Assertive Training dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

57 orang yang lebih tua dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka mampu melalui proses perkembangan, sosial dan prestasi dengan baik dan tanpa kendala yang berarti.

E. Hipotesis Tindakan

Beradasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah assertive training yang dilakusanakan melalui bermain peran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. 58

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan, menurut Burns dalam Suwarsih Madya, 2006: 9 penelitian tindakan merupakan penemuan fakta dan pemecahan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan praktisi dan orang awam. Departemen Pendidikan Nasional dalam Suharsimi Arikunto, 2006: 1 berpendapat bahwa jenis penelitian ini merupakan penelitian yang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan yang selanjutnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara luas. Sedangkan menurut Hopkin dalam Emzir, 2010: 223 penelitian tindakan adalah “upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh sekelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut”. Kemis dan Taggart dalam Zuriah, 2003: 54 mengemukakan penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran, keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Berdasarkan penjabaran tentang penelitian tindakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan penemuan fakta dan pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan tujuan untuk 59 meningkatkan penalaran, keadilan praktik pendidikan dan memperbaiki kualitas situasi sosial tempat dilakukannya tindakan atau praktik, penelitian tindakan dilakukan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut.

B. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto 2006: 129 menyebutkan bahwa yang dimaksud subyek penelitian adalah sesuatu sumber data dimana data diperoleh. Saifuddin Azwar 2001: 34 menyebutkan bahwa subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variable-variable yang akan diteliti. Jadi subjek merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subjek itulah terdapat data tentang variable yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu menentukan sampel dengan mempertimbangkan aspek tertentu Sugiyono 2008: 124. Sejalan dengan Suharsimi Arikunto 2006 yang mengemukakan bahwa teknik purposive dimaksudkan untuk mengoptimalkan informasi dari subjek yang lebih spesifik, selain itu pengambilan sampel juga didasarkan atas tujuan tertentu dengan mempertimbangkan aspek tertentu antara lain: fokus penelitian, pertimbangan ilmiah, keterbatasan waktu, tenaga dan dana, sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil sampel dalam jumlah besar. Subyek penelitian ini adalah 7 siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta yang menunjukkan tingkat kemampuan komunikasi 60 interpersonal rendah yang ditunjukkan dengan skor 106 pada skala kemampuan komunikasi interpersonal. Sedangkan kriteria yang dapat ditunjukkan dengan sikap antara lain: tidak terampil dalam berbicara, kesulitan dalam bekomunikasi dengan orang lain, sering menggunakan kata-kata kurang sopan dalam berkomunikasi, kurang memiliki etika sopan santun ketika berbicara, kesulitan dalam mengekspresikan perasaan dan tidak mampu mengungkapkan pendapatnya dengan baik. Berikut adalah data subyek penelitian berdasarkan hasil pengamatan observasi peneliti dan rekomendasi guru pmbimbing serta guru mata pelajaran: Tabel 1. Data Subyek Penelitian No. Inisial Subyek Jenis Kelamin Kondisi Subyek 1. ASP Laki-laki Kurang cakap dalam berbicara, kurang menjaga etika sopan santun dalam berbicara. 2. ALS Perempuan Pendiam, menutup diri terhadap lingkungan sekitar, tidak bisa mengekspresikan perasaan marah jengkel atau sedih. 3. BGN Perempuan Menutup diri terhadap lingkungan sekitar, kurang percaya diri dalam berkomunikasi. 4. DS Laki-laki Kurang bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sulit menolak permintaan teman. 5. JL Perempuan Kurang percaya diri ketika berkomunikasi dengan guru, kurang cakap dalam bertanya. 6. OA Laki-laki Sulit mengawali pembicaraan dengan teman sehingga dijauhi teman dikelas. 7. TR Laki-laki Jarang menyapa teman, kurang memiliki rasa kepedulian, menutup diri terhadap lingkungan sekitar.