Penjadwalan Produksi Dengan Metode Algoritma Genetika Di Pt. Agri First Indonesia

(1)

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06B; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012; Revisi : 00

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE

ALGORITMA GENETIKA

DI PT. AGRI FIRST INDONESIA

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

SARYANTA LUMBANTORUAN NIM : 100403044

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE

ALGORITMA GENETIKA DI PT. AGRIFISRT INDONESIA

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

SARYANTA LUMBANTORUAN NIM: 100403044

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Penjadwalan Produksi dengan Metode Algoritma Genetika di PT. Agri First Indonesia”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, jurusan Teknik Industri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, PT. Agri First Indonesia, dan masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS MEDAN, APRIL 2015


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua, yaitu Bapak M. Lumbantoruan dan Ibu N. Manalu yang selalu mendukung dalam segala hal yang penulis lakukan, baik secara moril, rohani, dan materi. Penulis menyadari tidak dapat membalas besarnya cinta dan kasih sayang keduanya, oleh karena itu penulis mempersembahkan karya ini sebagai ungkapan terimakasih kepada Bapak dan Ibu.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan yang memberikan arahan yang mendukung penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan yang mendukung penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan ilmunya serta memberikan motivasi yang besar untuk penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini

5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan ilmunya serta memberikan motivasi untuk penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.


(6)

6. Pimpinan PT. Agri First Indonesia, Bapak Nazlul Fadli selaku Manajer Human Resources, Bapak Hadi Wijaya, dan Ibu Nurul yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian dan banyak membantu penulis dalam penelitian.

7. Bapak Maruhum selaku Manajer Produksi PT. Agri First Indonesia, Bapak Datar Deodatus, Bapak Sagala, Bapak Yusuf, Bapak Syafrizal, Bapak Aswin, Ibu Grace, Bapak Dedi, dan seluruh karyawan bagian Produksi yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian, meluangkan waktunya untuk membimbing, dan memotivasi penulis selama penelitian.

8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan dukungan kepada penulis.

9. Keluarga penulis : Kak Dewi, Kak Melda, Kak Lia, Kak Juli, Kak Roma, Fitris, Karunia, Bang Elvis, Bang Tino, Wahyu, Willy, Wesly, Wulan, Eleanor yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang sangat besar untuk penyelesaian laporan ini

10. Rekan seperjuangan penelitian di PT. Agri First Indonesia, Nadia Comeneci dan Gavrilo Jose yang telah memberikan bantuan yang cukup besar dalam penelitian di perusahaan, proses pengerjaan laporan tugas akhir, dan saling mendukung dan memotivasi satu sama lain.

11. Seven B yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, Tanesia Sinaga, Rahel Agustin Hutahayan, ST; Cici Yunita Sinaga, ST; Nadhira Harahap,ST; Martha Panggabean, ST; Theresia Hutagalung,ST.


(7)

12.Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 (TITEN) Teknik Industri FT. USU yang terus memotivasi penulis dalam penyelesaian laporan ini.

13. Rekan-rekan asisten di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Martha, Joseph, Adra, Willy, Aziz, Reza, Loli, Poppy, Rama, Holongan, Marina, Tri, Erin, Jennifer, Andi, Ryan, Savudan, dan Sarmida yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan dalam pengerjaan laporan ini.

14. Para leader dan anggota MARS GPdI Maranatha yang selalu memberikan motivasi, doa, dan dukungan secara rohani kepada penulis. Terimakasih untuk kak Klaudia Wakkary, kak Kezia Wakkary, kak Vinny Wakkary, kak Felycia Wakkary, Gledis Liow, Ardi Brian Somba, Andreas, Bang Johan, Grace Sinambela, Martina Lydia, Sarah Manurung, dan nama lainnya yang penulis tidak sebutkan.

15. Yayasan Karya Salemba Empat dan Paguyuban Karya Salemba Empat USU yang telah memberikan dukungan secara materil melalui beasiswa kepada penulis, serta inspirasi dan motivasi yang membangun penulis untuk terus berkarya.

16. PT. XL Axiata dan keluarga besar XL Future Leaders The Scholarship Batch 2 yang memberikan kesempatan penulis untuk bertemu dengan 78 calon pemimpin dari seluruh Indonesia, membentuk jiwa kepemimpinan penulis, melatih kedisiplinan penulis, dan mengenalkan penulis dengan perusahaan.


