Kesesuaian LahanPerairan Untuk Budidaya Rumput Laut

oleh nelayan yang memancing di sekitar perairan Pulau Lingayan dan oleh masyarakat sering ditemukan naik ke daratanpantai sisi Barat untuk bertelur, terutama pada saat bulan purnama dengan intensitas 30 ekor6 bulan. Beberapa jenis Moluska langka yang dilindungi banyak dan mudah ditemukan berasosiasi di ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Pulau Lingayan Gambar 22. Moluska yang terpenting adalah kerang kepala kambing Cassis cornuta, lola Trochus niloticus dan berbagai jenis kima, yakni: kima raksasa Tridacna gigas; kima besar Tridacna maxima, kima sisik Tridacna squamosa, kima lubang Tridacna crocea dan kima pasir Hippopus hippopus DKP, 2006. Gambar 22 Beberapa biota laut yang dilindungi dan dieksploitasi di P. Lingayan Kurangnya pengetahuan terhadap biota laut yang dilindungi, dan kebutuhan ekonomi masyarakat pulau, menyebabkan cukup tingginya tingkat eksploitasi biota yang dilindungi di pulau ini. Kima merupakan biota laut yang dilindungi yang paling tinggi tingkat pemanfaatannya di Pulau Lingayan

4.8. Potensi Pengembangan Budidaya Rumput Laut dan Ikan Kerapu

4.8.1. Kesesuaian LahanPerairan Untuk Budidaya Rumput Laut

Keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya rumput laut adalah sangat ditentukan oleh kesesuaian lahanperairan yang digunakan. Penentuan lahan yang sesuai dalam usaha budidaya rumput laut sudah semestinya memenuhi persyaratan tumbuh bagi rumput laut yang dibudidayakan. Penelitian ini telah mempertimbangkan 13 kriteria faktor pembatas lingkungan dalam penentuan kesesuaian lahanperairan untuk budidaya rumput laut dengan sistem tali rawai. Hasil analisis dari ke-13 faktor pembatas yang dipertimbangkan, menunjukkan bahwa terdapat lima faktor pembatas utama yang dominan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut, yaitu: i keterlindungan perairan, ii kedalaman perairan, iii kecepatan arus, iv tinggi gelombang, dan v kecerahan perairan. Sembilan parameter lainnya, yakni : vi nitrat, vii fosfat, viii jenis subtrat dasar perairan, ix kekeruhan, x oksigen terlarut DO, xi suhu, xii salinitas, dan xiii derajat keasaman pH, merupakan faktor pembatas moderat dan sekunder berdasarkan nilai faktor pembobotnya. Dengan demikian, kriteria faktor pembatas yang memiliki pengaruh dominan atau merupakan faktor pembatas utama, memiliki faktor pembobot yang lebih besar, dan sebaliknya untuk parameter yang kurang dominan akan memiliki faktor pembobot yang lebih kecil Tabel 13. Berdasarkan hasil pengukuran kriteria faktor pembatas untuk kesesuaian lahanperairan, diketahui bahwa terdapat 8 delapan kriteria faktor pembatas yang memiliki nilai pada selang kesesuaian sangat sesuai dan sesuai untuk budidaya rumput laut. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas air di perairan sekitar Pulau Lingayan, secara umum sesuai dan mendukung pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Sedangkan 5 lima parameter lainnya, yaitu : i keterlindungan, ii kedalaman perairan, ii kecepatan arus, iv tinggi gelombang, dan iv kecerahan perairan, menunjukkan nilai yang berada pada rentang kesesuaian yang sangat beragam, yaitu antara sangat sesuai hingga tidak sesuai. Tabel 13 Matrix pembobotan dan scoring kesesuaian budidaya rumput laut Sangat Sesuai S1 Cukup Sesuai S2 Tidak Sesuai N No Faktor Pembatas Bobot Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai 1 Keterlindungan 20 3 60 2 40 1 20 2 Kedalaman m 20 3 60 2 40 1 20 3 Arus 15 3 45 2 30 1 15 4 Kecerahan 15 3 45 2 30 1 15 5 Gelombang 15 3 45 2 30 1 15 6 Nitrat mgl 10 3 30 2 20 1 10 7 Fosfat mgl 10 3 30 2 20 1 10 8 Kekeruhan NTU 10 3 30 2 20 1 10 9 DO mgl 8 3 24 2 16 1 8 10 Subtrat 8 3 24 2 16 1 8 11 Suhu oC 5 3 15 2 10 1 5 12 Salinitas ppt 5 3 15 2 10 1 5 13 pH 5 3 15 2 10 1 5 Total Nilai 61 183 122 61 Keterlindungan perairan merupakan faktor pembatas utama untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut. Di perairan sekitar Pulau Lingayan, perairan yang memiliki keterlindungan yang baik adalah perairan yang berada di sisi Timur pulau yang berhadapan langsung dengan daratan utama pulau Sulawesi. Perairan ini merupakan perairan selat yang terlindung dari gerakan ombak, arus dan tiupan angin yang kuat. Pada sisi pulau bagian Barat, terdapat perairan dangkal shallow water sea yang terdapat langoon di tengahnya. Perairan ini cukup terlindungi karena pada sisi luarnya terdapat rataan terumbu karang bercampur dengan pecahan karang rubbles dan pasir yang dangkal dan secara alami merupakan barrier pemecah dan penahan gelombang. Kondisi lingkungan perairan merupakan faktor pembatas untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya rumput laut. Perairan dangkal di sekeliling Pulau Lingayan memberi karakteristik tersendiri pada arus dan gelombang di perairan. Kecepatan arus rata-rata saat surut adalah 0,31 mdtk dan 0,34 mdtk saat pasang, sedangkan gelombang perairan memiliki tinggi rata-rata 0,33 meter. Karakteristik arus dan gelombang di perairan pulau ini berada pada kisaran yang sangat sesuai hingga sesuai untuk budidaya rumput laut. Kedalaman perairan di Pulau Lingayan sangat bervariasi berdasarkan profil dasar laut yang berada pada perairan dangkal di sekeliling pulau. Kedalaman berkisar antara 0,50 hingga 8,00 meter pada surut terendah di perairan dangkal. Sedangkan di luar zona reef slope, kedalaman perairan berubah secara sangat drastis hingga mencapai kedalaman 50,00 meter. Bervariasinya tingkat kedalaman perairan menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kecerahan perairan, dimana kecerahan perairan di sekitar perairan dangkal pulau ini sebesar 100 Tabel14. Tabel 14 Kriteria faktor pembataskualitas perairan di Pulau Lingayan untuk analisis kesesuaian budidaya rumput laut No Faktor Pembatas Nilai rata-rata Kisaran Kesesuaian Sumber 1 Nitrat mgl 0,24 0,10 – 3,50 Sulistijo 1996 2 Fosfat mgl 0,24 0,02 – 2,00 Sulistijo 1996 3 Suhu oC 29,62 28,00 – 30,00 Djurjani 1999 4 Salinitas ppm 32,71 28,00 – 32,00 Aslan 1998; Djurjani 1999 5 DO mgl 6,56 4,00 Djurjani 1999 6 pH 7,46 7,00 – 8,50 Djurjani 1999 7 Kekeruhan NTU 18,81 40,0 Aslan 1998; Hidayat 1994 Hasil analisis kesesuaian lahanperairan di sekitar Pulau Lingayan untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii metode tali rawai long lines telah mengidentifikasi lahanperairan yang potensial, yaitu seluas 786,5 hektar. Lahan tersebut memiliki kriteria kelas kesesuaian masing-masing untuk kelas sangat sesuai S1 seluas 119,2 hektar dan kelas sesuai S2 seluas 667,3 Hektar Tabel 15 dan Gambar 23. Tabel 15 Potensi perairanlahan untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cotonii dengan metode tali rawai long lines di P. Lingayan No. Kelas Kesesuaian Luas Ha 1 Sangat Sesuai S1 119,2 2 Sesuai S2 667,3 Potensi lahanperairan 786,5 Lahan yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai S1, merupakan lokasi budidaya yang tidak memiliki faktor pembatas dalam pelaksanaan budidaya rumput laut. Secara umum, lokasi dengan kelas sangat sesuai S1 untuk budidaya rumput laut terletak di perairan dangkal yang berada di sisi Timur Pulau Lingayan yang memiliki keterlindungan yang baik. Di lokasi ini kecepatan arus, tinggi gelombang, jenis subtrat, kecerahan perairan berada pada kisaran sangat sesuai hingga sesuai. Sedangkan lokasi budidaya rumput laut dengan kelas cukup sesuai S2 merupakan lokasi budidaya yang memiliki beberapa faktor pembatas terhadap beberapa faktor lingkungan, yang secara umum lokasinya berada di sekeliling pulau yang merupakan perairan dangkal. Lokasi ini memiliki satu atau lebih kriteria penilaian yang berada pada kisaran kesesuaian sangat sesuai hingga sesuai. Pengembangan usaha budidaya rumput laut umumnya dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Penerapan metode budaya dengan sistem apung sangat umum dilakukan. Dalam penerapan sistem apung, seringkali dilakukan dengan memodifikasi sistem ini dengan sistem tali rawai longline system. Budidaya rumput laut sistem apung dimodivikasi dengan menerapkan sistem tali rawai dengan tambahan pelampung. Sistem ini juga yang diterapkan oleh pembudidaya rumput laut yang ada di Pulau Lingayan dan umum juga didapati di beberapa daerah lainnya, seperti di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil penelitian Syamsudin 2004, budidaya rumput laut yang dibudidayakan dengan sistem apungtali rawai dalam budidaya rumput laut menghasilkan produksi rumput laut yang sangat baik. Selanjutnya dikatakan bahwa dengan menggunakan sistem ini dapat menghasilkan penambahan berat bibit rumput laut thallus yang awalnya rata-rata seberat 100 gr dapat mencapai pertumbuhan empat hingga lima kali lipat dari berat bibit awal, dalam 1 periode masa pemeliharaan yaitu 40 hari. Dibandingkan dengan metode dasar dan lepas dasar, pertumbuhan rumput laut dengan metode apungtali rawai lebih tinggi. PETA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM TALI RAWAI LONGLINES DI PULAU LINGAYAN KABUPATEN TOLITOLI, SULAWESI TENGAH S N E W Kasim Mansyur NRP. C251 030 091 PS. Pengelolaan Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 2007 KETERANGAN : Daratan Pulau Tidak Sesuai N Sangat Sesuai S1 Sesuai S1 Riwayat Peta : 1. Sumber Utama Dari Citra Satelit Quick Bird Luaran November 2006 2. R ef erensi Menggunakan Peta Navigasi Skala 1 : 50.000 DIHIDROS TNI-AL dan Peta Lingkungan Laut Nusantara Skala 1 : 25.000 BAKOSURTANAL 3. Survey Lapangan Tahun 2006 Proyeksi....................................Transverse Mercator Sistem Grid ..............................UTM Datum ...................................... W GS 1984 Zone UTM ...............................50 N 0.5 0.5 1 Km Skala : 1:50000 Gambar 23 Peta potensi lahanperairan untuk pengembangan budidaya rumput laut metode tali rawai longlines di Pulau Lingayan

4.8.2. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu