Menghadapi Orang Tua yang Khilaf

35 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri ingatkan lagi. Walau sampai keluar air mata karena sangat sedihnya, tetaplah bermohon kepada mereka untuk berubah sikap. Walau mungkin orang tua sampai khilaf lalu memukul kita, jangan menyesal dan putus asa. Kita harus terus mencoba. Kalau orang tua dibiarkan terbiasa berbuat salah yang berulang-ulang, bisa merugikan kita semua.

k. Merawat Orang Tua yang Sakit

Orang tua dalam merawat kita, kadang-kadang sampai melupakan kebutuhan dan kesehatannya sendiri. Kadang-kadang kita mendapai orang tua kita sakit. Mereka butuh perhaian dan kasih sayang anaknya yang tulus dan sungguh- sungguh. Kita harus mengerahkan segala daya upaya untuk mengobai mereka. Kita harus menjaga orang tua dengan baik, menyelimuinya jangan sampai kedinginan, menyuapi jangan sampai kurang asupan gizi, mengurut, membelai, dan menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka. Jika ternyata penyakit mereka bertambah parah, harus ditambah pula perhaian dan kasih sayang kita. Jangan inggalkannya barang sekejap pun. Pagi, petang, siang, dan malam penuhi kebutuhannya dan jaga mereka dengan baik. Singkatnya, kita harus merawat orang tua seumur hidup mereka. Mengzi berkata, ”Memelihara masa hidup orang tua itu belum cukup dinamai pekerjaan besar. Hanya segenap pengabdian mengantar kewafatannya barulah dapat dinamai pekerjaan besar.” Mengzi IV B: 13

7. Kisah Anak Berbaki a Laku Baki Raja Shun

1. Wan Zhang bertanya, “Shun keika mengerjakan sawah, sering menangis dan berseru kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengapakah ia menangis dan berseru demikian?” Mengzi menjawab, “Ia menyesali diri.” 2. Wan Zhang berkata, “Kalau dicinta ayah-bunda, dalam kegembiraan idak boleh melupakan diri; kalau dibenci ayah-bunda, meskipun harus bersusah payah, idak boleh menyesalinya. Mengapakah Shun menyesal?” “Chang Xi pernah bertanya kepada Gong Ming Gao, ‘Hal Shun mengerjakan sawah, saya telah mendengar penjelasan dengan mengeri; tetapi hal ia menangis dan berseru kepada Tuhan Yang Mahapengasih serta ayah- 36 Kelas XI SMASMK bundanya, saya belum dapat mengeri.’ Gong Ming Gao berkata, ‘Sungguh engkau idak akan mudah mengeri.’ Menurut Gong Ming Gao, hai seorang anak yang berbaki sungguh berat kalau sampai idak mendapat cinta orang tuanya. Shun tentu berpikir. ‘Aku dengan sekuat tenaga membajak sawah, inilah wajar bagi seorang anak. Tetapi kalau ayah dan ibu sampai idak mencintai diriku, orang macam apakah aku ini?” 3. “Setelah raja Yao menyuruh 9 orang putra dan 2 orang putrinya beserta para pembantunya menyediakan lembu, kambing, dan gudang-gudang harta untuk melayani Shun di tengah sawah, para siswa di dunia juga datang kepadanya. Raja menginginkan ia membantu mengatur dunia untuk kemudian mewariskan tahta kepadanya; tetapi karena belum dapat bersesuaian dengan ayah-bundanya, ia masih merasa sebagai seorang miskin yang idak mempunyai tempat kediaman untuk pulang.” Shi Jing. I.12 4. “Disukai oleh para siswa di dunia adalah keinginan seiap orang; tetapi hal itu belum dapat meredakan kesedihannya. Keelokan wajah adalah keinginan seiap orang, ia telah beristrikan kedua orang putri raja Yao; tetapi hal itu belum juga meredakan kesedihannya. Kekayaan adalah keinginan seiap orang, ia sudah memiliki kekayaan di dunia ini; tetapi hal itu idak cukup pula meredakan kesedihannya. Kedudukan inggi ialah keinginan seiap orang, kedudukannya sudah sebagai raja; tetapi hal itu belum cukup juga untuk meredakan kesedihannya. Disukai para siswa, beristri elok, kaya dan berkedudukan inggi ternyata semuanya itu belum dapat meredakan kesedihannya; karena menurut ia, hanya setelah dapat bersesuaian dengan ayah-bunda, baharulah dapat lepas dari kesedihannya.” 5. “Biasanya orang pada waktu muda selalu terkenang kepada ayah-bundanya; setelah mengenal keelokan wajah, ia rindu kepada kekasihnya; setelah berkeluarga, ia terkenang kepada anak-istrinya dan setelah memangku jabatannya terkenang kepada rajanya; bahkan kalau idak mendapatkan raja yang mau menerimanya, ia dengan penuh nafsu mengusahakan. Tetapi, orang yang besar rasa bakinya, sepanjang hidupnya akan tetap terkenang kepada ayah-bundanya. Dalam usia 50 tahun masih terkenang kepada ayah- bundanya, hal itu kulihat nyata pada diri Shun Agung.” Mengzi VA: 1-5 b Memasak Obat untuk Ibu Dikisahkan baginda Han Wen Di yang bernama Heng, putra keiga baginda Han Gao Zhu, beliau pertama diangkat sebagai raja penggani setelah permaisuri Liu He menyingkirkan Raja Liu Lu. Para menteri menyambut raja