(8)

17. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis yang tidak disebutkan dalam ucapan terimakasih di atas.

Medan, April 2015


(9)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

ABSTRAK ... xvix

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-10 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-11 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-13 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-13

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan PT. Agri First Indonesia ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Pemasaran ... II-4 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-5 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-5 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-8 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-8 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-9 2.6. Proses Produksi ... II-10 2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II-10 2.6.2. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-23 2.8. Utilitas ... II-28 2.9. Safety and Fire Protection ... II-29 2.10. Penanganan Limbah ... II-30

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Penjadwalan ... III-1 3.1.1. Terminologi Penjadwalan ... III-2 3.1.2. Jenis-jenis Model Penjadwalan ... III-3 3.2. Faktor-faktor Penyebab Penjadwalan Tidak Efektif ... III-4


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

3.3. Penjadwalan Flowshop ... III-6 3.4. Peramalan dengan Metode Pemulusan (Smoothing)

Eksponensial... III-8 3.5.1. Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda :

Metode Linear Satu Parameter dari Brown ... III-13 3.5.2. Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda :

Metode Dua Parameter dari Holt ... III-10 3.5. Metode Pengukuran Waktu ... III-11

3.4.1. Pengukuran Waktu Jam Henti (Stopwatch Time

Study ... III-11 3.4.2. Penyesuaian dan Kelonggaran ... III-14 3.6. Algoritma Genetik ... III-18 3.6.1. Langkah-langkah Algoritma Genetik ... III-19 3.6.2. Kriteria Berhenti dalam Algoritma Genetik

(Keadaaan Steady State) ... III-22 3.6.3. Parameter Performansi ... III-24

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-4

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Permintaan Produk... V-1 5.1.2. Data Komposisi Produk PT. Agri First Indonesia... V-5 5.1.3. Conditioning Time Gandum ... V-6 5.1.4. Waktu Proses Stasiun Kerja ... V-6 5.1.5. Waktu Siklus Operator Packing ... V-8 5.2. Pengolahan Data ... V-10 5.2.1. Peramalan Permintaan Produk ... V-10 5.2.2. Perhitungan Kebutuhan Gandum ... V-28 5.2.3. Perhitungan Waktu Standar Operator Packing ... V-30 5.2.4. Penentuan Flowtime tiap Job ... V-35 5.2.5. Penjadwalan Metode Aktual Perusahaan ... V-46 5.2.6. Penjadwalan Produksi dengan Metode Algoritma


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Faktor Penyebab Produk Tidak Selesai Tepat

Waktu ... VI-1 6.2. Analisis Metode untuk Menghasilkan Produk Tepat

Waktu ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-2


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

1.1 Weekly Production Planning (WPP) PT. Agri First

Indonesia ... I-5 1.2 Perbandingan Jumlah Produk dan Rencana WPP

Periode 2-7 Februari 2015 ... I-7 2.1 Aplikasi dan Spesifikasi Produk PT. Agri First Indonesia II-3 2.2 Jenis Gandum yang Digunakan di PT. Agri First Indonesia II-11 2.3 Ukuran Partikel Gandum ... II-18 2.4 Grist Produk PT. Agri First Indonesia ... II-21 2.5 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia II-23 2.6 Jenis-jenis Silo/ Bin di PT. Agri First Indonesia ... II-27 3.1 Westinghouse Factors ... III-16 5.1 Data Penjualan PT. Agri First Indonesia Periode 30 Mei

2014- 1 Januari 2015 ... V-2 5.2 Komposisi Produk PT. Agri First Indonesia ... V-5 5.3 Conditioning Time Gandum ... V-6 5.4 Kapasitas Stasiun Kerja/ Work Centre ... V-8 5.5 Data Pengukuran Waktu Siklus Operator Pengisian ... V-9 5.6 Data Pengukuran Waktu Siklus Operator Penjahitan ... V-10 5.7 Data Permintaan AFI Hitam 30 Mei 2014 – 1 Januari


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Model Peramalan AFI

Hitam Metode Holt ... V-16 5.9 Peramalan Permintaan AFI Hitam untuk Periode 2

Januari – 6 Februari 2015 ... V-17 5.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Model Peramalan AFI

Hitam Metode Brown ... V-19 5.11 Peramalan Permintaan AFI Hitam dengan Metode Brown

untuk Periode 2 Januari – 6 Februari 2015 ... V-21 5.12 Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Holt AFI

