Kecepatan dan Arah Angin Arus

Pada musim Timur banyak turun hujan, angin bertiup agak menurun dibanding keadaan angin pada musim kering. Tiupan angin yang sering terjadi di wilayah ini mempunyai kecepatan maksimum antara 16 - 20 knots, sedangkan kecepatan angin rata-rata pada umumnya berkisar antara 5 - 6 knots pada setiap tahunnya.

b. Suhu Udara

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Kondisi suhu udara di sekitar wilayah Pulau Lingayan dideskripsikan dalam rataan suhu udara tiap bulannya sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah ini relatif konstan dengan kisaran bulanan sekitar 1,0 °C, dengan suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 29,0 °C sampai 32,0 °C, sedangkan suhu udara pada malam hari berkisar antara 22,0 °C sampai 24,0 °C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Juni sebesar 32,5 °C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan September yaitu sebesar 22,5 °C. LEPSSDAL, 2005. c. Kelembaban Udara Kelembaban udara di sekitar wilayah Pulau Lingayan relatif tinggi. Nilai rata-rata kelembaban udara di wilayah ini sebesar 68. Pada Bulan September hingga Desember kelembaban udara maksimum mencapai 89, sedangkan kelembaban udara minimum sebesar 46 yang terjadi pada bulan Maret hingga bulan Juli LEPSSDAL, 2005.

d. Kecepatan dan Arah Angin

Berdasarkan hasil studi LEPSSDAL 2005, diketahui bahwa arah pergerakan angin dominan dari arah Barat hingga Barat Laut yang terjadi pada Bulan November dan Januari dengan kisaran 60 - 70. Pada Bulan Maret hingga Mei, angin dominan dari arah Timur Laut dengan kisaran sekitar 40 – 50. Pada Bulan Juni arah angin berubah-ubah dengan kisaran 40 dari arah Timur Laut dan Tenggara. Pada Bulan Juli sampai Oktober arah angin terbanyak dari arah Tenggara dengan kisaran sekitar 50 – 60.

4.2. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat

4.2.1. Penduduk

Pulau Lingayan merupakan pulau kecil terluar dan merupakan pulau perbatasan yang telah berpenghuni. Jumlah penduduk di pulau ini terdiri dari 269 jiwa, yang terdiri dari + 62 Kepala Keluarga KK. Masyarakat di Pulau Lingayan seluruhnya beragama Islam. Komposisi penduduk yang tinggal di pulau ini terdiri dari 133 jiwa pria dan 136 jiwa perempuan, dengan jumlah usia angkatan kerja sebanyak 159 orang. Keberadaan penduduk di Pulau Lingayan adalah satu unsur kekuatan, dimana keberadaan penduduk ini telah mampu berdaptasi secara ekologis dengan kondisi lingkungan di Pulau Lingayan dan merupakan sumberdaya manusia yang diproyeksikan menjadi subyek dalam pengembangan budidaya laut kedepan di pulau ini.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan data tahun 2006 menunjukkan kondisi yang kurang baik, hal ini ditunjukkan dengan tingginya angka atau jumlah penduduk yang buta huruf dan tidak tamat SD 67,97 serta sangat rendahnya jumlah penduduk yang berpendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas SMA. Di Pulau Lingayan hingga saat ini, jumlah penduduk yang mengecap bangku sekolah setingkat SMA baru lima orang LEPSSDAL, 2005; dan DKP, 2006

4.2.3. Mata Pencaharian Masyarakat

Masyarakat di Pulau Lingayan sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, dengan komoditas utama hasil tangkap mereka adalah ikan karang hidup. Selain sebagai nelayan, aktivitas perekonomian lainnya yang dilakukan masyarakat di Pulau Lingayan adalah budidaya rumput laut, mengolah kopra, mengolah ikan kering, dan pembuatan arang dari batok kelapa Gambar 4. Aktivitas ekonomi masyarakat Pulau Lingayan menghasilkan pendapatan rata-rata masyarakat pulau sebesar Rp.700.000,- tiap bulannya LEPSSDAL, 2005 dan DKP, 2006. Gambar 4 Beberapa aktivitas ekonomi masyarakat di Pulau Lingayan Beberapa anggota masyarakat telah melakukan usaha budidaya rumput laut, yaitu sejumlah empat KK dan dua orang pelaksana usaha penampungan ikan karang hidup. Usaha budidaya rumput laut yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode tali rawai longlines pada areal terbatas di perairan sekitar pemukiman warga. Sedangkan usaha penampungan ikan karang hidup dilakukan dengan sistem keramba jaring apung KJA. Keberadaan anggota masyarakat ini merupakan kekuatan dimana mereka telah memiliki pengetahuan dasar dalam melakukan budidaya rumput laut dan penanganan ikan karangkerapu hidup. Keberadaan anggota masyarakat ini diproyeksikan dapat didorong menjadi motivator bagi masyarakat Pulau Lingayan untuk program pengembangan budidaya laut kedepan.

4.3. Sarana Dan Prasarana

4.3.1. Sarana Kesehatan

Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yang vital adalah kesehatan. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah, merata dan murah pada semua lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu. Pelayanan kesehatan yang memadai harus didukung oleh sarana dan prasarana yang seimbang dengan kebutuhan masyarakat. Di Pulau Lingayan, belum tersedia satupun sarana pelayanan kesehatan yang memadai. P elayanan kesehatan masyarakat di pulau ini, dilayani oleh puskesmas keliling dari kecamatan secara regular setiap dua bulan sekali. Sehari-harinya, pelayanan kesehatan masyarakat di Pulau Lingayan dilayani oleh dua orang dukun dan satu orang dukun beranak. Untuk beberapa pelayanan kesehatan yang serius, masyarakat pulau ini biasanya memenuhinya dengan mendatangi puskesmas di Desa Ogotua atau Kota Kecamatan Dampal Utara yang juga terletak di Desa Ogotua.

4.3.2. Sarana Pendidikan

Di Pulau Lingayan terdapat 1 satu komplek bangunan Sekolah Dasar SD sebagai sarana pendidikan bagi anak usia sekolah Gambar 5, sehingga anak usia sekolah dasar tidak perlu keluar pulau untuk mendapatkan pendidikan formal setingkat SD. Bangunan sekolah di pulau ini berupa suatu kompleks yang dilengkapi dengan beberapa bangunan, yaitu: ruang kelas yang terdiri dari 2 bangunan utama, rumah dinas guru 6 petak terdiri dari 3 bangunan utama, bangunan kamar generator untuk listrik 1 bangunan, WC 4 buah. Hingga tahun ajaran 2005 - 2006 jumlah murid sekolah SD di Pulau Lingayan sebanyak 44 murid, dengan komposisi jumlah murid menurut jenis kelamin adalah 21 orang perempuan dan 23 orang pria. Gambar 5 Sarana pendidikan sekolah dasar di Pulau Lingayan

4.3.3. Sumber Air Bersih

Air bersih di Pulau Lingayan tersedia sepanjang tahun. Untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari, masyarakat pulau mengambil dari dua buah sumur yang diperuntukkan khusus untuk tempat pengambilan air minum masyarakat. Sedangkan kebutuhan air tawarbersih lainnya untuk kebutuhan MCK, masyarakat menggunakan beberapa sumur lain yang ada di sekitar pemukiman penduduk Gambar 6. Gambar 6 Sumber air bersih di Pulau Lingayan

4.3.4. Energi Listrik

Penyediaan sarana energi listrik masyarakat di Pulau Lingayan masih sangat minim. Beberapa rumah tangga di pulau ini memenuhi kebutuhan listriknya dari mesin generator yang dimiliki sendiri. Sedangkan untuk kebutuhan listrik desa belum tersedia, sehingga hanya rumah yang memiliki generator saja yang dapat menikmati fasilitas listrik.

4.3.5. Sarana Ibadah

Masyarakat di Pulau Lingayan seluruhnya beragama Islam. Sarana ibadah ummat tersedia berupa satu buah mesjid. Mesjid ini dilengkapi dengan satu buah mesin generator listrik yang hanya digunakan pada saat Hari Jumat untuk ibadah sholat jumat dan pada perayaan hari-hari besar lainnya. Mesjid ini juga dilengkapi dengan perlengkapan sound system untuk pengeras suara.

4.3.6. Sarana Telekomunikasi

Di Pulau Lingayan, signal telkomsel untuk pelayanan telekomunikasi masih dapat diterima dengan baik. Beberapa orang anggota masyarakat di pulau ini memiliki telepon genggam yang dapat membantumempermudah hubungan komunikasi dengan daratan utama. Sedangkan sarana telekomunikasi lainnya adalah dua unit stasiun radio amatir yang dimiliki oleh masyarakat pulau dan juga sarana pelengkap sekolah dasar. Masyarakat pulau sudah dapat menikmati siaran televisi dan radio melalui jaringan satelit parabola.

4.3.7. Sarana Pendukung Perikanan

Sarana pendukung kegiatan perikanan masyarakat di Pulau Lingayan dipenuhi secara swadaya oleh nelayan di pulau ini, dan hal ini berkorelasi dengan sarana yang serba sederhana dan minim. Umumnya masyarakat masih menggunakan alat tangkap pancing dan jaring tetap, serta menggunakan perahu jukung dan perahu papan dengan mesin kapasitas 5,5 PK Gambar 7. Sarana pendukung perikanan di Pulau Lingayan masih belum memadai untuk pengembangan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Sarana berupa dermaga untuk membantu aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan untuk mendukung aktivitas masyarakat pulau belum tersedia. Minimnya ketersediaan sarana dan prasarana perikanan ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan budidaya laut di pulau ini ke depan. Gambar 7 Sarana perikanan tangkap di Pulau Lingayan

4.4. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

4.4.1. Perikanan Tangkap

Aktivitas perikanan tangkap masyarakat Pulau Lingayan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan peralatan tangkap yang masih sangat sederhana dengan fishing ground di sekitar areal terumbu karang di sekitar pulau ini. Dalam melakukan aktivitas perikanan tangkap, masyarakat Pulau Lingayan menggunakan perahu jukung tanpa motor dan perahu kecil dengan penggerak motor tempel dengan kapasitas mesin 5,5 PK, atau dalam bahasa lokal biasa disebut ketinting. Kegiatan pemanfaatan hasil laut melalui perikanan tangkap dilakukan sebagian besar dengan menggunakan alat pancing hand line, bubu, dan jala. Komoditas nelayan adalah ikan-ikan karang yang memiliki nilai jual tinggi, seperti berbagai jenis ikan kerapu dan ikan sunu. Jenis ikan ini menjadi komoditas utama dan penting bagi masyarakat nelayan di Pulau Lingayan karena harga ikan cukup tinggi, dimana di tingkat pengumpul harga ikan kerapu ukuran super dapat mencapai Rp. 80.000,-ekor. Hasil tangkapan nelayan lainnya, dipasarkan di Kota Kecamatan Dampal Utara dan sebagian dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Pulau Lingayan juga mengolah ikan kering dan ikan asin serta mengumpulkan dan mengolah berbagai jenis hasil laut seperti teripang, kima, dan kerang-kerangan Gambar 8. Gambar 8 Pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Pulau Lingayan

4.4.2. Perikanan Budidaya

Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii telah dilakukan oleh masyarakat Pulau Lingayan atas bantuan program Pemerintah Daerah yang pada waktu itu masih bernama Pemda Tingkat II Kabupaten Buol Tolittoli, melalui Dinas Pertanian. Program ini berjalan pada pertengahan Tahun 1999. Akan tetapi kegiatan budidaya ini hanya berjalan kurang lebih tujuh bulan dan berhenti seiring dengan berakhirnya proyek. Hingga saat ini, usaha budidaya rumput laut hanya dijalankan oleh sebagian kecil masyarakat Pulau Lingayan, yaitu empat KK dan dilakukan secara individual dan teknik sederhana. Dalam pelaksanaannya, usaha budidaya rumput laut dilakukan menggunakan sistem tali rawai longline pada unit budidaya yang masih terbatas jumlahnya serta tingkat produksi yang masih rendah. Dalam tiap bulannya, rata-rata anggota masyarakat yang melakukan usaha budidaya menghasilkan seberat 100 – 200 kg rumput laut dalam kondisi kering 70. Sejak Tahun 2000, tidak pernah dilakukan pembaruan bibit rumput laut yang dibudidayakan dan menjadi kelemahan sendiri untuk upaya peningkatan produktifitas dan kualitas produk rumput laut yang dibudidayakan. Selain itu, pembudidayamasyarakat pulau yang melakukan usaha budidaya rumput laut melakukan pemanenan dengan cara memetikmemotong ujung thallus dengan menyisakan bagian thallus yang terikat pada tali rawai untuk berkembang dan tumbuh kembali. Cara panen yang seperti ini dapat menyebabkan rendahnya produksi rumput laut yang dibudidayakan. Selain itu jumlah unit produksi yang ada jumlahnya juga masih sangat terbatas Gambar 9. Gambar 9 Budidaya rumput laut di Pulau Lingayan Unit penampungan ikan karang hidup dengan media Keramba Jaring Apung KJA telah ada di perairan pulau ini, yaitu sebanyak 2 dua unit. Usaha ini dilakukan oleh pemilik modalpengusaha ikan dari daratan utama di Kota Kecamatan Dampal Utara. Dalam operasionalnya, usaha ini dilakukan oleh pekerja yang berasal dari masyarakat pulau. Kegiatan ini sebenarnya bukanlah kegiatan budidaya laut karena hanya merupakan tempat penampungan sementara ikan karang hidup yang banyak dihasilkan dari aktivitas penangkapan ikan masyarakat Pulau Lingayan. Jenis-jenis ikan karang hidup yang ditampung di unit KJA ini adalah berbagai jenis ikan kerapu, ikan sunu dan ikan napoleon.

4.5. Aspek Teknis Budidaya Laut

4.5.1. Ketersediaan Bibit

Ketersediaan bibit adalah salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan usaha budidaya. Pengembangan usaha budidaya rumput laut membutuhkan pembaruan dan pengadaan bibit pada setiap empat periode masa tanam rumput laut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksinya. Dengan demikian, dalam satu tahun mesti dilakukan pengadaan bibit baru untuk mendukung usaha budidaya rumput laut yang dikembangkan. Saat ini kebutuhan bibit rumput laut belum ada ditingkat lokal, dan pengadaannya masih tergantung dari luar daerah. Kebutuhan bibit rumput laut saat ini dapat didatangkan dari Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan. Pengembangan budidaya ikan kerapu di Pulau Lingayan akan membutuhkan ketersediaan sumber bibit dalam jumlah yang cukup besar. Pada saat ini di Kabupaten Tolitoli dan Provinsi Sulawesi Tengah belum terdapat balai pembenihan yang mampu menyediakan bibit ikan kerapu untuk mendukung pengembangan usaha budidaya laut. Dengan demikian sumber bibit ikan kerapu dapat dipenuhi dari luar daerah yang umumnya didatangkan dari Balai Pembenihan di Gondol, Bali atau Situbondo, Jawa Timur. Ketergantungan dalam hal pemenuhan kebutuhan bibit dari luar daerah menjadi kelemahan tersendiri dalam pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan. Hal ini karena harga pengadaan dan penyediaan bibit akan menjadi lebih tinggi karena ditambah dengan ongkos transportasi. Untuk pengadaan bibit rumput laut dari Kabupaten Pangkep atau Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan, membutuhkan biaya sebesar Rp.1.500,- sampai Rp.2.000,- tiap kilogramnya, sedangkan untuk bibit ikan kerapu tikus ukuran 20 – 50 gramekor dari Balai Pembenihan Gondol, Bali atau Situbondo, Jawa Timur, membutuhkan biaya sebesar Rp 20.000 – Rp. 25.000 tiap ekornya. Dengan demikian, biaya investasi dan produksi untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA menjadi lebih tinggi.

4.5.2. Ketersediaan Bahan

Pengembangan budidaya laut di Pulau Lingayan dilakukan dalam unit-unit budidaya yang membutuhkan ketersediaan alat dan bahan. Untuk 1 unit usaha budidaya rumput laut membutuhkan bahan-bahan utama berupa kayubambu, tali nilon, tali rapia, pelampung dan waring. Sedangkan untuk pengembangan budidaya ikan kerapu sistem KJA membutuhkan bahan-bahan utama berupa: kayu kaso 8x12 dan 5x7, papan, pelampung drum, Jaring PE:D-120,5, tali PE:D-8mm dan PE:D-12mm, jangkar, styrofoam boks dan bak penampung. Bahan-bahan tersebut banyak tersedia di wilayah Kabupaten Tolitoli sehingga tidak akan menjadi hambatan dalam pelaksanaan pengembangan budidaya rumput laut kedepan.

4.5.3. Ketersediaan Pakan

Ketersediaan pakan lebih ditekankan pada peruntukannya pada budidaya ikan kerapu. Pakan merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang yaitu menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dalam penerapannya pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis ikan-ikan yang banyak terdapat di pasaran dan relatif memiliki nilai jual yang rendah, yaitu ikan-ikan yang digolongkan sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya yang banyak terdapat di sekitar lokasi. Pakan untuk mendukung pengembangan usaha budidaya ikan kerapu sistem KJA di Kabupaten Tolitoli yaitu berupa ikan rucah dapat dengan mudah ditemukan di Kabupaten ini. Nilai produksi ikan rucah berupa ikan layang, ikan tembang dan ikan selar pada Tahun 2006 masing-masing mencapai 1.431,2 ton, 803,3 ton dan 99,1 ton. Dari jumlah tersebut, di Kecamatan Dampal Utara, produksi ikan layang, ukan tembang dan ikan selar mencapai 187,8 ton, 58,5 ton dan 2,2 ton Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tolitoli 2006. Pemilihan pakan ikan kerapu yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah diperoleh, juga karena pakan buatan khusus ikan kerapu belum terdapat di pasaran. Pakan dari jenis ikan rucah tetap harus dijaga kualitasnya, setidaknya kondisinya tetap dipertahankan dalam keadaan segar, misalnya disimpan dalam freezer. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya kualitas nutrisi berupa asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu, yang dapat hilang karena proses oksidasi. Pemberian pakan yang ideal tergantung pada ukuran ikan kerapu. Ikan yang berukuran 20 - 50 gr, dapat diberikan pakan sebesar 15 per hari dari bobot biomassa. Selanjutnya persentase diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Setelah mencapai ukuran 100 gr, pakan diberikan sebanyak 10 per hari, dan kemudian dikurangi setiap 1 satu bulan pemeliharaan, hingga akhirnya diberikan sebanyak 5 per hari saat ikan kerapu telah mencapai ukuran 500 gr.

4.5.4. Aksesibilitas dan Keterjangkauan Pasar

Kabupaten Tolitoli hingga saat ini mengembangkan program perdagangan internasional yang dikenal dengan namaistilah TOTATA Tolitoli-Tarakan- Tawao dan TOSAMIN Tolitoli-Tarakan-Samarinda. Pengembangan perdagangan ini membuka akses pasar yang cukup baik bagi berbagai komoditas utama yang berasal dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Akan tetapi untuk komoditas perikanan seperti rumput laut dan ikan kerapu, masih belum terserap di pasaran pulau Kalimantan Tawao atau Samarinda dan lebih utama dipasarkan di kota Makassar, Sulawesi Selatan dan Kota Surabaya, Jawa Timur melalui Kota Palu. Hal ini karena telah adanya jaringan pasar tersendiri yang sudah dibangun oleh para punggawapengusaha hasil laut di sebagian besar desa-desa nelayan. Komoditas hasil laut berupa rumput laut jenis Eucheuma sp dan ikan kerapu hidup dalam berbagai jenis di lokasi relatif mudah dan dapat dijangkau oleh masyarakat Pulau Lingayan. Secara garis besar, rantai pasar dalam penjualan hasil laut ini mencakup tiga komponen utama, yaitu 1 produsennelayan; 2 pengusaha pengumpul; dan 3 eksportir. Dalam prakteknya, pengusaha pengumpul terdiri dari pengusah pengumpul kecil dan pengumpul besar. Umumnya penjualan hasil-hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi atau memiliki pasar ekspor relatif mudah dipasarkan di lokasi ini, akan tetapi panjangnya rantai pemasaran menyebabkan tidak stabilnya harga penjualan di tingkat produsennelayan Penjualan rumput laut dilakukan dengan kondisi rumput laut sudah kering 70 atau setelah penjemuran 2 hingga 3 hari. Penjualan dilakukan di Kota Kecamatan Dampal Utara kepada pengusaha pengumpul rumput laut dengan harga pembelian yang sering berfluktuatif antara Rp. 2.000 hingga Rp. 3.000 per kilogram. Pengusaha pengumpul rumput laut selanjutnya mengirim atau menjual rumput laut tersebut ke pengumpul besar di Kota Palu dengan kisaran harga antara Rp. 3.000 hingga Rp. 4.000 per kilogramnya. Pengusaha pengumpul rumput laut di kota Palu biasanya mengirim rumput laut ke eksportir di Kota Makassar atau di Kota Surabaya dengan kisaran harga antara Rp. 4.500 hingga Rp. 5.000 per kilogramnya. Pemasaran beberapa jenis ikan kerapu hidup di Pulau Lingayan masih dimonopoli oleh punggawa, yang merupakan pengusaha penampung ikan hidup lokal yang beroperasi di Pulau Lingayan. Masyarakat nelayan di pulau ini memiliki keterikatan ekonomi dengan punggawa pengusaha ikan hidup yang berada di kota Kecamatan. Dalam operasinya, pengusaha mempekerjakan dua orang masyarakat pulau untuk melakukan pembelian dan penampungan ikan hidup. Dengan demikian pembelian ikan kerapu hidup masih dimonopoli oleh punggawa pengusaha ikan hidup. Ikan kerapu yang dijual dan dibeli yaitu yang memiliki ukuran diatas 400 gram per ekornya dimana harganya cukup bervariasi sesuai ukuran dan jenis ikannya. Selain itu harga ikan kerapu juga cukup bervariasi pada kelompok pembelipengumpul lokal dan eksportir Tabel 11. Tabel 11 Harga ikan kerapu di pengumpul lokal dan eksportir No. Jenis Ikan Lokal RpKg Eksportir RpKg 1 Kerapu Sunu Plectropomus spp 70.000 140.000 2 Kerapu Lumpur Epinephelus suillus 35.000 70.000 3 Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus 55.000 90.000 4 Kerapu Tikus Chromileptes altivelis 130.000 240.000 Sumber: Hasil survey dan Dskanlut Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 Punggawa pengusaha ikan hidup telah memiliki jalur pasar tersendiri, dimana Ikan kerapu yang telah dikumpulkan diangkut atau dijemput menuju kota Palu oleh kapal pengumpul ikan hidup. Berdasarkan informasi punggawapengusaha dan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah, ikan kerapu hidup selanjutnya dikirim kepada eksportir di Kota Makassar. Menurut data Diskanlut propinsi Sulawesi Tengah, khusus ikan kerapu, sebagian besar diekspor ke luar negeri dalam bentuk ikan hidup dan ikan segar dengan tujuan negara-negara utama seperti Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia dan AS.

