budidaya,  pengelola  kesehatan  ikan  dan  mutu  produk  dan    pemasaran  Sukadi 2006.  Implementasi  operasional  budidaya  udang  windu  juga  diselenggarakan
dengan  baik  yaitu  maksimal  3  kali  setahun  dan  memperhatikan  musim  dan metoda atau teknologi budidaya  WWF Indonesia  2011.
Gambar 1.1  Skema perumusan masalah penelitian
Penerapan  teknologi  dan  pelaku  kerja  di  budidaya  udang  juga  sangat menentukan  agar  tambak  mampu  berproduksi  secara  berkelanjutan  dan
meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat.  Berbagai  penelitian  telah  dilaksanakan untuk  menghasilkan  produksi  yang  optimal.  Balitbang  KP  2011  menyatakan
bahwa  untuk  meningkatkan  produktivitas  tambak  dapat  melalui  penerapan polikultur  dan  hasil  riset  dengan  padat  tebar  per  Ha,  udang  windu  20.000  ekor
pada  post  larva  30,  ikan  bandeng  4.000  ekor,  rumput  laut  1,5  ton.  Setelah pemeliharaan 105 hari dapat produksi sebanyak  udang 96,6 kg, ikan nila 644 kg
dan rumput laut 4.000 kg. Untuk mengelola kawasan tambak  yang berkelanjutan ini,  pembangunan  diarahkan  yang  dapat  mengakomodir  berbagai  kepentingan.
Pengelolaan  diarahkan  pada  kesesuaian  lahan,  daya  dukung  dan  dibuat  model pengelolaan  berkelanjutan  yang  dimulai  dari  kondisi  yang  ada  existing.  Untuk
mengetahui  kondisi  saat  ini  perlu    suatu  dilakukan  survei  lokasi  lapangan  dan analisis.
Budidaya  udang  di  pesisir  Teluk  Banten,  masih  terpencar –  pencar  dan
berdasarkan  kepemilikan  lahan    dan  kemudahan  akses  menuju  lokasi  budidaya udang.  Kondisi ini menyebabkan pembangunan sarana dan prasarana khususnya
saluran air dan sistem suplai air tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya besar kemungkinan  air  supali  pemeliharaan  berasal  dari  air  pembuangan  limbah
budidaya  yang  belum  mengalami  proses  pemuliaan  dengan  baik.  Untuk  itu kesesuaian  lahan  menjadi  penting  karena  kegiatan    budidaya  sesuai  kapasitas
lahan.  Budidaya  Udang  dimulai  dari  penelitian  tentang  potensi  wilayah  dan aplikasi  komoditas  yang  dipelihara,  karena  kesalahan  penerapan  dapat
menyebabkan  masalah  diantaranya  meningkatnya  biaya  konstruksi,  operasional dan  lingkungan  Syaugi  et  al.  2013.  Berbagai  parameter  yang  digunakan
menentukan kesesuaian lahan antara lain parameter topografi, suhu, salinitas, pH air,  tekstur  tanah,  bahan  organik,  pasang  surut,  iklim  serta  faktor  pendukung
seperti konstruksi, kenyamanan, ketersediaan benih dan aksesibilitas Wahyudi et al.  2013.  Sedangkan  Syaugi  et  al.  2012  parameter  yang  digunakan  adalah
penggunaan  lahan,  tekstur  tanah,  jenis  tanah,  kelerengan  lahan,  jarak  pembatas sempadan  sungai  dan  pantai,  pH  air  dan  salinitas,  selanjutnya  dianalisa    dengan
hasil  tingkat  keseuaian  yaitu  sangat  sesuai,  sesuai,  dan  tidak  sesuai.  Untuk meneliti  kesesuaian  lahan  digunakan  integrasi  data  dengan  metode  skoring
weight linier combination selanjutnya diaplikasi dalam  sistem infomasi geografi SIG.
