Kualitas Tanah Standard Parameter Budidaya Udang di Tambak

4.3 Hasil dan Pembahasan 4.3.1 Kualitas air Tabel 4.9 menyajikan hasil pengukuran kualitas air. Tabel 4.7 menjelaskan data pengukuran lapangan dan pembandingan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Supendi et.al 2014 Tabel 4.7 Kualitas air DAS di kabupaten Serang, Banten tahun 2005 dan 2008 Parameter mgl DAS Ciujung DAS Cibanten DAS Ciujung Lama Baku Mutu Menurut KLH Tahun 2005 Tahun 2008 Tahun 2005 Tahun 2008 Tahun 2008 COD 36,66 35 35,53 35 9 25 BOD 2,79 10 2,81 5,88 2 3 TSS 44,36 Nd 45,09 nd 12,22 25 Zn seng nd 0,09 nd 0,07 0,01 0,05 T.Coli 55,4 Nd 59,75 nd Nd 5 Sumber : Supendi et.al 2014. Untuk memudahkan pembacaan, hasil dirangkum dan ditabulasi Tabel 4.8 yang merupakan rekapitulasi hasil pengukuran kualitas air. Tabel 4.8 Rekapitulasi kisaran hasil pengukuran parameter kualitas air No. Parameter Hasil Pengukuran 1 Suhu air °C 25 – 34 2 pH 6,5 – 8 3 Salinitas ppt 4 – 43 4 Oksigen Terlarut ppm 3 – 4,3 5 BOD 5 ppm 6,4 – 70,07 6 COD ppm 16,2 – 92,3 7 TSS ppm 40 – 82 8 Amonia ppm – 2,5 9 Fe – 5 Hasil pengukuran kualitas air ini dibandingkan dengan standard kriteria kualitas air Tabel 4.4. Persyaratan air pasok disajikan pada Lampiran 5, parameter kualitas air tandon disajikan pada Lampiran 6 . a Suhu Hasil pengukuran lapangan menunjukkan bahwa suhu air di berbagai tempat berbeda, berkisar dari 25 sampai 34°C. Suhu tertinggi 34°C terdapat di Lontar 3 koordinat 106°59’1”T 6°17’18”S karena pada titik ini salurannya relative dangkal. Kisaran suhu untuk pertumbuhan udang adalah 29-32 °C dan optimal pada suhu 26° C Supito et al. 2013, 26-32°C Haliman, Adijaya 2005, 28,2-31,7°C Mustafa 2009. Berdasarkan indikator suhu, semua kawasan sesuai untuk budidaya udang, beberapa tempat bahkan sangat sesuai. Suhu air banyak dipengaruhi oleh musim dan ketinggian tempat. Suhu air merupakan faktor penting dalam pengaturan metabolisma serta penyebaran organisme dan mempengaruhi sifat fisik dan kimia perairan Effendi 2003. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang altitude, ketinggian dari permukaan laut altitude, waktu dalam sehari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air Effendi 2003. Hasil pengukuran kualitas air secara lengkap disajikan pada Lampiran 8, rekapitulasinya disajikan pada Tabel 4.8. Algae dari phylum Chlorophyta tumbuh baik pada suhu 30°C-35°C sedangkan diatom pada suhu 20-30°C. Suhu memberi efek penting bagi ikan untuk: 1 bertahan hidup survival, 2 berkembang biak reproduction 3 tumbuh dan berkembang, 4 berkompetisi dengan organisme lain Nuitja 2010. Berdasarkan indikator suhu, semua kawasan sesuai untuk budidaya perikanan. Namun beberapa tempat sangat sesuai untuk budidaya udang. b Salinitas Hasil pengukuran lapangan salinitas air menunjukkan nilai yang antara 4 – 43 promil. Desa Domas pada koordinat 106°15’37”T6°22’8”S mempunyai salinitas 43 promil. Desa Domas 2 koordinat 106°8’20”T 6°15’34”S memiliki salinitas 39 promil. Salinitas tambak yang baik untuk budidaya udang windu adalah 18 – 25 ppt Tenedore 1986 . Udang vaname pada usia 1 – 2 bulan memerlukan salinitas 15 – 25 ppt dan setelah 2 bulan memerlukan salinitas 5 – 30 ppt Haliman, Adijaya 2005. Berdasarkan indikator salinitas, semua kawasan sesuai untuk budidaya perikanan. Beberapa tempat bahkan sangat sesuai untuk budidaya udang. Tingginya salinitas untuk kegiatan usaha budidaya udang windu akan mempunyai efek yang kurang menguntungkan, diantaranya: 1. Agak sulit untuk ganti kulit kulit cenderung keras pada saat proses biologis bagi pertumbuhan dan perkembangan; 2. Kebutuhan untuk beradaptasi terhadap salinitas tinggi bagi udang windu memerlukan energi kalori yang melebihi dari nutrisi yang diberikan; 3. Bakteri atau vibrio cenderung tinggi; 4. Udang windu lebih sensitif terhadap