Hitam... V-22 5.13 Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Brown AFI

Hitam... V-23 5.14 Perbandingan Nilai MSE dan MAPE AFI Hitam ... V-24 5.15 Hasil Verifikasi Metode Brown AFI Hitam ... V-25 5.16 Peramalan Permintaan AFI Hitam dengan Metode Brown V-27 5.17 Peramalan Produk Periode 2 Januari – 5 Februari 2015 .... V-27 5.18 Jumlah Tepung yang Dibutuhkan Periode 2-8 Januari

2015... V-28 5.19 Kebutuhan Gandum dengan Target Ekstraksi 76%


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.20 Hasil Uji Keseragaman Operator Pengisian ... V-30 5.21 Hasil Uji Keseragaman Operator Penjahitan ... V-31 5.22 Rekapitulasi Waktu Standar Operator Packing ... V-35 5.23 Waktu Penyelesaian Armada Biru ... V-36 5.24 Waktu Proses dan Flowtime Job A ... V-37 5.25 Waktu Penyelesaian Armada Merah ... V-38 5.26 Waktu Proses dan Flowtime Job B ... V-38 5.27 Waktu Penyelesaian Armada Orange ... V-39 5.28 Waktu Proses dan Flowtime Job C ... V-39 5.29 Waktu Penyelesaian AFI Kuning... V-40 5.30 Waktu Proses dan Flowtime Job D ... V-40 5.31 Waktu Penyelesaian AFI Hitam... V-40 5.32 Waktu Proses dan Flowtime Job E ... V-41 5.33 Waktu Penyelesaian AFI Merah ... V-41 5.34 Waktu Proses dan Flowtime Job F... V-42 5.35 Waktu Penyelesaian AFI Biru ... V-42 5.36 Waktu Proses dan Flowtime Job G ... V-42 5.37 Waktu Penyelesaian AFI Orange ... V-43 5.38 Waktu Proses dan Flowtime Job H ... V-43 5.39 Waktu Penyelesaian AFI Cokelat ... V-44


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.40 Waktu Proses dan Flowtime Job I ... V-44 5.41 Rekapitulasi Waktu Proses 9 Job ... V-45 5.42 Perhitungan Makespan Penjadwalan Aktual

Perusahaan ... V-46 5.43 Kromosom yang Terpilih ... V-48 5.44 Waktu Proses tiap Job pada Stasiun Kerja ... V-49 5.45 Makespan Kromosom I1 ... V-49 5.46 Makespan dan Nilai Fitness Populasi Awal ... V-50 5.47 Fitness Relatif dan Fitness Kumulatif Kromosom

Generasi I ... V-53 5.48 Bilangan Acak untuk Seleksi ... V-55 5.49 Kromosom Baru Hasil Seleksi ... V-56 5.50 Bilangan Acak untuk Crossover ... V-59 5.51 Kromosom-kromosom yang Mengalami Crossover ... V-60 5.52 Kromosom Hasil Crossover Generasi I ... V-62 5.53 Bilangan Acak untuk Mutasi Generasi I ... V-64 5.54 Kromosom dan Posisi yang Terkena Mutasi ... V-67 5.55 Kromosom Hasil Mutasi Generasi I ... V-67 5.56 Populasi Akhir Generasi Pertama dan Populasi


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.57 Kromosom Terpilih dari Tiga Generasi ... V-70 5.58 Urutan Terbaik Algoritma Genetik ... V-72 6.1 Lama Delay Mesin Carousell dan Mesin Single Spot ... VI-2 6.2 Makespan Urutan Jadwal Optimal I ... VI-5 6.3 Makespan Urutan Jadwal Optimal II ... VI-5 6.4 Makespan Urutan Jadwal Optimal III ... VI-6 6.5 Perbandingan Urutan Pengerjaan dan Makespan Metode

Aktual yang Digunakan Perusahaandengan Metode

Algoritma Genetika ... VI-7 6.6 Waktu Penyelesaian 200 bag AFI Cokelat ... VI-12 6.7 Flowtime 200 bag AFI Cokelat ... VI-12 6.8 Waktu Penyelesaian 1000 bag Armada Merah ... VI-13 6.9 Flowtime 1000 bag Armada Merah ... VI-13


