

61 akumulasi kelompok yang paling besar akan mejadi indikator kelompok terbaik. Penghargaan idealnya diberikan setiap akhir pertemuan, karena kuis diadakan pada tiap pertemuan juga. Namun, mempertimbangkan alokasi waktu yang sempit, maka penghargaan diberikan satu hari setelah penelitian selesai. h. Penutup Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan apa yang mereka pelajari pada pertemuan itu. Siswa tidak diberikan pekerjaan rumah. Tahapan-tahapan ini berlaku untuk setiap pertemuan pada saat eksperimen berlangsung yang membedakan hanya pada materi yang dipelajari.

3. Model Pembelajaran Individual Berbasis Cognitive Load theory CLT

Model pembelajaran individual yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran langsung pada kelas VIII C. Pembelajaran langsung yang diterapkan merupakan pembelajaran langsung yang positif atau berpusat pada siswa. Secara garis besar, pelaksanaan RPP untuk model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. a. Apersepsi Pada tahapan awal pembelajaran, diadakan apersepsi yang berupa penyampaian tujuan, motivasi, dan juga pertanyaan sederhana seperti, 62 “apakah kalian mengetahui apa itu garis singgung lingkaran?”, dan lain sebagainya. b. Penyajian Materi Tahap ini menggunakan rangkuman untuk mengenalkan pengertian dan sifat garis singgung lingkaran sedangkan cara melukis dipelajari saat mengerjakan LKS secara individual. Rangkuman ini diberikan sebelum kegiatan mengerjakan LKS. Waktu yang diberikan, yakni 4 menit. c. Pengembangan Tahap ini termasuk dalam kegiatan pengerjaan LKS. Karena pada tahapan ini siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan melukis garis singgung. LKS yang digunakan pada model pembelajaran individual ini berbasis CLT. Langkah-langkah LKS ada 3, namun yang relevan dengan tahapan ini adalah worked example. Pada langkah ini siswa diberikan petunjuk melukis garis singgung lingkaran secara lengkap. Mulai dari materi pertama samapi materi ketiga. Materi pertama, siswa dijelaskan secara eksplisit langkah-langkah melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Siswa mengikuti langkah-langkah tersebut dan berlatih melukis. Setelah selesai mengerjakan worked example, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru untuk memeriksa hasil lukisan mereka. 63 Hal yang sama dilakukan saat materi kedua dan ketiga. Namun ada beberapa perbedaan langkah melukis, karena garis singgung yang dibuat berbeda tipe. d. Latihan Terbimbing Tahap ini juga termasuk dalam pengerjaan LKS. Latihan terbimbing yang dimaksudkan di sini adalah latihan yang memiliki bimbingan langkah walaupun tidak semua langkah tercantum pada petunjuk dalam LKS. Hal ini bertujuan agar siswa berlatih lebih baik. Langkah-langkah CLT yang relevan dengan tahap ini adalah completion problem. Pada tahapan ini, walaupun contoh penyelesaian soal memiliki level yang sama, namun siswa tidak diperbolehkan melihat petunjuk, penyelesaian, pada tahap sebelumnya, yakni worked example. Pada langkah ini, penyelesaian yang disediakan tidak lengkap sehingga siswa dapat melengkapi bagian yang kosong sebagai bentuk latihan. Siswa diberikan completion problem pada aktivitas II di LKS di setiap materi pembelajaran. Setelah selesai, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru sebagai acuan untuk mengoreksi, apakah lukisan mereka benar atau tidak. e. Latihan Mandiri Tahap selanjutnya yaitu latihan mandiri. Latihan yang dimaksud di sini adalah proses di mana siswa berlatih menyelesaikan permasalahan melukis garis singgung lingkaran tanpa adanya petunjuk sama sekali. 64 Langkah CLT yang relevan dengan tahapan ini adalah problem solving. Pada langkah ini siswa benar-benar menyelesaiakan soal secara mandiri dan tidak melihat contoh penyelesaian pada tahap- tahap sebelumnya. Hal ini berlaku dari materi pertama hingga materi ketiga. Setelah selesai, siswa diberikan kunci jawaban oleh guru sebagai acuan untuk mengoreksi, apakah lukisan mereka benar atau tidak. f. Kesimpulan Sebenarnya tahapan ini dilaksanakan sebelum latihan mandiri dan setelah latihan terbimbing diadakan. Namun, karena basis yang digunakan di sini adalah CLT dan kesimpulan disertakan pada akhir pengerjakan LKS, maka simpulan yang ada pada tahapan pembelajaran diaplikasikan setelah siswa mengerjakan ketiga langkah pada LKS, yakni 1 worked example; 2 completion problem; dan 3 problem solving. Pada materi pertama siswa diharapkan dapat memahami cara melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Untuk materi kedua siswa diharapkan dapat memahami perbedaan materi satu dengan materi kedua. Begitu juga pada materi ketiga, dimana siswa memahami perbedaan antara garis singgung persekutuan dalam dan luar dua buah lingkaran serta cara melukisnya. 65 g. Evaluasi Setelah proses pengerjaan LKS secara individu selesai siswa lalu mengerjakan tes. Ada dua tes, yakni: 1 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah; 2 tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Kedua tes ini berisi 1-2 masalah melukis garis singgung lingkaran. Siswa mengerjakan kuis atau tes ini secara individu. Kuis ini akan dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Tidak ada penghargaan yang diberikan seperti pada model pembelajaran STAD. h. Penutup Siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan apa yang mereka pelajari pada pertemuan itu. Siswa tidak diberikan pekerjaan rumah. Guru hanya memberikan petunjuk mengenai sistematika teknis dalam pengerjaan LKS sedangkan pertanyaan yang berhubungan dengan isi LKS, siswa harus mengerjakannya sendiri. Tahapan- tahapan ini berlaku untuk setiap pertemuan pada saat eksperimen berlangsung yang membedakan hanya pada materi yang dipelajari.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

1 6 793