Oksigen Terlarut DO BOT

Peta Sebaran Salinitas Keterangan : Di Perairan Pulau Lingayan 31 - 32 ooo 32 - 33 ooo 33 - 34 ooo Daratan Sumber : 1.Citra Satelit Quick Bird Luaran November 2006 2.Peta Navigasi Skala 1:50.000 DIHIDROS TNI-AL 3.Peta Lingkungan Laut Nusantara Skala 1:25.000. BAKOSURTANAL 4.Survey Lapangan Tahun 2006 N Km 1 0.5 0.5 Gambar 16 Peta sebaran salinitas perairan di Pulau Lingayan

b. Oksigen Terlarut DO

Oksigen terlarut DO sangat mempengaruhi kehidupan biota air karena berhubungan dengan proses respirasi. Kandungan oksigen terlarut menjadi tolok ukur untuk mengetahui kondisi kualitas perairan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya suhu, salinitas, serta proses dekomposisi dan respirasi organisme. Aktivitas fitoplankton dalam perairan akan meningkatkan oksigen terlarut dalam perairan karena pada saat terjadi fotosintesis akan melepaskas oksigen ke dalam perairan. Kandungan oksigen diperairan sangat berpengaruh pada organisme laut yang dibudidayakan. Kandungan oksigen yang rendah akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan rumput laut dan ikan kerapu yang dibudidayakan, lebih lanjut hal tersebut juga akan mempengaruhi ikan kerapu yang dibudidayakan yang akan mengurangi nafsu makannya, dan akan mengurangi produktivitasnya. Sedangkan jumlah kandungan oksigen terlarut yang cukup banyak juga akan menyebabkan kematian pada ikan kerapu, karena didalam pembuluh darah terrjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh rambut dalam daun insang ikan. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di perairan Pulau Lingayan menunjukkan nilai kandungan oksigen terlarut DO berkisar antara 5,5 – 7,4 mgl dengan nilai rata-rata sebesar 6,7 mgltr. Rumput laut sangat sesuai tumbuh pada perairan dengan kandungan DO diatas 4,0 mgl, dan ikan kerapu sangat sesuai untuk pertumbuhannya pada kandungan DO berkisar antara 3,0 – 8,0 mgl. Dengan demikian kandungan oksigen terlarut di perairan Pulau Lingayan sangat mendukung dan memiliki kesesuaian untuk pertumbuhan rumput laut dan ikana kerapu.

c. BOT

Kandungan bahan organik terlarut BOT atau total organik matter TOM mengGambarkan kandungan bahan organik total dalam suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi particulate, dan koloid Widigdo, 1992. Terdapat empat sumber penghasil senyawa organik terlarut dalam air laut, yaitu berasal dari daratan, proses pembusukan organisme mati, penambahan metabolik ekstraselluler algae terutama fitoplankton, dan eksresi zooplankton dan hewan-hewan laut lainnya Koesoebiono, 1985 Kandungan bahan organik dapat mempengaruhi sistem pernafasan pada organisme yang dibudidayakan, karena kandungannya yan gtinggi dapat menyebabkan blooming fitoplankton, hal ini dapat menurunkan kandungan oksigen yang akhirnya menurunkan kualitas perairan. Selain akibat kompetisi iksigen, penguraian bahan organik olhe bakteri juga membutuhkan oksigen yang cukup banyak. Menurut Al Qodri dkk, 1999 kandungan bahan organik total untuk budidaya ikan kerapu sebaiknnya tidak melebihi 50,0 ppm. Hasil pengukuran kandungan bahan organik total di perairan sekitar Pulau Lingayan, diketahui bahwa kisaran nilai BOT yaitu 10,1 – 34,6 ppm, dengan nilai rata-rata sebesar 23,9 ppm. Besaran nilai kandungan bahan organik ini berada pada rentang kesesuaian untuk budidaya ikan kerapu. Bahan organik terlarut di perairan menjani salah satu parameter untuk menentukan kesesuaian lahan untuk budidaya laut. Menurut Akbar dan Sudaryanto 2001, bahwa perairan dengan kandungan bahan organik yang tinggi dikategorikan cukup subur. Akan tetapi hal ini bisa menimbulkan dampak negatif karena dapat mempercepat perkembangan organisme penempel seperti teritip, lumut, cacing dan kerang- kerangan, serta menyebabkan jaring pada KJA menjadi lebih cepat kotor.

d. Derajat Keasaman pH