(19)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi PT. Agri First Indonesia ... II-7 2.2 Proses Pre Cleaning ... II-13 2.3 Proses Intake ... II-15 2.4 Proses Cleaning dan Conditioning Gandum ... II-16 2.5 Struktur Gandum ... II-17 2.6 Proses Water Treatment ... II-29 3.1 Diagram Aliran Informasi dalam Sistem Manufaktur ... III-6 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.2 Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-9 4.3 Flowchart dan Stopping Rule Algoritma Genetika ... IV-10 5.1 Work Center Proses Produksi Tepung Terigu ... V-7 5.2 Diagram Pencar Permintaan AFI Hitam ... V-12 5.3 Moving Range Chart Peramalan AFI Hitam ... V-26 5.4 Grafik Uji Keseragaman Data Operator Pengisian ... V-32 6.1 Persentase Delay pada Mesin Carousell ... VI-2 6.2 Persentase Delay pada Mesin Single Spot ... VI-3 6.3 Perbandingan Gantt Chart Metode Aktual Perusahaan

dengan Metode Algoritma Genetika Urutan I ... VI-8 6.4 Perbandingan Gantt Chart Metode Aktual Perusahaan


(20)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR

HALAMAN

6.5 Perbandingan Gantt Chart Metode Aktual Perusahaan


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab PT. Agri First

Indonesia ... L-1 2. Perhitungan Parameter dan Error Peramalan Produk

Tepung Terigu ... L-2 3. Perhitungan Waktu Standar Operator Packing ... L-3 4. Perhitungan Algoritma Genetika untuk Generasi II dan

Generasi III ... L-4 5. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-5 6. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-6 7. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Agri

First Indonesia ... L-7 8. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.

Agri First Indonesia ... L-8 9. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa... L-9 10. Form Asistensi Tugas Sarjana... L-10


(22)

ABSTRAK

PT. Agri First Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi berbagai macam tepung terigu dengan sistem make to stock. Proses produksi di PT. Agri First Indonesia merupakan tipe produksi pure flow shop yang menghasilkan 10 variasi tepung terigu. Lantai produksi sering mengalami kegagalan dalam menghasilkan produk tepat waktu sehingga jadwal produksi (weekly production planning) tidak tercapai. Faktor yang menyebabkan produk tidak dapat diselesaikan tepat waktu adalah delay pada mesin packing akibat gangguan listrik, menunggu proses sebelumnya, persiapan (set up), kerusakan mesin, dan kebutuhan pribadi. Kegiatan-kegiatan seperti menunggu proses blending, menunggu transfer produk ke mesin, waiting process, empty flour, menunggu forklift, menunggu karung, pengemasan ulang (repack) adalah kegiatan yang mengindikasikan adanya masalah pada penjadwalan. Metode yang dipakai untuk mengatasi keterlambatan penyelesaian produk dan membuat rancangan jadwal yang optimal adalah metode algoritma genetika. Algoritma genetika dipilih sebagai metode untuk menghasilkan rancangan jadwal yang efisien dikarenakan karakteristik proses produksi tepung terigu yang memiliki banyak sekali variasi produk dan banyaknya urutan job yang mungkin dari 9 jenis produk sehingga membutuhkan proses penjadwalan yang kompleks. Kriteria penjadwalan algoritma genetika dalam penelitian ini adalah minimisasi makespan sehingga didapatkan rancangan sistem penjadwalan yang optimal berupa urutan job sehingga meningkatkan penyelesaian produk tepat waktu dan efektif untuk diimplementasikan perusahaan. Hasil penjadwalan algoritma genetika berhenti pada iterasi ketiga dengan nilai fitness 0,00542 dan makespan 184,54 jam untuk tiga urutan solusi penjadwalan optimal yaitu urutan job AIEDFCGHB, urutan job AIGECHDFB, dan urutan job AEGIBCDFH. Performansi hasil algoritma genetika dilihat dari parameter efficiency index sebesar 1,13 menunjukkan metode Algoritma Genetik memiliki performansi yang lebih baik dan berdasarkan relative error sebesar -12,96% yang menunjukkan bahwa penjadwalan produksi metode algoritma genetika menghasilkan penghematan makespan sebesar 12,96% atau 23,91 jam dibandingkan dengan metode aktual yang digunakan perusahaan.