Kesesuaian  lahan  sangat  erat  hubungannya  dengan  adaya  dukung  lahan. Budidaya  udang  diimplementasikan  sesuai  dengan  potensi  dan  besaran  produksi
disesuaikan  dengan  daya  dukung  lahan.  Untuk  mengetahui  daya  dukung digunakan metoda  sistem pembobotan kesesuian lahan  dan hasil dapat diperkuat
dengan  metoda  ketersediaan    air  budidaya  udang.  Pengelolaan  kawasan  tidak terlepas  dari  lembaga  atau  individu  yang    mempunyai  kontrubusi  terhadap
keberlanjutan  kawasan  pesisir  Teluk  Banten.  Teknologi  dan  SDM    merupakan unsur  yang  mengatur  dan  merencanakan  suatu  kawasan  untuk  dapat  terkelola
dengan  optimal  dan  berkelanjutan.  Untuk  mengetahui  peran  dan  kendala  serta tujuan  program  pengelolaan  kawasan  digunakan  metoda  dan  perangkat  lunak
Interpretative  Structural  Modeling  ISM.  Model  ISM  dipilih  untuk  merancang kelembagaan pengelolaan budidaya udang  yang berkelanjutan di kawasan pesisir
Teluk  Banten.  Model  dinamik  dipilih  untuk  merancang  bangun  pengelolaan
budidaya  udang  berkelanjutan  di  kawasan  pesisir  Teluk  Banten.  Metoda pengumpulan  data  dilakukan  dengan  survei,  uji  laboratorium,  wawancara,  focus
group  discussion  FGD.    Berbagai  unsur  dan  parameter    dalam  mengelola kawasan  ini  sangat  beragam  mulai  dari  potensi  dan  permasalahan    kawasan  dan
upaya  untuk  meningkatkan  produksi  secara  berkelanjutan.    Untuk  mengetahui predeksi  yang  akan  datang  dengan  data  dasar  data  base    saat  ini  digunakan
skenario    antar  waktu  dan  perubahan  parameter  yang    berpenagruh  pada  unsur pemeliharaan.  Untuk  itu  sistem  dinamik  dipilih  untuk  merancang  bangun
pengelolaan  budidaya  udang  berkelanjutan  di  kawasan  pesisir  Teluk  Banten. Gambar 1.2 menjelaskan kerangka pemikiran penelitian.
1.5.  Kegunaan penelitian :
Penelitian ini berguna  untuk : 1 Pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi para peneliti lain, akademisi  dalam pengembangan budidaya udang yang berkelanjutan.
2 Kegunaan praktis a.  Bagi  masyarakat  khususnya    pembudidaya  udang,  dunia  industri  dan  usaha,
masyarakat  sekitar  kawasan  budidaya  udang  di  tambak,  penyuluh,  dengan memanfaatkan    hasil  penelitian  untuk  berkolaborasi  dalam  implementasi
budidaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.
b.  Bagi  pemerintah  yaitu  pemerintah  pusat  dan  daerah,  hasil  penelitian  ini  dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam  merumuskan kebijakan pembangunan
kawasan  pesisir    yang  berkelanjutan  untuk    meningkatkan  kesejahteraan masyarakat.
1.6. Novelty Kebaruan
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dan yang membedakan adalah  lokasi  dan  variabelnya  yaitu    rangkaian  analisa  kesesuaian  lahan,  daya
dukung,  kelembagaan  dan  sosial  untuk  mengahasilkan  pengelolaan  budidaya udang di pesisir yang  keberlanjutan dan  merancang aplikasi atau perangkat lunak
software  model  pengelolaan  kawasan  budidaya  udang.  Meskipun  demikian penelitian  ini  juga  menggunakan  acuan  penelitian  terdahulu  yang  pernah
dilaksanakan.    Beberapa  penelitian  terdahulu  yang  terkait  adalah  Sitorus  2005 yang  meneliti    pengembangan  areal  tambak  berkelanjutan    di  pesisir  Teluk
Banten  Kabupaten  Serang  dengan  menggunakan  metode  estimasi  daya  dukung lingkungan.  Rachmansyah  et.al  2012  yang  meneliti  tentang  faktor  yang  harus
dipertimbangkan  karaktersitik,  kesesuaian  dan  pengelolaan  lahan  tambak  di Brebes, Jawa Tengah adalah tanah, topografi, hidrologi dan iklim. Hasilnya dalam
pengembangan  tambak  upaya  remediasi  pada  areal  tambak  yang  kurang  sesuai untuk  tambak  perlu  pemupukan  yang  mengandung  Nitrogen  seperti  Urea,  dan
pemupukan kandang untuk  untuk memperbaiki struktur tanah. Asbar 2007 telah meneliti optimalisasi pemanfaatan kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya
tambak  berkelanjutan  di  Kabupaten  Sinjai  Sulawesi  Selatan  dengan  memadukan kharateristik  biofisik  dan  daya  dukung  lingkungan  yang  pada  akhirnya
menyimpulkan  luasan  lahan  berdasarkan  teknologi  intensif,  semi  intensif  dan ekstensif.  Sedangkan  dalam  pengolahan  data  kelembagaan  juga  telah  dilakukan
oleh  Kholil,  Tangian  2012  yaitu    mengevaluasi  kelembagan  taman  nasional
Bunaken  yang  berkelanjutan  berdasarkan  ekologi  dan  ekonomi  menggunakan ISM.
