fosfat di perairan Pulau Lingayan, maka perairan ini memiliki kesuburan yang sangat baik dan berada pada rentang kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput
laut. Secara alami, nitrat yang masuk ke perairan biasanya bersumber dari aliran sungai dari daratan, hasil fiksasi nitrogen, hujan presipitation, dan proses
upwelling. Sedangkan fosfat secara alami berasal dari erosi tanah, limpasan permukaan, buangan industri, kotoran hewan dan pelapukan tanaman.
Kandungan nitrat dan fosfat di perairan Pulau Lingayan berada pada kisaran yang normal dan tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan karena tidak adanya
sumber aliran sungai dan kurangnya limpasan permukaan dari daratan.
4.7. Kondisi Ekosistem
4.7.1. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu potensi kelautan yang terdapat di Pulau Lingayan. Tipe terumbu karang yang terdapat di pulau ini
adalah tipe terumbu karang tepi fringing reef dengan rataan terumbu yang cukup lebar. Rataan terumbu karang terhampar dengan lebar hingga mencapai
kurang lebih 2.000 meter dari garis pantai hingga tubir terumbu, khususnya pada sisi Barat pulau dan luas terumbu karang di perairan ini kurang lebih 900 hektar
DKP 2006. Terumbu karang tumbuh dengan baik pada kedalaman antara 1 - 20 meter, selanjutnya merupakan hamparan teras pasir halus yang dihuni oleh
organisme penggali pasir infauna. Pada keadaan surut terendah, karang- karang di beberapa rataan terumbu dan daerah tubir karang, terekspose di udara
dan terkena terikan matahari langsung sehingga menyebabkan sebagian karang mengalami kematian, walaupun sebagian besar dapat beradaptasi dengan
kondisi seperti ini.
Gambar 17 Kondisi tutupan karang yang masih bagus dan didominasi oleh Acropora sp.
Berdasarkan data hasil pengamatan terumbu karang yang dilakukan oleh DKP 2006,
menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Lingayan secara umum berada dalam kondisi sedang hingga baik dan
pada beberapa bagian didominasi oleh jenis Acropora sp Gambar 17. Kondisi terumbu karang di sisi pulau sebelah Utara, Barat, Selatan memiliki kondisi baik
dengan persentase penutupan karang hidup masing-masing 54,30, 62,30, dan 57,02. Sedangkan pada sisi sebelah Timur memiliki kondisi sedang
dengan persentase penutupan karang hidup 40,83 Tabel 12 dan Gambar 18. Tabel 12 Kondisi terumbu karang di Pulau Lingayan
Lokasi Pengamatan
Persentase Tutupan Karang Hidup
Kondisi Kepmen LH No. 04 2001
Utara 54,30 Baik
Barat 62,30 Baik
Selatan 57,02 Baik
Timur 40,83 Sedang
Gambar 18 Grafik penutupan karang di perairan sekitar P. Lingayan DKP, 2006
Pada kenyataannya, kondisi terumbu karang di Pulau Lingayan selama ini terus mengalami tekanan akibat aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan.
Pada beberapa kasus, penangkapan ikan tidak ramah lingkungan masih sering terjadi di perairan sekitar pulau ini. Aktivitas tersebut kerap dilakukan oleh
nelayan dari luar lokasi yang menggunakan bahan peledakbom ikan rakitan dan bahan bius potasium cianide. Aktivitas ini telah memberi dampak merugikan
bagi ekosistem terumbu karan gdan berdampak langsung bagi perubahan ekosistemnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, terdapat beberapa
spot di areal terumbu karang, terutama pada sisi Selatan Hingga Utara pulau yang telah mengalami kerusakan akibat aktivitas destructive fishing ini. Hal ini
ditandai dengan kerusakan karang dalam bentuk pecahan-pecahan kecil pada radius tertentu.
4.7.2. Lamun