goncangan parameter kualitas air yang lainnya dan mudah stres; dan 5. Umumnya udang windu sering mengalami lumutan. Selain itu, pada saat puncak musim kemarau jenis udang umumnya akan lebih mudah terserang penyakit SEMBV white spote Institute 2010. Berdasarkan indikator salinitas semua kawasan sesuai untuk budidaya perikanan. Namun beberapa tempat sangat sesuai untuk budidaya udang. Penyesuaian salinitas dengan kebutuhan pertumbuhan udang dapat dilakukan dengan mencampur air tawar dari sungai atau hujan. c Derajat keasaman pH air Hasil pengukuran lapangan pH air menunjukkan hasil antara 6,5 - 8. Nilai pH puissance negatif de H, yaitu logaritma kepekaan dari ion-ion hidrogen yang terlepas ke dalam suatu perairan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH 7 – 8,5 Effendi 2003.Nilai pH netral adalah 7, nilai pH air yang baik adalah 7,8 – 8,2 dan kisaran fluktuatif adalah 0,2 – 0,5 Murdjani et al. 2007. pH yang baik untuk budidaya udang adalah 8,1 – 8,7 Susilo 1999. Pada pH 4 sebagaian besar tumbuhan air mati. Udang vaname hidup baik pada pH 6,34 – 8,89 Mustafa 2009. Nilai pH yang optimum untuk budidaya udang adalah 7,5 - 8,5 dengan fluktuasi harian 0,2 – 0,5. Bila pH air turun dari 7,8 dapat dilakukan penambahan kapur dengan dosis 5 ppm dan bila pH air naik sampai diatas 9 dapat dilakukan aplikasi molasi tetes tebu dengan dosis 2-3 pmm Supito et al. 2013. Berdasarkan indikator pH, semua kawasan sesuai untuk budidaya perikanan. Beberapa tempat bahkan sangat sesuai untuk budidaya udang. d Oksigen terlarut DO Hasil pengukuran lapangan kelarutan oksigen dalam air DO pada berbagai tempat menunjukkan hasil antara 3 - 4,3 ppm. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm part per million. Oksigen terlarut ditentukan oleh difusi udara, fotosintesa dan proses penguraian dalam tambak Farchan 2006. Pada DO dibawah 100 kejenuhan dan diatas 65 pertumbuhan ikan dan efisisensi penggunaan pakan akan berada di bawah normal. Pertumbuhan akan kritis apabila DO mencapai 35 – 65 kejenuhan, karena ikan tidak akan memakan pakan dan pertumbuhan berhenti. Pada kosentrasi DO dibawah 35, ikan akan sakit dan bahkan bisa mati total Schmittou 2004. Oksigen terlarut yang baik untuk udang adalah 4-6 ppm Haliman dan Adijaya 2005. Udang vaname dapat hidup dengan baik pada DO 4,99 – 10,03 mgl Mustafa 2009. Peningkatan DO dilakukan dengan menambah kincir air yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan udang. Beberapa lokasi di pesisir Teluk Banten sangat sesuai untuk budidaya udang. e BOD 5 Biologycal Oxygen Demand Hasil pengukuran lapangan menunjukkan nilai BOD 5 antara 6,4 – 70,07 ppm. Hampir semua lokasi pengukuran mempunyai BOD diatas 6 ppm. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem instalasi pengolahan secara biologis bagi air tercemar. BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD 5 5 lima hari pada suhu 20°C dalam mgliter. BOD 5 yang baik untuk budidaya udang di tambak adalah 3 ppm Institute 2010. Perairan yang memiliki BOD 5 lebih dari 10 mgl telah mengalami pencemaran Effendi 2003. Namun demikian untuk digunakan sebagai budidaya udang perlu adanya penambahan kelarutan oksigen yang memadai dan menambah probiotik untuk menyeimbangkan penguraian bahan organik. Kesimpulan disini adalah kondisi perairan berdasarkan BOD 5 nya termasuk tercemar. f COD Chemical Oxygen Demand Pengukuran lapangan menghasilkan COD antara 16,2 –92,3 ppm. Banten- 1 dan Linduk-1 memiliki nilai COD dibawah 20 ppm. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis. Kadar COD yang baik yaitu kurang dari 20 ppm karena pada kadar tersebut perairan tidak tercemar, sedangkan pada COD 200 mgl perairan sudah tercemar UNESCO 1992 dalam Effendi 2003. Parameter COD diukur untuk mengetahui jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.