lingkungan dan peluang timbulnya konflik berbagai sektoral. Penerapan teknologi berkelanjutan dan kompetensi SDM dan pengendalian kualitas air serta Pengendalian infeksi
penyakit udang sama dengan kawaan barat
8.1.3 Pengelolaan budidaya udang kawasan Timur
1 Perbaikan ekologi Budidaya udang yang dilaksanakan pada lahan yang tidak sesuai dengan potensi maka
mengakibatkan suskes sesaat. Perkembangan produksi udang dan luasan tambak di pesisir Teluk Banten yang terus menurun dari tahun 1995 sampai sekarang mengindikasikan bahwa
daerah tersebut masih belum dikelola sesuai kapasitas lahan. Jenis komoditas yang dipelihara cenderung tidak ada variasi yaitu ikan mujaer, bandeng dan bahkan beberapa komoditas
sudah tidak dibudidayakan karena mengandalkan benih dari alam seperti kepiting. Inovasi yang ada hanya pengembangan rumput laut Gracillaria sp dan udang vaname, namun
produksinya masih berfluktuatif. Kawasan Timur pada tahun 1992
– 2000 merupakan kawasan yang banyak digunakan untuk budidaya udang. Pada saat ini banyak yang dialihkan
untuk budidaya tradisional atau semi intensif dan bahkan ada yang tidak digunakan idle. Pada tahun 1995 di kawasan pesisir wilayah Timur sudah mencapai sekitar 500 ha dan
tahun 2015 hanya 40 Ha. Pada kawasan ini bermuara sungai besar dan salah satunya sungai Ciujung yang mempunyai hulu di beberapa kabupaten dan kota. Tekanan perumahan menjadi
kuat karena pertumbuhan penduduk di pesisir dan kawasan hulu sungai. Rehabilitasi sarana dan prasarana serta penguatan kembali daya dukung menjadi arahan dalam mengembalikan
kejayaan udang di kawasan ini.
4 Monitoring dan evaluasi lingkungan yang intensif Untuk membangkitkan kawasan ini maka monitoring dan evaluasi secara intensif
perlu dilakukan dengan baik. Peran pemerintah dan masyarakat dalam mengintrol kondisi disini sangat perlu untuk meyediakan lahan yang sesuai untuk budidaya perikanan khususnya
udang. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan seperti teknologi tertutup dan penggunaan plastik sebagai penahan air di petakan tambak dapat membantu peningkatan
produksi secara berkelanjutan. Tandon menjadi sangat penting untuk menyediakan air budidaya udang yang sesuai. Salah satu upaya peningkatan daya dukung di kawasan Timur
adalah meningkatkan ketersediaan air dan kemampuan memurnikan kembali purifikasi dengan menyeimbangkan probiotik atau bakteri pengurai limbah sehingga mampu
menyediakan air untuk pemeliharaan udang sesuai dengan kualitas air budidaya udang. Sementara bagian lain peningkatan daya dukung dapat dilakukan antara lain kombinasi
teknologi tradisional dan modern, penerapan manajemen lebih baik better management practices, pemilihan lokasi yang tepat, berorientasi daya dukung lahan, efisiensi penggunaan
lahan dan air, penerapan teknologi tepat sasaran, sarana dan prasarana yang memadai dan ketersediaan hutan mangrove sesuai kebutuhan budidaya udang. Lokasi budidaya udang
tidak pernah dilakukan penelitian secara menyeluruh atau komprehensif. Penelitian dan pemanfaatan potensi hanya berdasarkan ketersediaan infrastruktur tetapi tidak berdasarkan
potensi tanah, air dan kemampuan lahan memulihkan kembali ke kondisi normal melalui proses purifikasi. Kondisi ini mengakibatkan lahan tambak intensif semakin luas tidak
digunakan budidaya udang idle.
3 Kelembagaan pengelolaan budidaya udang kawasan timur Lembaga pengelola yang menangani kawasan timur ini sangat komplek yang terdiri
dari pemerintah, swasta dan individual yang berdomisili di sekitar Sungai yang bermuara di
Teluk Banten. Rendahnya kapasitas kelembagaan pembudidaya akan sangat melemahkan dalam pengelolaan kawasan. Koordinasi antar lembaga dan stake holders menjadi penting
untuk bersama sama menjadikan kawasan yang saling menguntungkan. Kebutuhan program prioritas adalah lingkungan yang mendukung budidaya udang, infrastruktur yang memadai
dan ketersediaan modal. Kendala yang menojol adalah penegakan regulasi masih rendah dan kerja sama antar sektor masih lemah. Upaya pemecahan masalah adalah ditetapkannya tata
ruang kabupatenkota yang berkaitan dengan wilayah pertambakan, tata ruang pesisir termasuk Teluk Banten, tersusunnya sistem pembinaan kawasan tambak. Peran lembaga
perguruan tinggi dan lembaga penelitian menjadi penting untuk melakukan monitoring dan evaluasi serta perencanaan dalam pembangunan kawasan. Penerapan teknologi berkelanjutan
dan kompetensi SDM, Pengendalian kualitas air kawasan timur dan Pengendalian infeksi penyakit udang kawasan timur sama dengan pengelolaan kawasan barat.
Berdasarkan hasil pemetaan dapat diketahui luas kawasan barat, tengah dan timur seperti pada Tabel 8.1 dibawah ini.
Tabel 8.1 Luas Pengelolaan kawasan barat, tengah dan timur No
Wilayah Kelas Kesesuaian Tambak
Luas Ha
1 Barat
Sangat Sesuai 0,3
0,0 Sesuai
651,6 13,0
2 Tengah
Sangat Sesuai 129,7
2,6 Sesuai
1.984,6 39,5
3 Timur
Sangat Sesuai 10,8
0,2 Sesuai
2.251,3 44,8
Total Luasan 5.028,3
100,0
8.2 Pembuatan berbasis MS excel aplikasi penilaian pengelolaan kawasan budidaya udang yang keberlanjutan
Tujuan pembuatan aplikasi ini adalah menyediakan perangkat pengolahan data yang akan memudahkan dalam menilai merencanakan dan pengelolaan kawasan budidaya udang
yang berkelanjutan. Ruang lingkup kegiatan adalah pengolahan data hasil pengukuran di lapangan dan membuat kesimpulan pengelolaan kawasan budidaya udang. Tampilan aplikasi
ini diawali dengan tampilan halaman pertama sebagai pembukaan yaitu “ Selamat Datang
asesment kawasan budidaya udang keberlanjutan ”. Metoda ini menggunakan 4 indikator
yaitu kesesuaian lahan, daya dukung, kelembagaan dan sosial. Salah satu parameter sosial yang sangat menentukan adalah keamanan. Meskipun parameter lainnya sangat layak kalau
keamanan tidak dapat menjamin atau nilai nol, maka kawasan tersebut hendaknya ditunda atau dibatalkan karena tidak berkelanjutan.
8.2.1 Kesesuaian lahan
Untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan dipengaruhi 3 tiga parameter yang menonjol yaitu parameter kualitas air, tanah, dan infrastruktur atau pendukung budidaya.
Parameter kualitas air terdapat indikator yaitu suhu, salinitas, pH, BOD , COD, TSS, pasang surut. Indikator kualitas tanah antara lain pH, potensial redoks, teksur tanah, unsur
hara, elevasi. Parameter infrastruktur atau pendukung adalah jarak dari sungai dan laut, jalan dan ketersediaan listrik serta curah hujan. Menilai lokasi maka dilakukan dengan merubah
kualitatif menjadi kuantitatif. Untuk itu diperlukan standard kriteria kesesuaian lahan. Tabel