Perubahan tingkah laku Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar

84 larva lebih kecil. Pada Gambar 18, disajikan pola perubahan bobot badan awal instar dan akhir instar. Perubahan bobot badan awal instar polanya mirip kurva sigmoid Gambar 18. 5 10 15 20 25 30 35 In st ar 1 In st ar 2 In st ar 3 Ins tar 4 Ins tar 5 In st ar 6 Tahapan Perkembangan Instar P e rt a m ba ha n B obot B a da n g Sirsak .Teh Gambar 18. Perubahan bobot badan A. atlas F3 pada sirsak dan teh Perbedaan bobot badan ini tidak saja terjadi pada setiap awal dan akhir instar, tetapi juga terlihat pada setiap tahap masing-masing instar. Dari hasil analisis dan pengamatan terlihat bahwa pertambahan bobot badan A. atlas F3 pada pakan daun teh lebih tinggi dibandingkan dengan pakan daun sirsak. Beberapa hasil penelitian para ahli mengemukakan bahwa : Pertumbuhan larva Lepidoptera sangat tergantung pada kandungan air pakan Reese dan Beck, 1978; Scriber dan Slansky, 1978 dan Paul et al., 1992, Ekastuti, 2005. Reese dan Beck 1978 menyatakan bahwa pertumbuhan menurun bila kandungan bahan kering pakan sangat rendah atau tinggi. Pertumbuhan optimal dicapai bila kandungan bahan kering pakan mendekati pakan kontrol. Scriber 1979 menyatakan bahwa daun yang diberi suplementasi air memperpendek secara nyata 85 stadium larva dan mempercepat laju pertumbuhan relatif dibandingkan dengan larva yang daunnya tidak dicelup air. Paul et al. 1992 menyatakan bahwa laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya persentase kelembaban daun 65 sd 76,6 . Bobot badan akhir larva juga meningkat secara nyata dengan meningkatnya kadar air daun. Pada penelitian tersebut juga dikemukakan bahwa periode larva yang diberi daun dengan kadar air rendah lebih lama daripada larva yang kadar airnya tinggi. Evans 1984 mengatakan rendahnya kandungan gizi pada pakan mengakibatkan pertumbuhan bobot badan yang rendah pada serangga. Chapman 1982 menyatakan bahwa adanya kandungan nutrisi yang sesuai bagi serangga, tidak hanya menyebabkan laju pertumbuhan yang cepat, tetapi juga menyebabkan kemampuan bertahan hidup yang lebih baik. 86

BAB VI Analisis Kualitas Kokon

Attacus atlas F1-F3 Yang Diberi Pakan Daun Sirsak Annona muricata dan Daun Teh Camelia sinensis

6.1. Kriteria Uji Kualitas Kokon

Pengujian dan klasifikasi kokon bertujuan untuk mengukur mutu kokon dan jumlah benang sutera yang dapat dihasilkan darinya. Saleh, 2000 dan Moerdoko 2002, melaporkan tentang standar mutu kokon untuk Indonesia, menggunakan uji visual dan uji laboratorium. Ada lima pokok pengujian yang dilakukan pada kokon, yaitu : 1. Persen kokon cacat. Dibedakan antara kokon yang normal dan kokon cacat Kokon ganda, berlubang, tipis, berkerut. 2. Bobot kokon. Kokon rata-rata per buah ditentukan dengan menimbang sejumlah kokon dan ditentukan bobot rata-ratanya per butir. 3. Persentase kulit kokon : Ditentukan dengan cara menghitung persentase bobot kulit kokon terhadap bobot kokon pada setiap kokon. 4. Panjang filamen. Panjang rata-rata filamen pada setiap kokon yang diuji. 5. Berat filamen : Berat rata-rata filamen pada setiap kokon yang diuji. Di Indonesia belum ada pengujian kualitas kokon untuk ulat sutera liar, sehingga dipakai modifikasi dari kriteria kualitas kokon pada Bombyx mori. Saleh, 2000; Moerdoko, 2002, parameter yang diuji secara visual adalah : persentase kokon cacat, bobot kokon per butir dan persentase kulit kokon. Adapun parameter uji laboratorium terdiri dari uji panjang filamen dan berat filamen.