Hasil Uji Hipotesis Dua

138 kelas dengan penerapan model pembelajaran individu-CLT. Hal ini disebabkan karena penerapan sifat dan pengertian dalam gambar yang telah siswa buat tidak optimal, seperti pada saat tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah berlangsung. Penerapan sifat dan pengertian tersebut diawali karena redundancy effect dan split attention dari rangkuman. Penerapan tersebut tidak optimal pada tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah. Pada tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi soal bersifat aplikatif. Karena siswa tidak memiliki konsep materi yang cukup, maka dalam pengerjaan tes kemampuan tingkat tinggi tidak akan optimal. Hasil analisis selanjutnya menerangkan bahwa efektivitas pembelajaran yang ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi, hampir tidak dipengaruhi oleh model pembelajaran. Diduga hal utama yang mempengaruhi hal tersebut adalah adanya redundancy effect dan split attention pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Hasil Uji Hipotesis Dua

a. Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Pengujian hipotesis yang kedua dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan materi melukis pada kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah. Setelah dilakukan pengujian hipotesis, diketahui bahwa tidak ada 139 pengaruh yang signifikan pada perbedaan materi ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah pada siswa. Hal ini didukung dengan nilai rerata tiap tes pada masing- masing kelas eksperimen, yang cenderung sama atau tidak memiliki selisih yang terlalu besar pada setiap tesnya. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada materi yang terlalu sulit di antara ketiganya. Tidak adanya perbedaan pengaruh pada materi tersebut, disebabkan karena level kesulitan materi pada tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah relatif sama pada level masalah yang ada pada LKS. Sehingga pada setiap materi siswa hanya perlu menerapkan apa saja pengetahuan yang sudah mereka dapatkan dari proses pengerjaan LKS tersebut. b. Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Pengujian hipotesis yang kedua untuk kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi sebenarnya sama dengan kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah, yakni ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan materi. Setelah melalui pengujian hipotesis, diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Hasil analisis selanjutnya yang didapat adalah perbedaan materi melukis mempengaruhi keefektifan pembelajaran sebesar 140 0,405. Nilai tersebut menunjukan bahwa pengaruh yang ditimbulkan adalah sedang. Jika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi, maka efektivitas pembelajaran pada masing-masing kelas eksperimen tidak hanya dipengaruhi pada redundancy effect dan split attention . Namun juga jenis materi pembelajaran serta kesulitannya. Dari data di atas terlihat bahwa materi satu memiliki nilai rata-rata siswa paling kecil pada kedua kelas. Hal ini disebabkan karena materi yang diujikan tidak hanya terkait dengan materi melukis saja. Namun juga terdapat materi aplikasi teorema Pythagoras . Selain itu, tes pemecahan masalah tingkat tinggi pada materi satu dianggap sulit diduga karena adanya pemilihan bilangan yang kompleks, yakni bilangan riil bentuk akar. Akibatnya, bilangan seperti ini bisa saja membuat siswa merasa lebih sulit dalam menyelesaikan permasalahan. Kesulitan tersebut beresiko mengakibatkan kesalahan perhitungan dan berpengaruh pada skor yang didapatkan siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pertama memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi dibanding soal tes pada materi lainnya. Menurut Kalyuga 2009: 332 banyaknya komponen serta kompleksnya suatu masalah 141 dapat mempengaruhi proses kognitif yang berat. Proses kognitif tersebut juga mempengaruhi penilaian akhir pada tes. Tingkat kompleksitas soal yang tergolong tinggi menjadi sumber intrinsic cognitive load. Intrinsic cognitive load ini juga dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya germane cognitive load . Akibatnya pengelolaan informasi materi pembelajaran, tidak optimal diolah oleh working memory Retnowati, 2016: 2.

3. Hasil Uji Hipotesis Tiga

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STA

0 2 10

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL TEAM GAME TOURNAMENT DAN INDIVIDU BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY DITINJAU DARI KEAKURATAN DAN KECEPATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

1 6 793