Mengimankan Tekad Proses Pembinaan Diri

12 Kelas XI SMASMK 3. Zengzi berkata, “Sepuluh mata melihat sepuluh tangan menunjuk, idaklah itu menakutkan” 4. Harta benda dapat menghias rumah, laku bajik menghias diri; hai yang lapang itu membuat tubuh kita sehat. Maka seorang Junzi senaniasa mengimankan tekadnya.

3. Meluruskan Hai Membina Diri

Dalam Daxue Bab VII Pasal 1 dijelaskan: 1. Adapun yang dinamai untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hai itu ialah: diri yang dilipui geram dan marah, idak dapat berbuat lurus; yang dilipui takut dan khawair, idak dapat berbuat lurus; yang dilipui suka dan gemar, idak dapat berbuat lurus; dan yang dilipui sedih dan sesal idak dapat berbuat lurus. 2. Hai yang idak pada tempatnya, sekalipun melihat idak akan tampak, meski mendengar idak akan terdengar dan meski makan takkan merasakan. 3. Inilah sebabnya dikatakan, bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada melurus hai.” Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada meluruskan hai, dan meluruskan hai arinya: “hai selalu pada tempatnya.” Hai yang idak pada tempatnya adalah hai yang memikirkan hal yang lain keika ia melakukan sesuatu. Maka dikatakan, jika hai idak pada tempatnya sekalipun melihat idak akan nampakterlihat, sekalipun mendengar takkan terdengar dan meski makan takkan merasakan. Mengapa hai seseorang dapat memikirkan hal lain atau idak berada di tempatnya? Karena ia sedang dilipuidilanda nafsu yang ada dalam dirinya, yaitu: geram dan marah, takut dan khawair, suka dan gemar, sedih dan sesal. Sumber: dokumen kemdikbud Gambar 1.4. Hai yang idak pada tempatnya sekalipun melihat idak akan nampak, mendengar takkan terdengar dan meski makan takkan merasakan. 13 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Akivitas Mandiri Tugas Buatlah datar kebiasaan dan sifat-sifat burukmu, dan berjanjilah pada diri sendiri untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk itu Menurut pendapatmu hal apa yang paling sulit dilaksanakan dalam proses pembinaan diri? Berikan alasannya Arinya, bahwa keika manusia idak merasakan atau idak dilanda perasaan marah, gembira, sedih ataupun senang suka, ia dalam keadaan Tengah. Secara kodrai jika manusia dalam keadaan Tengah ia akan mampu berbuat lurus. Tetapi keadaan hai manusia selalu rawan, banyak faktor-faktor dari luar diri yang dapat memicu imbulnya nafsu-nafsu dari dalam itu. “… setelah nafsu-nafsu itu imbul tetapi masih berada di batas tengah dinamai harmonis. Tengah itulah pokok besar daripada dunia, dan keharmonisan itulah cara menempuh jalan suci di dunia.” Maka untuk dapat meluruskan hai orang mesi mampu mengendalikan seiap nafsu yang imbul dari dalam dirinya sehingga idak melampaui batas Tengah, idak melanda dan tetap harmonis. Pening Mengzi berkata, “Untuk memelihara hai iada yang lebih baik daripada mengurangi keinginan. Kalau orang dapat mengurangi keinginan, meskipun adakalanya idak dapat menahannya, niscaya iada seberapa. Kalau orang banyak keinginan-keinginannya, meskipun ada kalanya ia dapat menahannya, niscaya iada seberapa.“ Mengzi VII B: 37.1