4.8.3. Penataan Kawasan Budidaya Rumput Laut dan Ikan Kerapu
Hasil analisis spasial di Pulau Lingayan menunjukkan terdapatnya lokasi yang potensial untuk pengembangan budidaya rumpul laut dan ikan kerapu
sistem KJA. Kesesuaian lahan untuk kedua jenis usaha budidaya laut tersebut masih memiliki tumpang tindih pemanfaatan bila dilakukan overlay pada masing-
masing peruntukannya. Untuk mencegah terjadinya tumpang tindih peruntukan lahan yang potensial, maka selanjutnya dilakukan analisis spasial lanjutan
dengan tujuan untuk membuat rencana penataan ruang kawasan budidaya rumput laut dan ikan kerapu.
Penataan ruang kawasan budidaya rumput laut dan ikan kerapu dilakukan dengan mempertimbangan beberapa faktor, yakni :
a. Penentuan proiritas peruntukan lahan terhadap lahan yang saling tumpang
tindih, seperti untuk lahan budidaya rumput laut atau ikan kerapu. Untuk itu dilakukan pendekatan sebagai berikut :
i. Pertimbangan ekonomis. Dari kedua usaha budidaya tersebut, budidaya rumput laut relatif membutuhkan modal investasi yang tidak
terlalu besar dan dalam skala ekonomi menguntungkan karena memiliki pengembalian modal yang relatif cepat dan masa pemeliharaan yang
cukup pendek, yakni 40 hari. Dengan demikian budidaya rumput laut mendapat prioritas utama,
ii. Keinginan dan kebutuhan stakeholders. Hasil diskusi dengan stakeholders dalam hal ini masyarakat pulau dan Diskanlut Kabupaten
Tolitoli, usaha budidaya rumput laut mendapatkan prioritas utama dalam pengembangannya di Pulau Lingayan. Ini didasari oleh modal
investasi yang digunakan tidak terlalui besar dan relatif musah dilakukan oleh masyarakat pulau,
Dengan demikian, lahanperairan yang memiliki tumpang tindih potensi peruntukanpemanfaatannya, yaitu antara budidaya rumput laut dan
ikan kerapu, akan lebih diprioritaskan peruntukannya untuk lokasi pengembangan budidaya rumput laut.
b. Lokasi tempat berlabuh perahukapal dan lokasi pembangunan dermaga
mesti mendapatkan ruang dalam penataan kawasan budidaya di Pulau Lingayan. Penentuan lokasi didasarkan pada masukan masyarakat Pulau
Lingayan dan keberadaaan lokasi yang sudah ada yang menjadi tempat
berlabuh dan penambatan perahu masyarakat selama ini, yakni didepan pemukiman warga. Penempatan lokasi tersebut dilakukan dengan
membuat buffer dengan jarak 100 meter pada garis pantai yang berada di depan pemukiman warga.
c. Jalur perahukapal untuk keluar masuk Pulau Lingayan mesti mendapat
ruang dalam penataan kawasan budidaya di Pulau Lingayan. Penentuan jalur didasarkan pada masukan masyarakat Pulau Lingayan dan
mempertimbangkan jalur yang telah ada. Jalur dibuat dengan membuat buffer dengan jarak 50 meter, dengan mempertimbangkan jarak ini sesuai
untuk ruang gerak kapal saat keluar dan masuk ke Pulau Lingayan. Berdasarkan beberapa faktor tersebut diatas, selanjutnya dilakukan analisis
dengan menggunakan SIG melalui overlay beberapa faktor tersebut. Analisis ini menghasilkan peta penataan kawasan budidaya rumput laut dan ikan kerapu
yang menunjukkan potensi perairan untuk pengembangan budidaya laut di Pulau Lingayan. Potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut metode tali rawai
di perairan Pulau Lingayan adalah seluas 716,1 hektar, sedangkan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA adalah seluas 157,8 hektar. Berdasarkan
klasifikasi kesesuaiannya, potensi lahan untuk budidaya rumput laut dengan kelas sangat sesuai S1 seluas 114,3 hektar atau 13 dan lahan dengan kelas
sesuai S2 seluas 601,8 hektar atau 69 dari luas lahan potensial untuk budidaya laut. Sedangkan untuk budidaya ikan kerapu, potensi lahan yang
memiliki kelas kesesuian sangat sesuai S1 adalah seluas 62,4 hektar, atau 7 dan lahan dengan kelas sesuai S2 seluas 95,4 hektar atau 11 dari luas lahan
yang potensial untuk pengembangan budidaya laut Tabel 19 dan Gambar 25. Tabel 19 Potensi lahanperairan untuk pengembangan budidaya laut setelah
dilakukan penataan kawasan budidaya di P. Lingayan No.
Potensi LahanPerairan Luas Ha
1 Budidaya rumput laut metode tali rawai
716,1 - Sangat Sesuai S1
114,3 - Sesuai S2
601,8 2
Budidaya ikan kerapu sistem KJA 157,8
- Sangat Sesuai S1 62,4
- Sesuai S2 95,4
Jalur Kapal Perahu Lokasi Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJ A
Sangat Sesuai S1 Lokasi Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJ A
Sesuai S2
Daratan Lokasi Budidaya Rumput Laut Sistem Tali Rawai
Sangat Sesuai S1 Lokasi Budidaya Rumput Laut Sistem Tali Rawai
Sesuai S2
PETA PENATAAN KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN IKAN KERAPU
DI PULAU LINGAYAN KAB. TOLITOLI, SULAWESI TENGAH
S N
E W
Kasim Mansyur NRP. C251 030 091
PS. Pengelolaan Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. 2007 KETERANGAN :
Riwayat Peta : 1. Sumber Utama Dari Citra Satelit Quick Bird Luaran November 2006
2. R ef erensi Menggunakan Peta Navigasi Skala 1 : 50.000 DIHIDROS TNI-AL
dan Peta Lingkungan Laut Nusantara Skala 1 : 25.000 BAKOSURTANAL 3. Survey Lapangan Tahun 2006
Proyeksi....................................Transverse Mercator Sistem Grid ..............................UTM
Datum ...................................... W GS 1984 Zone UTM ...............................50 N
0.5 0.5
1 Km
Skala : 1:50000
Gambar 25 Peta penataan kawasan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di perairan Pulau Lingayan
4.8.4. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut