Larva instar kedua Larva
95 atlas
ini dapat tersedia sepanjang tahun. Hal yang sama juga terjadi di lapangan, dimana perkawinan antara imago jantan dan betina tetap saja berlangsung pada setiap tahapan
generasi, akan tetapi telur yang dihasilkan tidak dapat bertahan lama, karena dapat dimakan oleh predator dan mikroba patogen lainnya.
Pemeliharaan Attacus atlas dapat dilakukan pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Selama proses habituasi dan domestikasi berlangsung F1-F3 ulat sutera
liar Attacus atlas ini dapat dipelihara pada musim hujan Februari sampai Juni dan musim kemarau Juli sampai September, dengan hasil yang cukup baik yaitu
keberhasilan hidup yang tinggi 100 , jumlah telur banyak 100-362 butirekor, serta kualitas kokon yang baik pada setiap tahapan generasi. Ini menunjukkan bahwa iklim
tropis musim hujan dan kemarau dapat dilakukan domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas
. Tjiptoro 1997 memelihara Attacus atlas pada pakan daun gempol di lapangan pada musim hujan bulan April sampai Juni, yang menghasilkan telur sebanyak 113-280
butir. Widyarto 2001 memelihara A. atlas pada musim kemarau Juli – September dengan pemberian pakan daun dadap, menghasilkan telur antara 100-300 butir.
Jika hasil domestikasi berlangsung efektif dan dapat dilakukan terus menerus, maka produksi kokon juga akan tersedia sepanjang tahun. Hal ini dapat dilihat dari hasil
domestikasi Attacus atlas F1-F3, yang dipelihara pada kedua jenis pakan sirsak dan teh. Dari 480 ekor larva yang dipelihara, semuanya mencapai masa pupasi mulai dari
generasi pertama f1 sampai generasi ketiga F3 dan dapat dilanjutkan pada generasi selanjutnya. Ini membuktikan bahwa produksi kokon dapat tersedia sepanjang tahun.
96 Jika populasi Attacus atlas yang didapatkan pada setiap generasi cukup tinggi,
produksi kokon yang dihasilkan juga cukup banyak, maka produksi dan kualitas benang juga dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pemeliharaan Attacus atlas
F1-F3 pada pakan daun sirsak dan teh yang menghasilkan produksi kokon banyak, kualitas kokon cukup baik, serta terjadi peningkatan kualitas benang. Selama proses
habituasi dan domestikasi terjadi peningkatan kualitas mutu kokon, dari grade C ke grade
B pada daun teh. Berat kokon berisi pupa pada pakan daun sirsak, yaitu 7,46 gram pada generasi ketiga F3, sedangkan pada daun teh rata-rata 8.72 gramkokon, ini
lebih baik dari Situmorang 1996 6,61 gram dan Widyarto 2001 6,89 gram. Kualitas benang juga dapat ditingkatkan pada setiap tahapan generasi. Attacus atlas yang
dipelihara pada pakan daun sirsak, panjang filamen pada F1 : 57,85 meterkokon, F2 : 66,71 meter, F3 : 78,71 meter. Sedangkan pada daun teh panjang filamen pada F1 : 66,64
meter, F2 : 73,42 meter, F3 : 83,61 meter. Breeding
dapat dilakukan terhadap ulat sutera liar Attacus atlas secara kontinyu sepanjang tahun. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas F1-F3,
breeding dapat dilakukan pada setiap tahapan generasi, mulai dari generasi pertama F1
sampai generasi ketiga F3. Jika setiap generasi dapat dilakukan breeding secara kontinyu, maka pemulyaan ke arah peningkatan produktivitas dapat tercapai.
Sifat polyvoltin yang terdapat pada ulat sutera liar Attacus atlas ini, sangat menguntungkan bagi para petani untuk membudidayakan ulat sutera liar ini, terutama
dalam proses breeding. Untuk mendapatkan ketersediaan telur, produksi kokon yang banyak serta produksi benang yang tinggi dan berkualitas, maka kelanjutan generasi dan
ketersedian populasi Attacus atlas sepanjang tahun sangat diperlukan. Sebab dengan