Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya

4.3.7. Sarana Pendukung Perikanan

Sarana pendukung kegiatan perikanan masyarakat di Pulau Lingayan dipenuhi secara swadaya oleh nelayan di pulau ini, dan hal ini berkorelasi dengan sarana yang serba sederhana dan minim. Umumnya masyarakat masih menggunakan alat tangkap pancing dan jaring tetap, serta menggunakan perahu jukung dan perahu papan dengan mesin kapasitas 5,5 PK Gambar 7. Sarana pendukung perikanan di Pulau Lingayan masih belum memadai untuk pengembangan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Sarana berupa dermaga untuk membantu aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan untuk mendukung aktivitas masyarakat pulau belum tersedia. Minimnya ketersediaan sarana dan prasarana perikanan ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan budidaya laut di pulau ini ke depan. Gambar 7 Sarana perikanan tangkap di Pulau Lingayan

4.4. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

4.4.1. Perikanan Tangkap

Aktivitas perikanan tangkap masyarakat Pulau Lingayan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan peralatan tangkap yang masih sangat sederhana dengan fishing ground di sekitar areal terumbu karang di sekitar pulau ini. Dalam melakukan aktivitas perikanan tangkap, masyarakat Pulau Lingayan menggunakan perahu jukung tanpa motor dan perahu kecil dengan penggerak motor tempel dengan kapasitas mesin 5,5 PK, atau dalam bahasa lokal biasa disebut ketinting. Kegiatan pemanfaatan hasil laut melalui perikanan tangkap dilakukan sebagian besar dengan menggunakan alat pancing hand line, bubu, dan jala. Komoditas nelayan adalah ikan-ikan karang yang memiliki nilai jual tinggi, seperti berbagai jenis ikan kerapu dan ikan sunu. Jenis ikan ini menjadi komoditas utama dan penting bagi masyarakat nelayan di Pulau Lingayan karena harga ikan cukup tinggi, dimana di tingkat pengumpul harga ikan kerapu ukuran super dapat mencapai Rp. 80.000,-ekor. Hasil tangkapan nelayan lainnya, dipasarkan di Kota Kecamatan Dampal Utara dan sebagian dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Pulau Lingayan juga mengolah ikan kering dan ikan asin serta mengumpulkan dan mengolah berbagai jenis hasil laut seperti teripang, kima, dan kerang-kerangan Gambar 8. Gambar 8 Pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Pulau Lingayan

4.4.2. Perikanan Budidaya

Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii telah dilakukan oleh masyarakat Pulau Lingayan atas bantuan program Pemerintah Daerah yang pada waktu itu masih bernama Pemda Tingkat II Kabupaten Buol Tolittoli, melalui Dinas Pertanian. Program ini berjalan pada pertengahan Tahun 1999. Akan tetapi kegiatan budidaya ini hanya berjalan kurang lebih tujuh bulan dan berhenti seiring dengan berakhirnya proyek. Hingga saat ini, usaha budidaya rumput laut hanya dijalankan oleh sebagian kecil masyarakat Pulau Lingayan, yaitu empat KK dan dilakukan secara individual dan teknik sederhana. Dalam pelaksanaannya, usaha budidaya rumput laut dilakukan menggunakan sistem tali rawai longline pada unit budidaya yang masih terbatas jumlahnya serta tingkat produksi yang masih rendah. Dalam tiap bulannya, rata-rata anggota masyarakat yang melakukan usaha budidaya menghasilkan seberat 100 – 200 kg rumput laut dalam kondisi kering 70. Sejak Tahun 2000, tidak pernah dilakukan pembaruan bibit rumput laut yang dibudidayakan dan menjadi kelemahan sendiri untuk upaya peningkatan produktifitas dan kualitas produk rumput laut yang dibudidayakan. Selain itu, pembudidayamasyarakat pulau yang melakukan usaha budidaya rumput laut melakukan pemanenan dengan cara memetikmemotong ujung thallus dengan menyisakan bagian thallus yang terikat pada tali rawai untuk berkembang dan tumbuh kembali. Cara panen yang seperti ini dapat menyebabkan rendahnya produksi rumput laut yang dibudidayakan. Selain itu jumlah unit produksi yang ada jumlahnya juga masih sangat terbatas Gambar 9. Gambar 9 Budidaya rumput laut di Pulau Lingayan Unit penampungan ikan karang hidup dengan media Keramba Jaring Apung KJA telah ada di perairan pulau ini, yaitu sebanyak 2 dua unit. Usaha ini dilakukan oleh pemilik modalpengusaha ikan dari daratan utama di Kota Kecamatan Dampal Utara. Dalam operasionalnya, usaha ini dilakukan oleh pekerja yang berasal dari masyarakat pulau. Kegiatan ini sebenarnya bukanlah kegiatan budidaya laut karena hanya merupakan tempat penampungan sementara ikan karang hidup yang banyak dihasilkan dari aktivitas penangkapan ikan masyarakat Pulau Lingayan. Jenis-jenis ikan karang hidup yang ditampung di unit KJA ini adalah berbagai jenis ikan kerapu, ikan sunu dan ikan napoleon.

4.5. Aspek Teknis Budidaya Laut