Tujuan Assertive Training Assertive Training

43 adil oleh lingkungannya, meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif, Sunardi 2010: 5. Menurut pendapat Osipow dalam A Survey Of Counseling Methode 1984 menguraikan prosedur-prosedur latihan asertif sebagai berikut: a. Menentukan kesulitan konseli dalam bersikap asertif. b. Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan- harapannya. c. Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. d. Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya. e. Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional, sikap-sikap dan kesalahpahaman yang ada di pikiran konseli. f. Menentukan respon-respon asertifsikap yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahannya melalui contoh-contoh g. Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ngulangnya. h. Melanjutkan latihan perilaku asertif. i. Memberikan tugas kepada konseli secara bertahap untuk melancarkan perilaku asertif yang dimaksud. j. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan. 44 Townend 1991: 11-131 mengembangkan prosedur dalam latihan asertif membagi dalam tiga tahapan sebagai berikut: a. Self-awareness Pada tahap ini peserta diberikan questionare untuk mengetahui tingkat keasertifannya dalam berkomunikasi interpersonal. Kemudian peserta dikenalkan dengan arti serta karakterisktiknya. b. Mengembangkan asertifitas diri Pada tahap ini peserta diberikan program untuk mengembangkan dirinya melalui self-recognation. Metode yang dikembangkan pada tahap ini adalah mengenali dan menganalisa pikiran negatif tentang dirinya dan mengubah menjadi pikiran yang positif. Peserta juga diajarkan untuk merelaksasi dirinya dengan tujuan untuk mengontrol diri. Tahap selanjutnya yaitu pengembangan perilaku asertif melalui visualisasi yang positif seperti body language dan nada suara. Tahap yang paling penting dalam mengembangkan perilaku asertif adalah melalui komunikasi. Komunikasi disini menyangkut aspek mendengar, mengklarifikasi, checking out assumption, membuka dan menutup pembicaraan. Pada tahap selanjutnya adalah pengembangan perilaku asertif melalui visualisasi yang positif seperti body language dan nada suara. Tahap yang penting dalam mengembangkan assertiveness adalah melalui peningkatan kemampuan komunikasi. 45 Komunikasi disini menyangkut aspek mendengar, mengklarifikasi. Checking out assumption, open and closed questioning. Membedakan antara apa yang dipikirkan dengan yang dirasakan, yang diketahui dan angan, berbicara positif, bicara dengan bahasa yang sama dan mengembangkan perilaku non- verbal c. Mengembangkan dan memelihara perilaku asertif pada orang lain. Pada tahap ini metode yang dapat dikembangkan adalah dengan cara memberi dan menerima umpan balik yang berkualitas baik, mempengaruhi perilaku orang lain dan mengembangkan serta menjamin perilaku asertif melalui konseling. Namun dalam mempengaruhi orang lain tetap dalam kerangka asertif. Selanjutnya Corey 2007: 214 mengembangkan pelatihan asertif lebih fokus pada pelaksanaan pelatihan secara kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan membagi peserta dimana dalam satu kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh anggota yang memiliki latar belakang sama. Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih, pemberi perkuatan, dan sebagai model peran. Dalam diskusi-diskusi kelompok, terapis bertindak sebagai seorang ahli, memberi bimbingan dalam simulasi-simulasi permainan peran, dan memberikan umpan balik kepada para anggota. Berikut ini juga dijelaskan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada assertive training: