Model skenario tambak udang intensif
T i m e
Prod_intensif 1
Prod_intensif_1 2
Prod_intensif_2 3
2.015 2.020
2.025 2.030
2.035 10.000
20.000 30.000
1 2 3
1 2
3 1
2 3
1 2
3
1 2
3
Gambar 7.5 Grafik skenario produksi tambak budidaya udang intensif di pesisir Teluk Banten
Keterangan: Produksi intensif 1 adalah skenario pesimis eksisting Prod. intensif 2 adalah moderat
Prod. Intenfif 3 adalah optimis a. skenario pesimis tambak intensif
Yang dimaksud dengan skenario pesimis adalah pengelolaan kawasan budidaya udang berdasarkan potensi yang ada saat ini dengan asumsi kondisi lain dalam keadaaan
sama atau tidak berubah. Skenario dibuat selama 20 tahun yaitu mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2035. Orientasi skenario ini berdasarkan pada produksi, luas tambak yang
digunakan untuk budidaya udang. Simulai yang digunakan adalah kesesuaian lahan, daya dukung dengan parameternya kualitas air dan kuantitas air laut, limbah atau pencemaran,
sarana dan prasarana, modal, teknologi dan kompetensi SDM. Produksi pada tahun 2015 sebesar 509 ton tahun dengan luas tambak yang dioperasikan sebesar 120 ha. Produksi tahun
2035 diprediksi meningkat sebesar 12.165,57 tontahun dengan luas tambak 1200 ha. b. Skenario model moderat dan optimis tambak intensif
Skenario moderat adalah pengelolaan tambak secara intensif dengan meningkatkan input yang berupa sarana dan prasarna, teknologi, kompetensi SDM dan modal. Pada Gambar
7.6 menjelaskan tentang peningkatan input terhadap produksi yang dihasilkan. Setelah dinaikan input dengan rata-rata 30 maka akan diperoleh produksi yang meningkat dengan
besaran seperti pada tabel 7.2. Bentuk peningkatan sarana dan prasarana adalah perbaikan dan pembangunan jaringan jalan, saluran air, listrik, petakan tambak sehingga lebih kuta
menahan air dalam petakan tambak. Fasilitas ini dapat memberikan kemudahan dalam operasional budidaya udang. Teknologi yang terdiri dari teknooogi yang ramah lingkungan
dan telah teruji kemampuannya dalam keberhasilan budidaya udang. Sebagai contoh penggunaan probiotik. Komptensi SDM meningkat terdiri dari naiknya profesionalisme
dalam budidaya udang. Peningkatan kompetensi dapat melalui magang, pendidikan dan pelatihan. Sebagai contoh telah mampu memecahkan masalah dengan kecepatan meningkat
30 . Modal adalah jumlah nominal yang diberikan untuk investasi dan biaya tetap, biaya tidak tetap serta biaya lainnya dalam opersional budidaya udang.
Produksi pada skenario pesimis, moderat dan optimis digambarkan dalam grafik sehingga memudahkan untuk membandingkan antar skenario. Tabel 7.3 menjelaskan
perkembangan produksi tambak udang selama 20 tahun mulai tahun 2014 sampai dengan 2035 dengan kondisi perbaikan teknologi, SDM, kesesuaian lahan, daya dukung sesuai
pengelolaan tambak yang berkelanjutan. Kenaikan input pada skenario ini adalah sebesar 30
. Saat ini sarana dan prasrana yang berupa jalan, listrik, saluran dan wadah pemelihraan direhabilitsi sebesar 30 kualitas dan kuantitas nya. Wadah pemelihraan diganti dengan
plastik mulsa dan atau plastik HDPE. Plastik ini mampu bertahan sampai belasan tahun, sehingga sangat efisien. Memang investasi awal terkesan mahal. Tandon air diperluas dan
daya tampung diperbaiki dengan memperdalam dan meperluas areal. Penanmana hutan mangove di sekeliling tambak mempercepat proses pemuliaan air budidaya udang. Demikian
juga teknologi hasil penemuan litbang dan perguruan tinggi yang berorientasi pada keberlanjutan ditingkatkan sebesar 30 . Teknologi pada lahan sebelah barat dengan tingkat
pencemaran tinggi oleh industri dan wilayah timur tidak ada alternatif lain kecuali dengan memperbaiki lingkungnnya. Teknologi tertutup dengan aplikasi probiotik memberikan
harapan untuk keberhasilan budidaya. Modal penyertaan untuk investasi dari lembaga keuangan ditingkatkan 30 , sehingga terbentuk usaha baru, lahan baru dengan teknologi
baru.
Berdasarkan data skenario setelah pemeliharaan selama 35 tahun peningkatan produksi dari skenario pesimis ke moderat sebesar 59 . dengan kondisi variabel tidak
berubah. Peningkatan produksi dari moderat ke optimis sebesar 63 Keberlanjutan usaha tambak udang ditentukan oleh tingkat implementasi teknologi, SDM, sarana dan prasarana
dan modal. Semakin intensif maka semakin banyak limbah pakan, obat-obatan yang terbuang ke perairan. Penerapan teknologi ramah lingkungan harus diikuti dengan kebijakan
keberlanjutan seperti pengendalian dan pengawasan lingkungan, pemecahan masalah menyeluruh dan penyediaan sarana parasarana yang terpadu komprehensif. Budidaya terus
berkembang karena kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi berubah. Pada sekenario moderat produksi tahun 2015 sebesar 509 ton tahun dan setelah 20 tahun yaitu pada tahun
2035 dengan asumsi variabel lain tidak berubah dapat berproduksi sebesar 19.346 ton. Luas tambak yang dioperasikan untuk budidaya udang pada tahun 2015 sebesar 108 ha dan pada
tahun 2.035 seluas 909 ha. Sekenario optimis produksi tahun 2015 sebesar 509 ton tahun dan pada tahun 2035 setelah 20 tahun dengan asumsi variabel lain tidak berubah dapat
berproduksi sebesar 31.716 tontahun.
TAMBAK INTENSIF
Fr_prod_mod_1
Fr_bob_air_1 Luas_perumind_1
Fr_limbah_perumind_bak_1 luas_tambak_1
laju_ls_tambak_1 Prod_intensif
SS_tanah Air
Fr_kuan_air_per_ha
Fr_kuan_air_Intens
kual_tanah_1 IPM_1
MODAL_1 Fr_Sarpras_SS
Fr__bob_tanah_1 teknol_intensif
Fr_tek_intens Fr_tek_lim_1
kual_SDM_1 Fr_Modal_SDM_1
MODAL_1 modal_SDM_1
Limbah_perumind_bak_1
keses_lahan_1
Fr_luas_tambak_1 Sarpras_1
luas_tambak_1 Fk_1
kuan_air_1 Fr_DD_SS
DD_tambak_intensif Prod_intensif
Constant_115 Auxiliary_78
Constant_126 kual_air_intensif
Auxiliary_77 Fr__bob_sarpras_1
Constant_119 Constant_120
Auxiliary_76
Fr_modal_prod_1 Constant_134
laju_prod_1
Gambar 7.6 Model skenario tambak budidaya udang intensif di pesisir Teluk Banten
Kualitas air tambak dipesisir Teluk Banten dipengaruhi pencemaran oleh industri, pemukiman, pelabuhan, pertanian, sungai, pertumbuhan penduduk, kerusakan hutan bakau,
limbah pertambakan, abrasi pantai akan menyebabkan bahan pencemar masuk dalam kawasan pertambakan secara berfluktuatif. Paraturan tata ruang, zonasi, perbaikan
infrastruktur seperti jalan, listrik, saluran, pematang serta sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi kualitas air tambak. Demikian juga limbah produksi tambak sendiri yang berupa pakan,obat-obatan unsur yang paling mempengaruhi kualitas air dalam tambak.
Kemampuan perairan semakin turun dengan semakin bertambahnya input dan naiknya produksi. Pada Grafik 7.7 menjelaskan kualitas air yang semakin turun dengan naiknya input
dan produk.
Kualitas air akan menurun sejalan dengan proses budidaya udang di tambak. Gambar 7.7 menjelaskan tentang perkembangan kualitas air selama 35 tahun.
Time k
ua l_
a ir
_i n
te n
s if
2.015 2.020
2.025 2.030
2.035 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9
Gambar 7.7 Grafik kualitas air model skenario tambak budidaya udang mulai tahun 2015 –
2035. Perkembangan daya dukung akan megalami penurunan dengan bertambahnya input
dan produksi. Pada Gambar 7.8 menjelaskan tentang model model perkembangan daya dukung selama kurun waktu 20 tahun tambak budidaya udang intensif di pesisir Teluk
Banten .
T i m e
DD _ta
mb ak
_in ten
sif
2.015 2.020
2.025 2.030
2.035 50
60 70
80
Gambar 7.8 Grafik daya dukung tambak intensif satuan Tabel 7.3 menjelaskan tentang perkembangan daya dukung selama 20 tahun yang akan
datang. Daya dukung kawasan banyak dipengaruhi oleh kesesuaian lahan, kualitas dan ketersediaan air budidaya, kualitas tanah, SDM dan teknologi. Kawasan pertambakan pesisir
Teluk Banten mempunyai kharakteristik oseanografis, bentukan tanah, flora, fauna dan kondisi lingkungan yang hampir terdapat di kawasan budidaya udang di seluruh Indonesia,
sehingga kasus seperti disini banyak dijumpai di daerah lainnya. Pengaruh pengembangan industri, pelabuhan, limbah domestik yang terbawa melalui aliran sungai maupun terbuang ke
wilayah sangat besar. Kondisi ini menyebabkan menurunnya daya dukung, produksi dan meningkatnya pencemaran. Hasil penelitian Supendi et al. 2014, tentang dampak
pencemaran sungai-sungai yang bermuara di Teluk Banten terhadap hasil produksi tambak tradisional
menunjukan kerugian dari penurunan hasil produksi tambak di desa- desa yang dipengaruhi oleh pencemaran DAS Cibanten yaitu sebesar 86-92, sedangkan
kerugian penurunan hasil produksi tambak di desa-desa yang dipengaruhi oleh pencemaran DAS Ciujung yaitu sebesar 77-78.
Tabel 7.3 Daya dukung lahan tambak satuan
Time 2.015
2.016 2.017
2.018 2.019
2.020 2.021
2.022 2.023
2.024 2.025
2.026 2.027
2.028 2.029
2.030 2.031
2.032 2.033
2.034 2.035
DD_tambak_intensif DD_tamb_semi_intenDD_tambak_tradisi
Fr_D 86,46
136,01 36,92
83,47 133,61
131,57 80,70
131,16 270,79
70,28 134,53
525,09 62,28
138,05 863,56
60,10 141,50
1.271,88 58,24
145,16 1.755,15
58,52 141,56
2.640,11 59,42
137,81 3.674,02
57,37 128,76
4.368,21 57,33
119,22 5.077,12
51,60 107,47
5.605,68 47,82
95,42 6.109,34
46,06 89,77
6.353,55 44,82
83,97 6.565,57
43,58 82,46
6.746,59 42,68
80,81 6.916,91
42,81 81,28
7.076,59 43,01
82,47 7.222,46
42,42 84,40
7.354,66 41,86
86,00 7.502,90