8 Kelas XI SMASMK
Sumber: dokumen penulis
4. Yao dan Shun dengan cinta kasih memerintah dunia, maka rakyat pun mengikuinya. Jie dan Zhou dengan kebuasan memerintah dunia, maka rakyat
pun mengikuinya. Perintah yang idak sesuai dengan kehendak rakyat, rakyat takkan menurut; seorang Junzi lebih dahulu menuntut diri sendiri, baharu
kemudian mengharap dari orang lain. Bila diri sendiri sudah tak bercacat baharu boleh mengharapkan dari orang lain. Bila diri sendiri belum dapat bersikap
tepasalira tahu menimbangtenggang rasa, tetapi berharap dapat memperbaiki orang lain, itulah suatu hal yang belum pernah terjadi.
5. Maka, teraturnya negara itu sesungguhnya berpangkal pada keberesan dalam rumah tangga.
6. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Betapa indah pohon persik Tao lebat rimbunlah daunnya; laksana nona penganin ke rumah suami, ciptakan damai dalam
keluarga.” Dengan damai di dalam rumah baharulah dapat mendidik rakyat negara.
7. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Hormailah kakakmu, cintailah adikmu. Hormailah kakakmu, cintailah adikmu.” Dengan demikian baharulah dapat
mendidik rakyat negara. 8. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Laku yang tanpa cacat itulah akan meluruskan
hai rakyat di empat penjuru negara.” Dapat melaksanakan sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak dan sebagai adik, baharulah kemudian dapat
berharap rakyat meneladan kepadanya.
Inilah yang dikatakan mengatur negara itu berpangkal pada keberesan rumah tangga.
Gambar 1.1. Bila dalam keluarga saling
mengasihi niscaya seluruh negara akan di dalam cinta kasih.
9
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
3. Teraturnya Negara Damai di Dunia
Dalam Daxue Bab X Pasal 1–10 dijelaskan, bahwa untuk dapat mencapai damai
di dunia itu berpangkal pada teraturnya negara. 1. Adapun yang dikatakan damai di dunia itu berpangkal pada teraturnya negara
ialah: Jika para pemimpin dapat hormat kepada orang yang lanjut usia, niscaya rakyat bangun rasa bakinya; bila para pemimpin dapat merendah diri kepada
atasannya, niscaya rakyat bangun rasa rendah hainya; bila para pemimpin dapat berlaku kasih dan memperhaikan anak yaim piatu, niscaya rakyat pun idak
mau keinggalan. Itulah sebabnya seorang Junzi mempunyai jalan suci yang bersifat siku.
2. Apa yang idak baik dari atas idak dilanjutkan ke bawah; apa yang idak baik dari bawah idak dilanjutkan ke atas; apa yang idak baik dari muka idak dilanjutkan
ke belakang; apa yang idak baik dari belakang idak dilanjutkan ke muka; apa yang idak baik dari kanan idak dilanjutkan ke kiri; apa yang idak baik dari kiri
idak dilanjutkan ke kanan. Inilah yang dinamai jalan suci yang bersifat siku.
3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Bahagialah seorang Junzi, karena dialah ayah bunda rakyat”, ia menyukai apa yang disukai rakyat dan membenci apa yang
dibenci rakyat. Inilah yang dikatakan ia sebagai ayah bunda rakyat. 4. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Pandanglah gunung Selatan, inggi megah batu
di puncaknya, ingatlah akan kebesaranmu menteri Yin, rakyat selalu melihatmu.” Maka seorang yang memegang kekuasaan di dalam negara idak boleh idak
hai-hai, bila ia menyebelah, dunia akan mengutuknya.
Lebih lanjut dijelaskan di dalam Daxue Bab X Pasal 7–9 tentang kebajikan
dan kekayaan, tentang yang pokok yang ujung: “Kebajikan itulah yang pokok dan kekayaan itulah yang ujung.”
2]
Jika mengabaikan yang pokok dan mengutamakan
Gambar 1.2. Jalan Suci yang
bersifat siku “apa yang idak baik dari atas idak dilanjutkan ke
bawah.
Sumber: dokumen penulis
10 Kelas XI SMASMK
yang ujung, inilah meneladani rakyat untuk berebut.
3]
Maka, penimbunan kekayaan itu akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat; sebaliknya
tersebarnya kekayaan akan menyatukan rakyat.
C. Proses Pembinaan Diri
Bagaimana caranya mencapai pembinaan diri atau pengembangan pribadi? Berikut ini adalah urutan pening yang harus diperhaikan sebagai proses pembinaan
diri seperi tercatat dalam Daxue. Bab VII: “…Untuk membina dirinya ia lebih dahulu meluruskan hainya; untuk meluruskan
hainya, ia lebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia
menelii hakikat iap perkara.”
“Dengan menelii hakikat iap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan pengetahuan yang cukup akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekad yang
beriman akan dapatlah meluruskan hainya; dengan hai yang lurus akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah
tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yang teratur akan dapatlah dicapai damai di dunia.”
Langkah-Langkah Proses Pembinaan Diri: Untuk membina dirinya, ia lebih dahulu meluruskan hainya;
untuk meluruskan hainya, ia lebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu mencukupkan pengetahuannya; dan
untuk mencukupkan pengetahuannya, ia menelii hakikat iap perkara.
1. Menelii Hakikat Tiap Perkara Mencukupkan Pengetahuan
Dalam Daxue Bab V Pasal 1, dijelaskan: “Adapun yang dinamai meluaskan
pengetahuan dengan menelii hakikat iap perkara itu ialah: jika kita hendak meluaskan pengetahuan, kita harus menelii hukum Li sembarang hal sampai
sedalam-dalamnya. Oleh karena manusia itu mempunyai kekuatan bathin, sudah selayaknya idak ada hal yang idak dapat diketahui; selain itu juga karena iap
hal di dunia ini sudah mempunyai hukum tertentu. Tetapi kalau kita belum dapat mengetahui hukum itu sedalam-dalamnya, itulah karena kita belum sekuat tenaga
menggunakan kecerdasan. Maka Kitab Daxue
ini mula-mula mengajarkan kita yang hendak belajar, supaya dapat menyelami dalam-dalam segala hal ihwal di dunia
ini. Seorang yang mempunyai pengetahuan hukum itu sedalam-dalamnya, akan menjadikan ia sanggup mencapai puncak kesempurnaan.”