Penelitian  ini  memadukan  secara  terintegrasi  kesesuaian  lahan,  daya dukung,  kelembagaan,  sosial  yang  dilakukan  di  kawasan  pesisir  Teluk  Banten
yang mempunyai kharakteristik lingkungan dan permasalahannya dan mempunyai produksi  udang  serta  luas  tambak  udang  yang  menurun.  Hasil  penelitian  ini
dijadikan  dasar  untuk  merancang  pengelolaan  kawasan  budidaya  udang keberlanjutan. Metoda yang digunakan dalam merancang keberlanjutan digunakan
sistem dinamik powersim.  Untuk memudahkan pada  perencanaan dan penilaian kawasan  budidaya  serta  tindak  lanjut  telah  dihasilkan  aplikasi  penilaian
pengelolaan  kawasan  udang  berkelanjutan  shrimp  farming  area  managemnet assesment.  Berdasarkan  penelitian  ini  ditemukan  kebaruan  novelty    yaitu
Penilaian  pengelolaan  kawasan  budidaya  udang  di  pesisir  Teluk  Banten  dengan model    dinamik  dan  sistem  aplikasi  berbasis  daya  dukung,  sosial,  ekonomi  dan
lingkungan.
Gambar 1.2 Kerangka pemikiran penelitian
2  METODA PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian  dilakukan  di  kawasan  pertambakan  yang  terletak  di  pesisir
Teluk  Banten,  mulai  dari  Desa  Banten    pada titik  koordinat  05°57ˊ13˝  LS
106°6ˊ6˝ BT  sampai Sungai Ciujung Desa Tengkurak yang terletak di koordinat 05°57ˊ48˝  LS  106°21ˊ26˝  BT.    Penelitian  dilaksanakan  pada  bulan  Maret  -
Desember  2015.  Peta  dasar  yang  digunakan  adalah  peta  rupa  bumi  skala  1  : 25.000  Bakosurtanal    2007  dan  peta  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah
Kabupaten Serang Tahun 2011
– 2031 Pemda Kabupaten Serang 2011.  Gambar 2.1 menjelaskan tentang lokasi penelitian.
2.2 Tahapan Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :: a.  Perencanaan penelitian
Kegiatan ini terdiri dari  menyusun proposal, penetapan lokasi dan strategi pelaksanaanya.
b.  Persiapan penelitian Persiapan penelitian terdiri dari persiapan alat dan bahan, petugas lapang,
kuesioner, pengambilan data dan  uji laboratorium. c.  Pengumpulan data primer dan sekunder.
Terdiri  dari  wawancara,  diskusi  dalam  bentuk  Focus  Group  Discussion FGD,  hasil  pengujian  laboratorium  dan  lapangan  dan      telaah
kepustakaan.
d.  Analisis  kesesuaian  lahan  kawasan  budidaya  udang  di  pesisir  Teluk Banten.  Tahapan  ini  terdiri  dari  pengukuran  parameter  air,  tanah  dan
pendukung  atau  infrastruktur  yang  kemudian  dianalisis  dengan pembobotan dan tumpang susun overlay dengan mengggunakan GIS.
e.  Analisis daya dukung Tahapan  ini  terdiri  dari  perbandingan  kesesuaian  lahan  dan  ketersediaan
air budidaya udang. f.  Analisis kelembagaan
Kegiatan  dimulai  dengan  identifikasi  kelembagaan  yang  mempengaruhi pengelolaan  kawasan  budidaya  udang  dengan  menggunakan  dasar  dari
Saxena  1978.    Selanjutnya  dilakukan  analisis  untuk    menentukan kelembagaan  yang  paling  berpengaruh  untuk  mencapai  tujuan  dan
program.
g.  Analisis keberlanjutan Kegiatan diawali dengan identifikasi variabel lingkungan, sosial, ekonomi,
SDM,  teknologi  dan    parameter  lainnya.  Selanjutnya  dilakukan  analisis dengan  diagram  output  dan  input  dan  tumpang  susun  kausal  causal
loope.    Untuk  menentukan    pengelolaan  kawasan  budidaya  udang    yang keberlanjutan  dilakukan  analisis  menggunakan  powersim.  Hasil  analisis
tersebut  dapat  diketahui  sistem  pengelolaan  tambak  tradisional,  semi intensif  dan  intensif    Tahapan  proses  analisa  sistem  yaitu  analisis
kebutuhan,  formulasi  masalah,  identifikasi  sistem,  permodelan,  verifikasi dan validasi model serta implementasi Eriyatno 1999.