34 Kelas XI SMASMK
i. Konsistensi Laku Baki
Pada dasarnya, orang tua menyayangi anaknya dengan sepenuh hai. Maka, selayaknyalah seorang anak berbaki kepada orang tua. Namun, karena satu dan
lain hal dapat saja orang tua membenci anak. Dalam kondisi seperi ini, anak tetap wajib berbaki kepada orang tuanya.
Cerita tentang orang tua yang membenci anaknya dialami oleh Nabi Shun. Diceritakan orang tuanya pernah menyuruh Shun memperbaiki lumbung,
keika Shun masih di atas atap rumah, tangganya diambil, lalu Ko-so ayahnya membakar lumbung itu. Juga pernah disuruh memperdalam perigi. Keika Shun
sudah keluar, orang tuanya menyangka Shun masih ada di dalam perigi itu, lalu diimbuni. Chiang adik iri Shun lalu berkata, “Akal menimbuni pangeran
baru ini di dalam perigi adalah jasaku. Lembu dan kambingnya biarlah untuk ayah dan ibu. Gudang dan lumbungnya biarlah untuk ayah dan ibu pula. Aku
mengambil perisai, tombak, celempung dan busurnya. Kedua ipar itu akan kusuruh mengatur tempat idurku.” Meskipun demikian buruk perlakuan orang
tua dan saudara irinya, namun Shun tetap berbaki kepada mereka. Perjalanan waktu akhirnya Shun yang sangat berbaki itu menjadi raja mengganikan
Baginda Tang Yao, namun Shun tetap berbaki kepada kedua orang tuanya dan tetap mencintai saudara-saudaranya. Demikianlah, Shun tetap berbaki kepada
orang tua walaupun kedua orang tuanya sangat membenci bahkan hendak membunuhnya.
j. Menghadapi Orang Tua yang Khilaf
Bagaimanapun hebatnya, orang tua kita adalah manusia biasa, yang idak luput dari berbuat khilaf, keliru, dan terlanjur. Jika sekali waktu mereka terlanjur
berbuat salah, kita harus tetap hormat kepadanya, memahami dan setahap demi setahap mengingatkan mereka.
Mengingatkan ini harus dilakukan dengan santun, hai-hai, tulus, dan perlahan- lahan dengan tutur kata yang lembut, penuh kasih sayang dan sikap manis yang
menyenangkan. Nabi Kongzi menasihai bahwa, “Dalam melayani ayah bunda, boleh memperingatkan tetapi hendaklah lemah lembut. Jika idak diturut,
bersikaplah lebih hormat dan janganlah melanggar. Meskipun harus bercapai lelah, janganlah menggerutu.”
Jika pada tahap awal mereka belum bisa menerima koreksi dan pendapat kita, kita tetap harus sabar, dan penuh kesantunan mencoba lagi. Carilah hari lain di
waktu hai mereka lebih santai dan terbuka, coba dan coba lagi. Walau mungkin orang tua akan menjadi marah, kalau kita yakin mereka memang bersalah,