11
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
Jika kita dengan sepenuh tenaga mempelajarinya, niscaya pada suatu pagi walaupun mungkin lama kita akan memperoleh kesadaran bathin yang menjalin
dan menembusi segala-galanya. Di situ kita akan lihat semuanya luar dan dalam, halus dan kasar sehingga idak ada suatu pun yang idak terjangkau. Demikianlah
bain kita telah sepenuhnya digunakan sehingga iada sesuatu yang idak terang. Demikianlah yang dinamai mengetahui pangkal, dan demikian pula yang dinamai
memperoleh pengetahuan yang sempurna.
2. Mengimankan Tekad
Dalam Daxue Bab VI Pasal 1–4, dijelaskan:
1. Adapun yang dinamai mengimankan tekad itu ialah idak mendustai diri sendiri, yakni seperi membenci bau busuk dan menyukai keelokan. Inilah yang dinamai
bahagia di dalam diri sejai. Maka, seorang Junzi hai-hai pada waktu seorang diri.
2. Seorang rendah budi Xiaoren pada saat terluang dan menyendiri suka berbuat
hal-hal yang idak baik dengan tanpa mengenal batas. Jika saat itu terlihat oleh seorang Junzi
, ia mencoba menyembunyikan perbuatannya yang idak baik itu dan berusaha memperlihatkan kebaikannya. Tetapi bila orang mau
memperhaikannya baik-baik, niscaya dapat melihat terang isi hai dan perutnya. Maka, apa gunanya perbuatan palsu itu? Inilah yang dinamai iman yang di dalam
itu akan nampak meraga ke luar. Maka, seorang Junzi sangat hai-hai pada waktu seorang diri.
Sumber: dokumen penulis
Gambar 1.3. Iman yang di dalam itu
akan nampak meraga ke luar.
12 Kelas XI SMASMK
3. Zengzi berkata, “Sepuluh mata melihat sepuluh tangan menunjuk, idaklah itu
menakutkan” 4. Harta benda dapat menghias rumah, laku bajik menghias diri; hai yang lapang
itu membuat tubuh kita sehat. Maka seorang Junzi senaniasa mengimankan
tekadnya.
3. Meluruskan Hai Membina Diri
Dalam Daxue Bab VII Pasal 1 dijelaskan:
1. Adapun yang dinamai untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hai itu ialah: diri yang dilipui geram dan marah, idak dapat berbuat lurus; yang
dilipui takut dan khawair, idak dapat berbuat lurus; yang dilipui suka dan gemar, idak dapat berbuat lurus; dan yang dilipui sedih dan sesal idak dapat
berbuat lurus.
2. Hai yang idak pada tempatnya, sekalipun melihat idak akan tampak, meski mendengar idak akan terdengar dan meski makan takkan merasakan.
3. Inilah sebabnya dikatakan, bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada melurus hai.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada meluruskan hai, dan meluruskan hai arinya: “hai selalu pada tempatnya.” Hai
yang idak pada tempatnya adalah hai yang memikirkan hal yang lain keika ia melakukan sesuatu. Maka dikatakan, jika hai idak pada tempatnya sekalipun
melihat idak akan nampakterlihat, sekalipun mendengar takkan terdengar dan meski makan takkan merasakan.
Mengapa hai seseorang dapat memikirkan hal lain atau idak berada di tempatnya? Karena ia sedang dilipuidilanda nafsu yang ada dalam dirinya, yaitu:
geram dan marah, takut dan khawair, suka dan gemar, sedih dan sesal.
Sumber: dokumen kemdikbud
Gambar 1.4. Hai yang idak pada
tempatnya sekalipun melihat idak akan nampak, mendengar takkan
terdengar dan meski makan takkan merasakan.