Menggemilangkan Kebajikan yang Bercahaya

4 Kelas XI SMASMK lebih baik, atau sebaliknya. Menggemilangkan berari membuat sesuatu yang pada awalnya baik watak sejai menjadi lebih baik, dan bahkan dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dan alam semesta. Dalam Kitab San Zi Jing disebutkan: “Manusia pada mulanya watak sejainya baik. Watak sejai itu saling mendekatkan karena sama yakni menyukai kebajikan. Kebiasaanlingkungan itu yang menjauhkan. Jika idak terbimbingterdidik dengan agama watak sejainya dapat berantakan. Jalan suci yang dibawakan agama memberikan kemampuan kecakapan yang luhur mulia.”

2. Mengasihi Sesama

Watak Sejai itu memang baik pada mulanya, tetapi dapatkah tetap baik sampai pada akhirnya? Inilah pertanyaan besar sepanjang perjalanan hidup manusia di atas dunia. Mengasihi sesama, adalah kewajiban manusia dalam menggemilangkan kebajikan watak sejainya. Wujud pelaksanaan menggemilangkan kebajikan yang bercahaya adalah dengan mengasihi sesama. Mengasihi sesama mengandung ari mengasihi orang-orang di sekitar kita. Sifat-sifat kemanusiaan kita diuji melalui orang- orang yang ada di sekitar kita. Inilah yang dimaksud dengan manusia memanusiakan manusia. Mengasihi sesama dimulai dari yang dekat keluarga dan selanjutnya kepada yang jauh, bahkan sampai melewai batas-batas jender, suku, ras, etnis, agama atau kesamaan-kesamaan tertentu. Meskipun demikian, Nabi Kongzi mengajarkan kepada kita bahwa rasa mengasihi memang untuk semua orang, tetapi kita harus berhubungan erat dengan orang- orang yang berpericinta kasih. Nasihat ini tertulis dalam kitab Lunyu Jilid 1 Pasal 2: “Seorang muda di rumah hendaklah bersikap baki, di luar hendaklah bersikap rendah hai, hai-hai sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat sesama, dan berhubungan erat dengan orang-orang yang berpericinta kasih.” Akivitas Bersama Diskusi Kelompok Mengapa Nabi Kongzi menasihai untuk mencintai semua orang sesama, tetapi kita harus dekat dengan orang yang berpericinta kasih? Diskusikanlah dan berikan paparan serta contoh nyatanya 5 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Akivitas Bersama Diskusi Kelompok Diskusikan, apa yang dimaksud dengan puncak kebaikan sebagai tempat henian itu

3. Berheni pada Puncak Kebaikan

Berheni bukan berari diam, berheni dalam konteks ini berari bertahan pada satu sikap kebaikan yang paling inggi puncak kebaikan, dan puncak kebaikan itulah tempat henian yang harus diusahakan oleh seiap orang. Apa puncak kebaikan sebagai tempat henian itu? Puncak kebaikan ini terkait erat dengan predikat atau peran yang kita miliki. Misalnya, dalam peran kita sebagai seorang anak seorang anak adalah berheni pada sikap baki; sebagai orang tua ia tahu harus berheni pada sikap kasih sayang; sebagai atasan harus berheni pada sikap cinta kasih; sebagai bawahan berheni pada sikap hormat dan seia pada tugas; sebagai suami tahu harus berheni pada sikap bertanggung jawab; sebagai istri berheni pada sikap patuh mengikui dan tahu kewajiban; sebagai kakak berheni pada sikap mendidik; sebagai adik berheni pada sikap menurut; sebagai sesama teman dalam pergaulan harus berheni pada sikap dapat dipercaya dan mempercayai. Dari sini dapatlah kamu mengeri, bahwa peran atau predikat kita idak tunggal. Lebih dari itu bahwa seiring dengan waktu, peran atau predikat seiap orang bertambah. Misalkan, pada awalnya peran kita hanya sebagai anak, namun kemudian bertambah menjadi seorang kakak setelah kita mempunyai adik; dari orang yang lebih muda menjadi orang yang lebih tua dan seterusnya. Tentang puncak kebaikan tempat henian ini lebih jelas sebagaimana tertulis dalam kitab Daxue bab III Pasal 3, sebagai berikut: Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Sungguh agung dan luhur Raja Wen, betapa gemilang budinya karena selalu di tempat henian. Sebagai raja ia berheni di dalam cinta kasih; sebagai menteri berheni pada sikap hormat akan tugas; sebagai anak berheni pada sikap baki; sebagai ayah berheni pada sikap kasih sayang; dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri berheni pada sikap dapat dipercaya.” “Bila sudah diketahui tempat henian, akan diperoleh ketetapantujuan. Setelah diperoleh ketetapantujuan barulah dapat dirasakan ketenteraman, setelah tenteram barulah orang dapat merasakan kesentosaan bain, setelah sentosa barulah orang dapat berpikir benar, dengan berpikir benar, barulah orang dapat berhasil.” Daxue III : 4