Produksi dan Pendapatan Keuntungan : B = e – a + b + c + d.
2 Indonesia sebagai negara tropis dan memiliki habitat hutan tropika basah yang
cukup luas ternyata berpotensi besar karena memiliki banyak spesies ulat sutera liar dengan kisaran inang host yang luas Kalshoven, 1981. Di Indonesia ada 15 jenis ulat
sutera liar, yaitu Attacus atlas L., Attacus crameri, Attacus dohertyi, Attacusparaliaei, Attacus erebus, Attacus inopinatus, Attacus aurentiacus, Attacus intermedius
, Cricula trifenesterata
Heef, Cricula aelaezea Jord, Samia cynthia ricini Bsd, Antheraea pernyi, Antheraea halferi, Anteraeae
rosseeri dan Actias maenus Kalshoven, 1981; Peigler, 1989; Situmorang, 1996. Salah satu jenis ulat sutera liar yang potensial dan paling
banyak dimanfaatkan adalah ulat sutera liar Attacus atlas, penyebarannya hampir terdapat di seluruh Indonesia diantaranya pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua yang dapat menkonsumsi 90 jenis tanaman pakan alami Peigler, 1989.
Ulat sutera liar di luar negeri seperti Antheraea yamami telah dipelihara di Jepang, Antheraea mylitta di India dan Antheraea pernyi di Cina yang dikenal sebagai
sutera tasar. Ulat sutera Antheraea assamensis atau yang dikenal sebagai sutera muga dan ulat sutera eri Philosamia ricini telah dieksplorasi di India. Sutera Anape yang terkenal
di Afrika dipanen dari kokon ulat sutera liar Anaphe moloneyi, Anaphe panda, Anaphe reticulata, Anaphe ambrezia, Anaphe carteri, Anaphe venata
, dan Anaphe infracta. Dari jenis-jenis ulat sutera liar tersebut di atas ulat sutera liar Attacus atlas yang dipelihara
dan diproduksi di Indonesia, mempunyai kualitas yang lebih bagus bila dibandingkan dengan ulat sutera liar dari luar negeri. Hal ini disebabkan ulat sutera liar Attacus atlas
mempunyai benang yang panjang bisa mencapai 2500 meterkokon, warna yang bervariasi coklat muda, coklat tua, keabu-abuan dan eksklusif, tidak kusut, kainnya
3 halus dan lembut, tahan panas dan anti alergi, dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
pakaian batik, kain kimono, wol, dasi, kemeja, rok, baju pria, dapat digunakan di bidang elektronik digital komputer, alat cetak film, bahan baku industri bahan pembuat karpet
dan tali sepatu, bahan obat-obatan dan makanan, bahan industri kerajinan dan seni lukisan dinding, berbagai macam kembang, bahan pembuat kasur dan dapat dijadikan
sebagai eko-wisata FAO, 1979; Saleh, 2004. Dengan besarnya peluang pasar dan banyaknya lokasi yang cocok untuk kegiatan
persuteraan alam di Indonesia, baik dilihat dari faktor biofisik, sosial, ekonomi maupun budaya, maka diharapkan usaha ini dapat berkembang baik serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus dapat mengentaskan kemiskinan. Permintaan pasar dunia untuk ulat sutera liar ini cukup menantang. Negara
konsumen terbesar dunia saat ini adalah Cina, membutuhkan kokon dan benang sutera mentah 37.441 ton, India 1529 ton, Madagaskar 40 ton, Nepal 2 ton setiap tahunnya
ISA, 2000. Dari segi permintaan pasar, kebutuhan benang sutera liar di dalam negeri untuk industri belum pernah tercukupi. Permintaan benang sutera liar Attacus atlas di
Jepang 1 tontahun, sedangkan Yogyakarta baru dapat menediakan 10 Kg saja ISA, 2000.
Telah dilakukan beberapa penelitian tentang ulat sutera liar Attacus atlas dengan berbagai macam pakan alami, diantaranya pada tanaman gempol, dadap dan cengkeh
Situmorang, 1996; Elzinga, 1998 akan tetapi hanya sebatas di lapang, larva diletakkan di pohon inang. Pemeliharaan di ruangan in situ belum pernah dilakukan. Selama ini
tingkat keberhasilan di lapangan baru sekitar 10 saja Situmorang, 1996.
4 Agar sutera liar terutama Attacus atlas dapat dibudidayakan secara besar-besaran
diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang bioekologi Attacus atlas tersebut. Informasi tentang budidaya penghasil sutera liar Attacus atlas sampai saat ini masih
sangat sedikit. Mengingat arti pentingnya sutera liar khususnya Attacus atlas secara ekonomis, maka perlu diusahakan cara budidaya yang sebaik-baiknya untuk memenuhi
kebutuhan kokon tanpa harus tergantung dari alam. Dalam usaha memenuhi hal tersebut maka pemahaman tentang daur hidup dengan pakan alami dalam skala laboratorium
mutlak diperlukan.