Strategi Berdimensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan

membuka peluang bagi pengembanganyan budidaya ikan kerapu bagi investor luar yang dalam pengembangannya diarahkan untuk memberdayakan masyarakat pulau. Dengan demikian diharapkan ada transfer pengetahuan dan teknik bagi masyarakat pulau dalam menjalankan usaha budidaya ikan kerapu.

4.11.4. Strategi Berdimensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan

Pengembangan usaha budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diharapkan dapat berkembang menjadi usaha ekonomi produktif masyarakat pulau dan berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya laut tersebut dapat diandalkan menjadi usaha yang menghasilkan manfaat ekonomi yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Lingayan. Sedangkan pengertian berkelanjutan adalah pengembangan usaha budidaya laut di Pulau Lingayan dapat dilakukan secara berkesinambungan dan memberdayakan masyarakat Pulau Lingayan secara keseluruhan. Pencapaian tujuan tersebut dapat dihasilkan melalui kerja kolektif dari stakeholders yang ada. Pemerintah Kabupaten berperan lebih dalam memfasilitasi kerjasama dan kemitraan antara masyarakat pulau dengan stakeholders lainnya, seperti lembaga keuangan, pengusaha hasil laut dan LSM. Dengan demikian diharapkan terjadi sinergi dalam keseluruhan tahapan implementasi program, yakni mulai dari tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoringnya. Dengan demikian diharapkan tumbuh tanggung jawab kolektif untuk menyukseskan program tersebut. Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan yang berkelanjutan dalam dimensi sosial dicirikan oleh adanya keadilan distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat, seluruh anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, dan pastisipasi masyarakat dalam proses pengembangannya. Dengan demikian dalam pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan melalui suatu kebijakan yang berorientasi pada partisipasi masyarakat, dan berkeadilan dalam hal distribusi dan kesempatan berusaha. Kendala yang sering dihadapi oleh nelayanpembudidaya adalah masih tidak efektifnya pemasaran produk perikanan mereka, sehingga harga yang dinikmati seringkali jauh lebih rendah dari harga di pasaran. Komoditas perikanan yang merupakan komoditas eksport memiliki rantai pasar yang cukup panjang sehingga dalam mendukung pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu, pemerintah semestinya bisa memfasilitasi terbukanya akses pasar yang lebih efektif, dimana pemasaran dilakukan langsung ke eksportir yang memiliki kemampuan membeli produk hasil laut dengan harha yang inggi. Dengan demikian nelayan pembudidaya akan dapat menikmati harga yang pantas dan lebih lanjut dapat menggairahkan usaha budidaya yang mereka kembangkan. Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan untuk dikembangkan masyarakat dalam kelompok-kelompok usaha nelayan. Melalui pendekatan kelompok ini, diharapkan kebutuhan biaya produksi dapat ditanggung secara bersama-sama dan juga dapat menjamin ketersediaan dan pengamanan kredit yang disalurkan. Dengan melakukan pengembangan usaha budidaya laut dalam kelompok usaha nelayan KUN, diharapkan dapat mamacu peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota masyarakat nelayan dalam menjalankan usaha budidaya laut di Pulau Lingayan. Selain itu, dengan menjalankan usaha dalam suatu kelompok usaha, anggota masyarakat diharapkan punya posisi yang lebih kuat untuk menjalin kemitraan dengan stakholders lainnya, sehingga permasalahan seperti penyediaan modal, input teknologi, dan akses pasar dapat terpecahkan. Untuk memperkuat kapasitas kelompok ini diarahkan untuk melakukan program-program penguatan kelompok pembudidaya melalui program pelatihan dan pendampingan. Peran Pemerintah dan LSM sangat strategis menjalankan program pendampingan dan pemberdayaan untuk menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya laut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis serta pembahasan data yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Perairan di sekitar Pulau Lingayan memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan usaha budidaya rumput laut metode tali rawai longlines dan ikan kerapu sistem keramba jaring apung KJA. Luas lahanperairan yang potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut metode tali rawai adalah seluas 786,5 hektar dengan klasifikasi sangat sesuai S1 seluas 119,2 hektar dan sesuai S2 seluas 667,3 hektar. Potensi pengembangan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA adalah seluas 389,3 hektar dengan klasifikasikan sangat sesuai S1 seluas 103,0 hektar dan sesuai S2 seluas 286,3 hektar. 2. Penataan kawasan budidaya laut di Pulau Lingayan menunjukkan lahan yang potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut metode tali rawai adalah seluas 716,1 hektar dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA seluas 157,8 hektar. Perairan yang potensial tersebut dapat mendukung pengembangan budidaya rumput laut sebanyak 9.166 unit usaha budidaya rumput laut metode tali rawai dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA yaitu sebanyak 4.485 unit KJA ikan kerapu. 3. Hasil analisis kelayakan usaha menunjukkan indikator investasi yang positif. Usaha budidaya rumput laut metode tali rawai menunjukkan nilai revenue cost ratio RC = 2,13, sedangkan usaha budidaya ikan kerapu sistem KJA menunjukkan nilai RC = 1,23; NPV = Rp. 9.870.509; Net BC = 1,07; dan IRR = 22,82. Dengan demikian, pengembangan usaha budidaya rumput laut dan budidaya ikan kerapu layak dilaksanakan dari perspektif ekonomi. 4. Rumusan strategi pengelolaan dan pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan menghasilkan beberapa alternatif strategi yang diprioritaskan, yaitu: 1 penyediaan bibit unggul untuk mendukung pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu; 2 menfasilitasi pengembangan usaha budidaya laut menjadi usaha ekonomi