Prosedur Assertive Training Assertive Training
45
Komunikasi disini
menyangkut aspek
mendengar, mengklarifikasi. Checking out assumption, open and closed
questioning. Membedakan antara apa yang dipikirkan dengan yang dirasakan, yang diketahui dan angan, berbicara positif, bicara
dengan bahasa yang sama dan mengembangkan perilaku non- verbal
c. Mengembangkan dan memelihara perilaku asertif pada orang lain.
Pada tahap ini metode yang dapat dikembangkan adalah dengan cara memberi dan menerima umpan balik yang berkualitas
baik, mempengaruhi perilaku orang lain dan mengembangkan serta menjamin perilaku asertif melalui konseling. Namun dalam
mempengaruhi orang lain tetap dalam kerangka asertif. Selanjutnya Corey 2007: 214 mengembangkan pelatihan
asertif lebih fokus pada pelaksanaan pelatihan secara kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan membagi peserta dimana
dalam satu kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh anggota yang memiliki latar belakang sama. Terapis bertindak sebagai
penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih, pemberi perkuatan, dan sebagai model peran. Dalam diskusi-diskusi kelompok,
terapis bertindak sebagai seorang ahli, memberi bimbingan dalam simulasi-simulasi permainan peran, dan memberikan umpan balik
kepada para anggota. Berikut ini juga dijelaskan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada assertive training:
46
a. Tahap I
Dimulai dengan pengenalan didaktik tentang kecemasan sosial yang tidak realistis, pemusatan pada belajar menghapus respon-
respons internal yang tidak efektif dan telah mengakibatkan kekurangtegasan dan pada belajar peran tingkah laku baru yang
asertif. b.
Tahap II Mmperkenalkan sejumlah relaksasi, dan masing-masing anggota
menerangkan tingkah
laku spesifik
dalam situasi-situasi
interpersonal yang dirasakannya menjadi masalah. Para anggota kemudian membuat perjanjian untuk menjalankan tingkah laku
menegaskan diri yang semula mereka hindari sebelum melakukan session selanjutnya.
c. Tahap III
Setiap anggota menjelaskan tentang tingkah laku menegaskan diri yang telah dicoba di jalankan oleh mereka dalam situasi-situasi
kehidupan nyata. Mereka berusaha mengevaluasi dan jika belum sepenuhnya berhasil, kelompok langsung menjalankan permainan
peran. d.
Tahap IV Selanjutnya penambahan relaksasi, pengulangan perjanjian untuk
menjalankan tingkah laku menegaskan diri, yang diikuti oleh evaluasi.
47
Sedangkan Sunardi 2010: 4-5 menjelaskan prosedur umum dalam latihan asertif adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah, yaitu dengan menganalisis permasalahan
klien secara komprehensif yang meliputi situasi-situasi umum dan khusus di lingkungan yang menimbulkan kecemasan, pola respon
yang ditunjukkan, faktor-faktor yang mempengaruhi, tingkat kecemasan yang dihadapi, motivasi untuk mengatasi masalahnya,
serta sistem dukungan. b.
Pilih salah suatu situasi yang akan diatasi, dengan memilih terlebih dahulu situasi yang menimbulkan kesulitan atau kecemasan paling
kecil. Selanjutnya, secara bertahap menuju pada situasi yang lebih berat.
c. Analisis situasi, yaitu dengan menunjukkan kepada klien bahwa
terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya tersebut. Identifikasi alternatif penyelesaian masalah.
d. Menetapkan alternatif penyelesaian masalah. Bersama-sama klien
berusaha untuk memilih dan menentukan pilihan tindakan yang dianggap paling sesuai, mungkin, cocok, layak dengan keinginan
dan kemampuan klien serta memiliki kemungkinan peluang berhasil paling besar.
e. Mencobakan alternatif yang dipilih. Dengan bimbingan, secara
bertahap klien diajarkan untuk mengimplementasikan pilihan tindakan yang telah dipilih.
48
f. Dalam proses latihan, hendaknya diperhatikan hal-hal yang terkait
dengan kontak mata, postur tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, suara, pilihan kalimat, tingkat kecemasan yang terjadi, serta
kesungguhan dan motivasinya. g.
Diskusikan hasil, hambatan dan kemajuan-kemajuan yang terjadi, serta tindak lanjutnya.
h. Klien diberi tugas untuk mencoba melakukan hal-hal yang sudah
dibicarakan secara langsung dalam situasi yang nyata. i.
Evaluasi hasil dan tindak lanjut Secara teknis, pelatihan asertif dapat dilakukan secara langsung,
dapat pula dilakukan melalui teknik modeling ataupun bermain peran, dilakukan secara individu maupun kelompok. Peserta pelatihan terdiri
dari delapan sampai sepuluh anggota. Trainer bertindak sebagai pembimbing dan pengarah selama proses pelatihan.
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai tahapan dalam assertive training, maka peneliti menyusun prosedur dan tahapan
assertive training dalam rangka peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebagai berikut: