lokasi kecamatan Kramat Watu yang meliputi desa Margagiri dan Terate tidak kurang 3 perusahaan mengusahakan budidaya udang di tambak dan menempati
areal 500 ha. Di kecamatan Kasemen yang meliputi desa Banten 20 Ha, desa Sawah Luhur 40 ha, Kemayungan 100 ha, Kecamatan Pontang yang meliputi desa
Linduk 30 ha, Domas 50 ha, kecamatan Tirtayasa di desa Lontar 400 ha dan Tengkurak 70 ha. Infeksi penyakit dan kondisi sosial ekonomi pesisir
mengakibatkan perkembangan perikanan udang terus mengalami penurunan dan tahun 2015 hanya tinggal 90 ha. Saat ini teknologi yang memberikan harapan
adalah pemeliharaan udang sistem tertutup dengan menggunakan probiotik. Pemeliharaan sistem ini telah dilakukan di BAPPL
– STP Serang Karangantu, Banten dengan hasil udang vaname pada lahan luas petakan 600 m², berat panen
sekitar 3,2 ton. Pada tahun 1987 sampai 2001 jenis udang yang dipelihara hanya udang windu, meskipun terdapat beberapa petambak yang membudidaya udang
putih Penaeus indicus. Kegagalan akibat infeksi virus dengan jenis MBV Macrobrachium baculo virus WSSV White Spote Syndrom Virus para
pembudidaya mulai mengembangkan udang vaname Penaeus vanamei. 2. Budidaya udang semi intensif
Usaha udang semi intensif di Teluk Banten merupakan alternatif teknologi yang disesuaikan dengan ketersediaan modal, sarana dan prasarana,
ketrampilan SDM dan sosial budaya. Pada tebar udang windu 10 – 15 ekor per
m². dapat menghasilkan 900 – 1000 kghasiklus panen.
3. Budidaya udang tradisional .
Beberapa pembudidaya mengusahakan tambaknya dengan padat tebar rendah atau budidaya bersama ikan bandeng atau rumput laut polikultur Padat
tebar antara 3 – 5 ekor per m² dan dapat menghasilkan siklus 500 – 1.000
kghatahun.
Gambar 3.3 Petakan budidaya udang dengan teknologi intensif di pesisir Teluk Banten.
3.9 Sungai
Teluk Banten merupakan tempat bermuaranya sungai kecil dan besar, sehingga kondisi air sungai ini sangat berpengaruh terhadap kawasan
pertambakan secara fisik, sosial maupun ekonomi. Sungai kecil yang tersebar di
kawasan tambak umumnya pendek dan tidak membawa air tawar dari hulu. Sungai ini merupakan saluran yang membawa air laut masuk dan keluar dari
petakan tambak. Pada saat pasang terjadi suplai air tambak dan pengeluaran air dari dalam tambak pada saat surut. Jumlah saluran ini cukup banyak lebih dari
40 saluran air. Sedangkan untuk air tawar menggunakan sumber air yang berasal dari sungai besar yang mempunyai hulu dari kabupaten, kota. Sumber lain air
tawar adalah air hujan. Terdapat lima sungai besar yang mempengaruhi tambak pesisir Teluk Banten yaitu sungai
a. Sungai Cibanten yang melalui Kecamatan Kasemen, Serang b. Sungai Ciujung yang melewati Kecamatan Pontang, Tirtayasa, dan kecamatan
lain mencakup Kota Serang, Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak dan Bogor
c. Sungai Linduk yang melewati Kecamatan Pontang d. Sungai Sawah Luhur yang melewati kecamatan Kasemen dan Kota Serang.
Sungai ini mempunyai peran besar dalam mempengaruhi pertambakan, karena kondisi fisik air yang membawa partikel perkotaan, pertanian, perdesaan dan
industri terbawa ke wilayah pesisir.
Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di daerah ini yang sumber mata airnya berasal dari Gunung Halimun. Sungai Ciujung sebagian airnya telah
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi yang dialirkan melalui bendungan. Sungai Cibanten air mengalir melalui Kota Serang dan sumber airnya berasal dari
Gunung Karang, Gunung Payung, dan Gunung Kupak. Sungai ini mengalir ke arah utara dan bermuara di Teluk Banten. Tabel 3.3 menjelaskan debit aliran air di
sungai.
Tabel 3.3 Sungai dan debit alirannya yang bermuara di Teluk Banten No. Sungai
Stasiun pengukuran Wilayah
Kabupaten Kota Debit Rata-Rata
Bulanan m
3
dt 1
Cibanten Cibanten-Kasemen
Serang 3.268
2 Ciujung
Ciujung – Kragilan Serang
46.065 3
Ciujung Ciberang
– Sabagi Serang 17.763
Sumber: DPU Provinsi Banten 2012. Kondisi air laut di pantai terlihat keruh kekuningan terutama terutama
musim hujan dan kondisi ini menandakan terjadi erosi di daerah hulu Pemeliharaan lingkungan di kawasan sempadan sungai yang berada di sungai
besar atau saluran belum mendapatkan perhatian serius. Penataan air di kawasan pertambakan sering berpindah fungsi dan tata letak. Belum tertatanya kondisi ini
menyebabkan tambak rentan terhadap infeksi penyakit. 3.10 Pasang surut air laut
Sebagian besar pertambakan di pesisir Teluk Banten mengandalkan pasang surut pasut laut untuk memasukan dan mengeluarkan air dari dalam
petakan tambak. Tambak yang dikelola secara intensif sudah mengandalkan pompa untuk manajemen air, meskipun untuk mengisi tandon air masih
menggunakan pasut. Di Pesisisr Teluk Banten selama 24 jam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda semi diurnal
tide. Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal diurnal tide.