PEMBAHASAN Analisis Kualitas Kokon

111 3. Upah Pengolahan Benang dan Penenun 3.1. 2 orang x 12 satu tahun a. Rp. 400.000,- = Rp. 9.600.000,- 4. Pengolahan Kain 4.1. Alat Pintal Rp. 10.000.000,- 4.2. Upah untuk 2 orang x 12 satu tahun a. Rp.400.000,- = Rp. 9.600.000,-

d. Produksi dan Pendapatan

Jika larva yang dipelihara sebanyak 20.000 ekor dengan keberhasilan hidup 50 , maka kokon yang dihasilkan sebanyak 10.000 butir kokon atau setara dengan 16.67 Kg kokon. 600 butir kokon setara dengan 1 Kg kokon, 1 kg benang menghasilkan 8 meter kain dengan hargameter Rp 750.000,-. Apabila diproses akan menghasilkan 4.17 Kg benang. Hasil yang diperoleh adalah 4.17 Kg benang x 8 meter kain x Rp 750.000 = Rp 25.020.000,- untuk sekali panen, sehingga dalam satu tahun menghasilkan 4 kali panen dalam satu tahun = Rp 100.060.000,- e. Keuntungan : B = e – a + b + c + d. Jika hasil yang didapatkan sebanyak 50 , maka keuntungan yang diperoleh adalah 16.67 Kg kokon atau setara dengan 4.17 Kg benang x 8 x Rp 750. 000,- = Rp 25. 020 000 untuk sekali panen. 1 Kg benang menghasilkan 8 meter kain, satu meter kain harganya Rp 750.000. Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp 100. 060. 000 - modal usaha Rp 108.850.000,- = Rp -8.790.000,- untuk tahun pertama. Hasil analisis usaha pemeliharaan ulat sutera Attacus atlas selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 30. Gaji petani sutera untuk tahun pertama adalah Rp. -8.790.000 : 12 = Rp. -.732. 500. 112 Tahun kedua Rp. 64.260.000 : 12 = Rp 5.355.000,- untuk tahun ketiga, keempat dan kelima keuntungannya sama dengan tahun kedua. Tabel 30. Analisis Usaha Pemeliharaan Attacus atlas 20.000 ekor larvaHa Lahan Pohon Sirsak dengan Keberhasilan Hidup 50 Selama 5 Tahun Pengeluaran Cost Produksi pendapatan Keuntungan Benefit 1. Modal Pemeliharaan Ulat Rp. 32.600.000,- Triwulan I 4,17 Kg Benang = Rp. 25. 020.000,- Tahun Pertama = Rp. -8.790.000,- 2. Pemeliharaan Kebun Rp. 18.400.000,- Triwulan II = Rp. 25.020.000,- Tahun Kedua = Rp. 64.260.000,- 3. Pengolahan Benang Rp. 57.850.000,- Triwulan III = Rp. 25.020.000,- Tahun Ketiga = Rp. 64.260.000,- 4. Total pengeluaran Rp. 108.850.000,- Triwulan IV = Rp. 25.020.000,- Tahun ke-4 ke-5 sama dengan tahun ke-2 dan 3 Berdasarkan Tabel 30 dapat dijelaskan bahwa hasil analisis usaha ulat sutera Attacus atlas , dari 20.000 ekor larva yang dipelihara pada pakan daun sirsak dengan keberhasilan hidup 50 , dapat memberikan keuntungan selama lima tahunn, yaitu Rp. 260.250.000,- hasil yang didapatkan dari tahun pertama sampai tahun kelima. 113

7.7. Kelebihan Sutera Liar Attacus atlas dibandingkan dengan Bombyx Mori

Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas F1-F3, dengan pemberian pakan daun sirsak dan teh menunjukkan kualitas lebih baik dibandingkan Bombyx mori , termasuk strain C301 hasil persilangan dari ras Jepang dan China. Kelebihan kualitas tersebut antara lain : a. Attacus atlas merupakan hewan asli Indonesia, b. Attacus atlas adalah polyvoltin, c. Attacus atlas dapat menkonsumsi lebih dari 90 jenis tanaman pakan polipagus, d. bobot kokon dan benang lebih baik, e. benang Attacus atlas warnanya alami dan eksklusif. Attacus atlas merupakan hewan asli Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedangkan Bombyx mori, termasuk strain C301 berasal dari negara sub tropis, sehingga Attacus atlas lebih tahan dengan iklim Indonesia dibandingkan dengan Bombyx mori . Attacus atlas adalah hewan polyvoltin, artinya serangga ini dapat hidup lebih dari satu generasi dalam satu tahun, bahkan ada sepanjang tahun Januari sampai Desember, sedangkan Bombyx mori adalah Bivoltin yaitu dapat hidup tidak lebih dari dua generasi dalam satu tahun. Hal ini dapat dibuktikan dari proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas F1-F3 yang dapat dipelihara sepanjang tahun, pada musim kemarau maupun musim hujan . Attacus atlas merupakan hewan polipagus, yaitu dapat menkonsumsi pakan lebih dari 90 jenis tanaman pakan, sehingga dapat beradaptasi sesuai dengan ketersediaan pakan, diantaranya pohon sirsak, dadap, gempol, mahoni, alpokat, cengkeh dan tanaman 114 tahunan lainnya. Sedangkan Bombyx mori adalah monopagus, artinya dapat menkonsumsi satu jenis tanaman pakan saja Murbei. Kualitas bobot kokon dan benang dari Attacus atlas jauh lebih besar dibandingkan dengan Bombyx mori. Hal ini dapat dibuktikan dari proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas F1-F3, menunjukkan bobot kokon berisi pupa antara 6.61 – 13 gramkokon dan panjang benang sekitar 2500 meter. Sedangkan Bombyx mori berat kokon berkisar antara 2.5-3 gram dengan panjang benang antara 1500-2000 meter. Benang yang dihasilkan dari kokon Attacus atlas warnanya alami dan sangat eksklusif coklat, coklat muda dan keabu-abuan, sedangkan pada Bombyx mori warnanya hanya satu jenis yaitu warna putih. Keunggulan lain dari sutera Attacus atlas ini adalah kain hasil tenunnya lembut, tahan panas, tidak kusut dan tidak alergi. 115 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Dari rangkaian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Ulat sutera liar Attacus atlas Lepidoptera : Saturniidae dapat didomestikasi dalam ruangan atau di laboratorium. 2. Keberhasilan pemeliharaan dalam ruangan domestikasi mencapai 100 , siklus hidup menjadi lebih pendek, produksi kokon banyak F1 › F2 › F3 dan produksi telur lebih banyak. 3. Kuantitas dan kualitas pakan serta kondisi lingkungan suhu dan kelembaban berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera liar Attacus atlas Lepidoptera : Saturniidae. 4. Pakan alami daun teh mempunyai kualitas lebih baik untuk pemeliharaan ulat sutera liar A. atlas, bila dibandingkan dengan pakan daun sirsak. 5. Skala hasil domestikasi sangat menguntungkan apabila pakan tersedia secara memadai, kondisi tempat pemeliharaan yang optimal dan produksi dapat dilakukan setahun empat kali panen.

8.2. Saran

1. Untuk meningkatkan keberhasilan hidup dan produksi kokonbenang sutera sebaiknya dilakukan pemeliharaan larva ulat sutera A. atlas di dalam ruangan ex situ. 2. Untuk menjamin terjadinya perkawinan, karena kemunculan imago jantan lebih cepat dari pada imago betina, maka perlu dipelihara secara simultan tidak bersamaan.