Uji laboratorium Panjang filamen dan berat filamen

59 terbentuk larva atau sudah menjadi pupa dapat diketahui dengan menggoyang-goyangkan kokon. Apabila isi dalam kokon tidak dapat bergeser berarti isi di dalam kokon masih berwujud larva, dan apabila isi kokon tersebut bergeser, dan terdapat rongga antar isi kokon dan kokon berarti larva telah berubah menjadi pupa. Larva instar 6 akan membuat kokon sesuai dengan ukuran tubuhnya. Tahapan pupa merupakan stadium yang lemah. Keberadaan kokon sangat diperlukan untuk menjaga pupa dari gangguan luar. Selain itu kokon berfungsi untuk menjaga agar kondisi luar pupa dalam kokon tetap sesuai dan menjaga dari pengaruh lingkungan yang buruk yang akan mengganggu perkembangan pupa. Gambar 12. Pembentukan Kokon Attacus atlas Kokon yang terbentuk sempurna berbentuk elips, ujungnya membulat, dan pada ujung anteriornya terdapat celah. Kokon berwarna coklat keemasan, kokon yang baru terbentuk masih agak lemah dan agak basah, oleh pengaruh sinar matahari dan gerakan angin, lama kelamaan akan lebih kuat dan lebih kering. Gambar 13. Kokon Attacus atlas yang terletak pada daun Daun sirsak Kokon A. atlas 60 Tahap pupa merupakan tahapan yang paling penting dalam perkembangan metamorfosis dari larva menjadi imago. Dalam stadium ini terjadi organogenesis yaitu pembentukan organ-organ imago antara lain pembentukan sayap, kaki, kepala dan struktur reproduksi. Selama tahapan pupa tidak boleh terganggu agar proses organogenesis berlangsung sempurna. Apabila dalam proses ini terganggu maka akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ dan kemungkinan besar akan menyebabkan kematian . Pupa Attacus atlas Gambar 14 b bertipe obteca yang berwarna coklat hingga coklat tua. Pada stadium ini sudah dapat diketahui jenis kelamin imago, yaitu dengan melihat bentuk dan ukuran calon antena imago. Calon-calon organ yang lain juga sudah dapat terlihat antara lain calon kepala, sayap dan abdomen. Pada saat ini calon organ tersebut masih dalam proses pembentukan organ. Kondisi lingkungan pupa sangat mempengaruhi perkembangan pupa. Pupa akan berkembang menjadi imago, sedangkan imago akan segera bertelur untuk meneruskan generasinya. Gambar 14 a. Bentuk kulit kokon Attacus atlas b. Bentuk pupa Attacus atlas a b 61

4.5. PEMBAHASAN

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di lapangan oleh Situmorang 1996 pada tanaman keben Baringtonia asiatica K. dan mahoni Sweetenia mahagoni , Tjiptoro 1997 pada tanaman gempol Nauclea orientalis L., Widyarto 2001 pada tanaman dadap Eryhrina lithospermata M. dan Wahyudi 2000 pada tanaman mahoni, disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Keberhasilan hidup A. atlas pada dadap, gempol, mahoni, keben, sirsak teh Jumlah larva n= 100 ekor. ____________________________________________________________ Keberhasilan hidup Peneliti _________________________________________________ Dadap Gempol Mahoni Keben Teh Sirsak ____________________________________________________________ Widyarto 2001 19,17 44,58 Situmorang 1996 10 10 Tjiptoro 1997 44 Wahyudi 2000 10 Ali Awan 2007 100 100 _____________________________________________________________ Dari Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa beberapa penelitian yang dilakukan di lapangan, menunjukkan hasil sebagai berikut : Situmorang 1996 yang memelihara A. atlas pada tanaman mahoni dan keben mengatakan bahwa dari 100 ekor larva yang dipelihara hanya 10 yang berhasil, bobot kokon ada pupa antara 6,6-11,8 gram. Tjiptoro 1997 melaporkan bahwa dari 100 ekor larva yang dipelihara pada tanaman gempol yang berhasil 44 , total perkembangan 73.308 hari. Widyarto 2001 yang memelihara pada tanaman dadap dari 100 ekor yang berhasil mencapai masa pupasi hanya 19,17 dan 44,58 pada tanaman gempol. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan hidup Attacus atlas yang dipelihara di ruanganlaboratorium lebih tinggi bila dibandingkan dengan di lapangan Tabel 12.