4.5.5. Kelembagaan Ekonomi

Perkembangan kelembagaan menjadi sangat penting untuk kesuksesan pembangunan secara keseluruhan. Kelembagaan biasanya merujuk kepada suatu badan, seperti organisasi ilmiah, organisasi ekonomi dan berbagai betuk organisasi yang memiliki beragam tujuan. Kondisi ekonomi masyarakat Pulau Lingayan saat ini masih berada dalam kondisi memprihatinkan dimana hal ini terlihat cukup kontras dengan melimpahnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada di Pulau Lingayan. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan potensi dan peluang yang ada dan lebih lanjut berkorelasi terhadap masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia yang ada. Pengembangan usaha perikanan oleh masyarakat Pulau Lingayan yang merupakan mata pencaharian utama mereka masih terbentur pada beberapa permasalahan, antara lain seperti sulitnya mengembangkan usaha karena keterbatasan modal usaha dan belum terbukanya akses pada sumber-sumber permodalan yang ada seperti di Bank dan Koperasi. Beberapa lembaga keuangan seperti Bank Rakyat Indonesia BRI dan koperasi telah terdapat di Kecamatan Dampal Utara dan telah memiliki mekanisme pemberian kredit untuk pengembangan usaha dengan bunga kredit antara 12 – 16. Akan tetapi hal ini belum menyentuh pada penyediaan kebutuhan modal usaha masyarakat Pulau Lingayan, karena adanya hambatan seperti syarat penjaminan untuk peminjaman kredit usaha yang sebagian besar masih merupakan usaha-usaha perikanan yang bersifat individual dan lebih penting lagi karena ketidaktahuan masyarakat dalam mengakses modal usaha dari lembaga keuangan ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam bentuk pembinaan, pendampingan dan bantuan modal untuk pengembangan usaha perikanan masyarakat pulau menjadi usaha perikanan yang lebih produktif menjadikan keterbatasan dalam hal pengembangan perekonomian masyarakat Pulau Lingayan. Usaha perikanan yang dilakukan masyarakat Pulau Lingayan masih bersifat individual dan belum terorganisir dalam suatu kelompok usaha, sehingga menjadikan nilai tawar anggota masyarakat pulau untuk mengakses permodalan dan bantuan masih sangat lemah.

4.6. Potensi Sumberdaya

Pulau Lingayan merupakan pulau kecil yang terdapat di sebelah Barat daratan Utama Sulawesi yang dibatasi oleh selat dengan lebar +1,5 kilometer. Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang tepi yang membentuk rataan terumbu karang dan perairan dangkal dengan kedalam 0,5 hingga 1,5 meter. Perairan dangkal ini memiliki lebar hingga mencapai jarak +3,0 kilometer dari garis pantai. Pada perairan dangkal diantara reef slope dan garis pantai pada sisi sebelah Barat dan Timur pulau, terdapat langoon dengan kedalaman antara 7,0 – 9,0 meter. Pada umumnya karakteristik perairan yang berada di selat antara daratan utama Sulawesi dengan Pulau Lingayan serta di daerah langoon memiliki perairan yang terlindung dari pengaruh gelombang laut terbuka.

4.6.1. Karakteristik Fisika Perairan a. Pasang

Surut Pergerakan pasang surut yang terjadi di perairan sangat erat kaitannya dengan fluktuasi tinggi muka air dan pergerakan massa air arus. Kedalaman perairan akan mengalami fluktuasi, dimana pada saat pasang tertinggi perairan akan mencapai kedalaman maksimum dan saat surut terendah akan mencapai kedalaman minimum. Pengamatan pasang surut perairan menjadi penting dilakukan pada saat pasang surut tertinggi, dimana pada saat terjadinya akan diketahui nilai kisarantunggang pasut yang selanjutnya dapat diketahui nilai mean sea level MSL dan acuan untuk koreksi kedalaman perairan. Pasang surut di perairan merupakan salah satu faktor dalam membangkitkan pergerakan massa airarus diperairan. Kecepatan arus memiliki karakteristik berdasarkan waktu terjadinya pasang surut perairan. Biasanya pada saat terjadinya peralihan pasang ke surut atau sebaliknya, kecepatan arus akan mencapai puncaknya, sedangkan saat mencapai pasang tertinggi atau surut terendahnya pada satu siklus harian, arus akan mencapai kecepatan minimumnya. Pasang Surut 50 100 150 200 250 10 :0 14: 00 18 :0 22 :0 2: 00 6: 00 10 :0 14 :0 18 :00 22 :0 2: 00 6: 00 10 :0 14 :0 18: 00 Ti nggi P e rm uk aan A ir Gambar 10 Grafik pasang surut di perairan Pulau Lingayan DKP, 2006 Pengamatan pasang surut di perairan menjadi penting dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian areal lokasi budidaya laut yang akan dilakukan. Hasil pengamatan pasang surut selama 39 jam di perairan di Pulau Lingayan menunjukkan bahwa pasang surut di perairan ini memiliki tipe campuran yang cenderung bersifat harian ganda mixed tide prevailing semi diurnal, dimana dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut Gambar 10. Nilai surut terendah sebesar 34 cm dan pasang tertingginya mencapai 215 cm. Kisaran pasang surut di perairan sekitar Pulau Lingayan adalah sebesar 181 cm dengan MSL 134,1 cm DKP, 2006. Menurut Djurjani 1999, nilai kisaran pasang surut yang sesuai untuk budidaya rumput laut adalah 1 hingga 3 meter. Dengan demikian, kondisi pasang surut di perairan Pulau Lingayan sangat sesuai untuk lokasi budidaya rumput laut

b. Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, dan gerakan yang berperiode panjang pasang surut. Pergerakan arus di perairan khususnya pada perairan dangkal, selat-selat sempit, dan perairan pantai lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan naik turunnya permukaan air akibat pasang surut. Pergerakan arus pasang surut kurang lebih memiliki pola bolak balik. Arus memiliki peranan penting dalam kegiatan budidaya laut, dalam hal ini budidaya rumput laut dan ikan kerapu sistem KJA. Arus beperan dalam proses sirkulasi air yang dapat membawa oksigen dan nutrien. Selain itu arus dalam kegiatan budidaya rumput laut sangat berperan dalam membantu mempercepat proses absorbsi unsur hara, dan menunjang proses fotosintesis rumput laut karena dapat memperlancar proses difusi. Arus dapat memecah lapisan atas air dengat tanaman sehingga meningkatkan proses difusi, yakni masuknya material dan makanan ke dalam sel-sel rumput laut dan juga keluarnya hasil-hasil metabolisme. Kecepatan arus yang terlalu lemah akan menyebabkan kotoran sisa metabolisme maupun sisa pakan akan menumpuk dan membusuk sehingga bisa mempengaruhi kualitas air di lokasi budidaya laut. Sebaliknya, pergerakan arus yang terlalu kuat akan mempengaruhi konstruksi media budidaya dan dapat melepaskan rumput laut yang dibudidaya dari medianya, sedangkan pada budidaya sistem KJA dapat mempengaruhi posisi KJA dan ikan yang dibudidayakan akan mengalami kekurangan energi akibat pergerakan yang terlalu aktif untuk melawan arus yang pada akhirnya menyebabkan stress pada ikan yang dibudidaya. Arus rata-rata di perairan Pulau Lingayan memiliki arah arus dominan ke arah Barat Daya dengan kisaran sudut 200 o - 260 o . Pola arus di perairan Pulau Lingayan selain dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, juga dipengaruhi oleh pola arus utama di perairan laut Sulawesi. Sebagaimana diketahui bahwa laut Sulawesi merupakan salah satu perairan Arus Lintas Indonesia ARLINDO, dimana arus yang bergerak melintasi perairan Indonesia sebagai akibat perbedaan tinggi muka laut antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Arus ini berasal dari samudera Pasifik dan kecepatan arusnya sangat dipengaruhi oleh sistem arus ekuatorial sebagai akibat dari hembusan angin Pasat Timur Laut di Samudera Pasifik LEPSSDAL, 2005. Dari hasil pengukuran dilapangan, arus di perairan Pulau Lingayan berada pada kecepatan rata-rata 0,32 mdtk. Kecepatan arus maksimum adalah 0,48 cmdtk yang terukur pada stasiun pengamatan yang berada di daerah zona reef slope atau tubir pulau yang berada pada sisi sebelah Barat pulau. Sedangkan kecepatan arus minimum adalah 0,20 mdtk yang terukur pada stasiun pengamatan yang berada di lokasi langoon yang terdapat pada perairan dangkal. Pola arus di perairan sekitar Pulau Lingayan sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut. Pada saat air bergerak pasang, arah arus cenderung bergerak kearah Timur hingga Tenggara, sedangkan pada saat surut arus bergerak kearah Selatan.

c. Gelombang