Nabi Kongzi sebagai Penyempurna Ru Jiao
46 Kelas XI SMASMK
Keika Nabi Kongzi dilahirkan, Shu Liang He telah berusia sangat lanjut. Menginjak usia Nabi Kongzi iga tahun, Shu Liang He wafat. Kong Qiu kecil dirawat dan menerima
pendidikan dari ibu dan nenek luarnya. Berkat kebijaksanaan dan keteguhan iman ibunda Yan Zhengzai, di kemudian hari, Qiu berhasil menjadi seorang besar dan
memiliki kebijaksanaan inggi hingga menjadi guru pembimbing hidup bagi seluruh masyarakat umum pada masa itu.
Kong Qiu adalah penganut ajaran Ru Jiao. Ru Jiao arinya agama bagi orang- orang yang lembut hai, yang terpelajar, dan terbimbing. Beliau adalah seorang yang
sangat menyukai belajar. Pada usia lima belas tahun, semangat belajarnya sudah mantap dan membara. Hal ini ditegaskan oleh Nabi sendiri dan menjadi catatan
pening tentang perjalanan kehidupannya. “Keika Aku berusia lima belas tahun, Aku hanya tertarik untuk belajar.” Inilah yang menjadi fondasi kokoh bagi kehidupannya,
yang dapat dibagi dalam sejumlah tahap:
“Usia 30 tahun, tegaklah pendirian. Usia 40 tahun, iada lagi keraguan dalam pikiran. Usia 50 tahun, telah mengeri akan irman Thian. Usia 60 tahun,
pendengaran telah menjadi alat yang patuh untuk menerima kebenaran. Dan usia 70 tahun, aku sudah dapat mengikui hai dengan idak melanggar garis kebenaran.”
Lunyu
II : 4. Karena semangat dan kemauan belajar yang inggi, Nabi memiliki kebijaksanaan
yang sempurna. Ditambah dengan sifat-sifat kenabian yang memang sudah ada pada diri beliau sejak lahir, menjadikan Nabi Kongzi mampu menyempurnakan dan
menggenapi ajaran Ru, sekaligus sebagai penutup rangkaian wahyu yang diturunkan Tuhan melalui nabi-nabi sebelum Nabi Kongzi. Dari sini jelas diketahui, bahwa Nabi
Kongzi bukanlah pencipta, melainkan pelanjut, penerus, dan penggenap ajaran- ajaran yang memang sudah ada sebelumnya.
Nabi Kongzi bersabda, “Aku idak mencipta, Aku hanya menaruh suka pada ajaran-ajaran yang kuno itu.” Lunyu VII : 1
“Orang yang menyukai ajaran kuno dan dapat menerapkannya pada yang baru dia boleh dijadikan guru.”
Pada masa selanjutnya, para sarjana-sarjana Barat yang dipelopori oleh FR. Mateo Ricci 1551-1610 Masehi menyebut Nabi Kongzi sebagai Confucius.
Nabi Kongzi adalah seorang pemikir besar, poliisi, dan pendidik kebudayaan Cina yang terkemuka dan termasyur di seluruh pelosok Zhongguo. Nabi Kongzi
memang bukanlah pendiri sebuah agama baru, tetapi beliau adalah seorang yang sangat dalam perasaan keagamaannya. Nabi Kongzi hanya meneruskan ajaran yang
memang sudah ada sebelumnya, yaitu agama Ru
, yang sudah dirinis diletakkan dasar-dasarnya oleh Nabi Tang Yao dan Nabi Yi Shun tahun 2357– 2205 SM. Nabi
Kongzilah penyempurna dari agama yang sudah ada itu.
47
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
Nabi Kongzi menegaskan, bahwa kekuatan kebajikan nabi adalah Tian Tuhan
Yang Maha Esa yang menumbuhkannya. Beliau telah mengemban tugas suci Tuhan yang wajib diungkapkan dan ditebarkan, dan hal itu menjadi kekuatan bagi nabi
untuk menang atas segala kekecewaan dan tetap damai tenang menghadapi orang- orang yang memusuhi atau mengabaikannya. Alam pemikiran Nabi Kongzi dimulai
dari hal-hal yang bersifat “kemanusiaan” Ren Dao dan naik menuju kepada yang bersifat “Ketuhanan” Tian Dao.
Seperi hal para nabi sebelumnya, Tuhan pun berkenan menurunkan wahyu kepada Nabi Kongzi, yaitu wahyu Yu Shu atau kitab Batu Kumala yang dibawa oleh
makhluk suci Qilin yang diterima oleh ibunda Yan Zhengzai menjelang kelahiran Nabi.
Nabi Kongzi berhasil menggenapkan Kitab Yijing atau Kitab Perubahan yang merupakan salah-satu bagian dari Kitab Wu Jing kitab yang mendasari ajaran
Ru Jiao. Kitab Yijing sudah dimulai penulisannya sejak Nabi Purba Fu Xi. Nabi Kongzi
merumuskan Shi Yi atau sepuluh sayap yang menjelaskan makna dasar dan cara menggunakan Yijing.