Pengolahan Benang PEMBAHASAN UMUM

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ulat sutera merupakan salah satu dari beberapa serangga berguna beneficial insects yang dipandang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena mampu menghasilkan serat sutera. Selain industri sutera yang dihasilkan oleh ulat sutera domestik Bombyx mori, sekarang telah dikembangkan industri sutera yang dihasilkan oleh ulat sutera liar, hal ini telah dilakukan di Jepang, India dan Cina. Industri pemanfaatan serat sutera liar semakin berkembang karena tuntutan estetika, model dan perkembangan industri fashion “ haute culture” industri butik kelas atas. Pasar mode di Perancis, Turki dan Italia telah memanfaatkan sutera liar Attacus atlas ini untuk variasi mode dan industri garmen ISA, 2000; Saleh, 2004. Salah satu kelebihan dari sutera liar Attacus atlas adalah variasi warna alami dari seratnya yang eksklusif, Attacus atlas adalah hewan asli Indonesia, serangga ini adalah polyvoltin yaitu dapat hidup lebih dari dua generasi dalam setahun ada sepanjang tahun, dapat menkonsumsi lebih dari 90 jenis tanaman pakan atau lebih dikenal sebagai polipagus, bobot kokon dan benang yang jauh lebih besar dari ulat sutera biasa Bombyx mori , harga benang yang sangat tinggi serta semua bagian dari serangga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Tenun sutera ini banyak digunakan dalam upacara adat, keagamaan dan peristiwa penting lainnya. Jenis ulat sutera yang dapat dimanfaatkan sangat terbatas 1-2 spesies saja dan masih mengandalkan pengumpulan kokon dari alam ISA, 2000; Moerdoko, 2002. 2 Indonesia sebagai negara tropis dan memiliki habitat hutan tropika basah yang cukup luas ternyata berpotensi besar karena memiliki banyak spesies ulat sutera liar dengan kisaran inang host yang luas Kalshoven, 1981. Di Indonesia ada 15 jenis ulat sutera liar, yaitu Attacus atlas L., Attacus crameri, Attacus dohertyi, Attacusparaliaei, Attacus erebus, Attacus inopinatus, Attacus aurentiacus, Attacus intermedius , Cricula trifenesterata Heef, Cricula aelaezea Jord, Samia cynthia ricini Bsd, Antheraea pernyi, Antheraea halferi, Anteraeae rosseeri dan Actias maenus Kalshoven, 1981; Peigler, 1989; Situmorang, 1996. Salah satu jenis ulat sutera liar yang potensial dan paling banyak dimanfaatkan adalah ulat sutera liar Attacus atlas, penyebarannya hampir terdapat di seluruh Indonesia diantaranya pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua yang dapat menkonsumsi 90 jenis tanaman pakan alami Peigler, 1989. Ulat sutera liar di luar negeri seperti Antheraea yamami telah dipelihara di Jepang, Antheraea mylitta di India dan Antheraea pernyi di Cina yang dikenal sebagai sutera tasar. Ulat sutera Antheraea assamensis atau yang dikenal sebagai sutera muga dan ulat sutera eri Philosamia ricini telah dieksplorasi di India. Sutera Anape yang terkenal di Afrika dipanen dari kokon ulat sutera liar Anaphe moloneyi, Anaphe panda, Anaphe reticulata, Anaphe ambrezia, Anaphe carteri, Anaphe venata , dan Anaphe infracta. Dari jenis-jenis ulat sutera liar tersebut di atas ulat sutera liar Attacus atlas yang dipelihara dan diproduksi di Indonesia, mempunyai kualitas yang lebih bagus bila dibandingkan dengan ulat sutera liar dari luar negeri. Hal ini disebabkan ulat sutera liar Attacus atlas mempunyai benang yang panjang bisa mencapai 2500 meterkokon, warna yang bervariasi coklat muda, coklat tua, keabu-abuan dan eksklusif, tidak kusut, kainnya