Pemberian Tindakan Rancangan Tindakan

67 mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi efektif dengan orang lain. Peserta diajak untuk mengidentifikasi masalah atau situasi dimana mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain serta memahami penyebab yang membuat mereka tidak mampu mengungkapkan ekspresinya secara tepat. Kemudian trainer guru pembimbing memberikan memberikan kartu masalah untuk didiskusikan secara kelompok. Peserta diminta mendiskusikan cara untuk mengatasi masalah sesuai dengan kartu msalah yang didapatkan. 3 Berkomunikasi dengan efektif didasari dari tahap ke lima dan enam yaitu mengimplementasi kemampuan komunikasi interpersonal melalui permainan peran dan diskusi lainnya Pada tahap ini peserta diajak dan diarahkan untuk bermain peran naskah sudah disiapkan. Setiap anggota kelompok mendapatkan peran sesuai tokoh dalam kartu masalah yang diperoleh. Setelah permainan peran peserta bersama trainer mendiskusikan hasil permainan peran yang telah dilakukan. 4 Evaluasi kemampuan berkomunikasi interpersonal yang didasari dari tahapan ke tujuh yaitu pemberian tugas di luar pelatihan untuk mengaplikasikan kemampuan komunikasi interpersonal secara efektif pada kehidupan sehari-hari di luar pelatihan. Peserta diminta untuk mencatat semua kejadian 68 komunikasi interpersonal yang sudah dilakukan secara efektif. Waktu yang diberikan untuk mengaplikasikannya selama 1 minggu dan didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Tindakan ini diberikan pada pertemuan ke tiga. Ketika pelaksanaan tindakan dilakukan observasi. Observasi dan monitoring di sini mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan; kedua untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat mengahasilkan pengubahan sebagaimana diharapkan. Adapun langkah-langkah tindakan dan observasi dalam setiap siklus antara lain: a. Mengorganisir 7 siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta sebagai subyek. b. Pelaksanaan assertive training dengan empat tindakan yang telah dijelaskan di atas. c. Observer melakukan observasi terhadap sikap dan perilaku siswa dalam kelompok selama pelatihan. d. Wawancara kepada siswa, setelah semua tindakan diberikan. e. Observasi terhadap perilaku siswa setelah pemberian tindakaan yang disertai dengan diskusi bersama guru pembimbing. f. Pemberian post test 69 c. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami proses dan mengetahui sejauh mana assertive training dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa serta kendala yang terjadi selama proses pelatihan. Dalam penelitian ini, refleksi akan dilakukan pada setiap siklus, dengan tujuan utama untuk mengetahui secara langsung kemajuan pada diri siswa setelah dikenai tindakan. Selain itu tindakan yang kurang efektif dan kekurangan pada siklus I menjadi catatan khusus untuk siklus II. Diharapkan tindakan pada siklus II menjadi lebih efektif dan efisien. Siklus I dan siklus II merupakan sebuah rangkaian tindakan sehingga untuk mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai maka kedua siklus tersebut harus dilaksanakan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, Suharsimi arikunto 2005: 100. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode Utama

a. Metode utama pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini adalah skala. Skala merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek afektif. Skala yang digunakan dalam penlitian ini adalah skala kemampuan komunikasi interpersonal. Skala 70 kemampuan komunikasi interpersonal memodifikasi alat ukur Colaborative Communication Self assessment CCCsa dari Purhenon 2012 berdasarkan aspek-aspeknya yaitu : Self disclosure Openness, Empathy, Social Relaxation, Assertivenes, Interaction Management Equality, Altercentrism, Supportiveness Environmental Control, Immediacy kedekatan, Positiveness Trust. Skala Likert merupakan sebuah skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan prsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial, Sugiyono 2008: 134. Skala ini mempunyai 4 alternatif pilihan jawaban untuk setiap pernyataan. Skor untuk sangat sesuai SS diberi skor 4, sesuai S diberi skor 3, tidak sesuai TS diberi skor 2, sangat tidak sesuai STS diberi skor 1. Kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki individu dapat dilihat dari jumlah skor yang didapat individu dari skala tersebut. Semakin tinggi skor yang diperoleh individu berarti semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonalnya; sebaliknya, semakin rendah skor yang didapat semakin rendah kemampuan komunikasi interpersonalnya. Distribusi penyebaran nomor pernyataan skala kemampuan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada tabel.

2. Metode Pendukung

Metode pendukung pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Kedua metode pendukung tersebut 71 digunakan karena dalam pelaksanaan tindakan terdapat hal-hal yang juga perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai bahan evaluasi tindakan; seperti; keaktifan, motivasi, serta tanggapan siswa terhadap proses dan metode yang digunakan dalam penelitian. Menurut peneliti beberapa hal tersebut belum dapat diungkap secara jelas jika hanya menggunakan skala. Metode pendukung pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, Sugiyono 2008: 203. Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. . Obeservasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yang dilakukan dengan mnggunakan pedoman observasi sebagai instrumen pengamatan untuk menggambarkan proses tindakan assertive training. Selama proses observasi, peneliti dibantu oleh observer pendamping yang membantu dalam mengamati dan merefleksi secara sistematis perilaku atau sikap siswa selama proses kegiatan bermain peran dan diskusi kelompok. Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti dalam memberikan 72 tindakan kepada subjek. Melalui observasi gejala yang tidak berhasil dan kekeliruan dalam pemberian tindakan telah diketahui dan dilakukan modifikasi untuk rencana tindakan berikutnya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara, Suharsimi Arikunto 2006: 154. Dalam penelitian ini wawancara telah dilakukan peneliti yang ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling ketika observasi awal dengan tujuan memperoleh informasi mengenai tingkat kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Kemudian wawancara juga dilaksanakan terhadap subjek penelitian baik sebelum maupun setelah pemberian tindakan. Wawancara kepada siswa yang dilakukan peneliti sebelum tindakan memberikan informasi kepada peneliti mengenai berbagai bagaimana cara siswa berkomunikasi, hambatan dan konflik yang dialami siswa dalam melakukan komunikasi, serta kebutuhan siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang masih kurang. Sedangkan wawancara kepada subjek dilakukan setelah pemberian tindakan memberikan informasi kepada peneliti mengenai perasaan dan kemajuan yang dialami subjek setelah mendapatkan tindakan, pendapat subjek mengenai metode yang digunakan, dan penilaian subjek terhadap kelancaran pelaksanaan tindakan.