Kata Kunci: Penjadwalan Produksi, Makespan, Algoritma Genetika, Crossover,


(23)

ABSTRAK

PT. Agri First Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi berbagai macam tepung terigu dengan sistem make to stock. Proses produksi di PT. Agri First Indonesia merupakan tipe produksi pure flow shop yang menghasilkan 10 variasi tepung terigu. Lantai produksi sering mengalami kegagalan dalam menghasilkan produk tepat waktu sehingga jadwal produksi (weekly production planning) tidak tercapai. Faktor yang menyebabkan produk tidak dapat diselesaikan tepat waktu adalah delay pada mesin packing akibat gangguan listrik, menunggu proses sebelumnya, persiapan (set up), kerusakan mesin, dan kebutuhan pribadi. Kegiatan-kegiatan seperti menunggu proses blending, menunggu transfer produk ke mesin, waiting process, empty flour, menunggu forklift, menunggu karung, pengemasan ulang (repack) adalah kegiatan yang mengindikasikan adanya masalah pada penjadwalan. Metode yang dipakai untuk mengatasi keterlambatan penyelesaian produk dan membuat rancangan jadwal yang optimal adalah metode algoritma genetika. Algoritma genetika dipilih sebagai metode untuk menghasilkan rancangan jadwal yang efisien dikarenakan karakteristik proses produksi tepung terigu yang memiliki banyak sekali variasi produk dan banyaknya urutan job yang mungkin dari 9 jenis produk sehingga membutuhkan proses penjadwalan yang kompleks. Kriteria penjadwalan algoritma genetika dalam penelitian ini adalah minimisasi makespan sehingga didapatkan rancangan sistem penjadwalan yang optimal berupa urutan job sehingga meningkatkan penyelesaian produk tepat waktu dan efektif untuk diimplementasikan perusahaan. Hasil penjadwalan algoritma genetika berhenti pada iterasi ketiga dengan nilai fitness 0,00542 dan makespan 184,54 jam untuk tiga urutan solusi penjadwalan optimal yaitu urutan job AIEDFCGHB, urutan job AIGECHDFB, dan urutan job AEGIBCDFH. Performansi hasil algoritma genetika dilihat dari parameter efficiency index sebesar 1,13 menunjukkan metode Algoritma Genetik memiliki performansi yang lebih baik dan berdasarkan relative error sebesar -12,96% yang menunjukkan bahwa penjadwalan produksi metode algoritma genetika menghasilkan penghematan makespan sebesar 12,96% atau 23,91 jam dibandingkan dengan metode aktual yang digunakan perusahaan.

Kata Kunci: Penjadwalan Produksi, Makespan, Algoritma Genetika, Crossover,


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya yang terpenting adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan. Kepuasaan pelanggan dapat tercapai apabila perusahaan dapat melakukan pengiriman produk tepat waktu (timeliness of deliveries), mutu yang sesuai dengan harapan (expectedquality) dan harga yang wajar (reasonable price). Perusahaan yang menyadari posisinya dalam persaingan memperebutkan pangsa pasar pasti berupaya untuk mendapatkan nilai terbaik di mata pelanggan. Nilai terbaik dapat diperoleh apabila perusahaan memiliki rencana produksi yang baik dan akurat serta melaksanakannya di lantai pabrik secara efektif.

Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan untuk mengeksekusi rencana operasional yang telah disusun di lantai pabrik untuk meningkatkan penggunaan sumber daya sehingga total waktu proses dapat berkurang. Penjadwalan merupakan teknik pengambilan keputusan terkait dengan pengalokasian kapasitas yang tersedia dan menentukan apa yang harus dikerjakan (what), kapan (when), oleh siapa (by whom), dan peralatan yang digunakan (with what equipment). Penjadwalan yang efektif dalam sistem manufaktur bertujuan untuk mengurangi biaya manufaktur dan meningkatkan efisiensi manajemen operasional. Persoalan penjadwalan produksi pada dasarnya adalah pengalokasian sumber daya untuk menyelesaikan sekumpulan pekerjaan agar memenuhi kriteria tertentu. Kriteria


(25)

tersebut dapat berupa minimisasi waktu penyelesaian (makespan), pemenuhan due date, dan maksimisasi utilitas rata-rata mesin. Semua kriteria tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu minimisasi ongkos produksi.

PT. Agri First Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi tepung terigu dan berlokasi di Jl. Pulau Pinang V No. 9 Kawasan Industri Medan (KIM) II, Saentis Percut Sei Tuan, Deli Serdang Sumatera Utara. PT. Agri First Indonesia menghasilkan berbagai macam tepung terigu dengan sistem make to stock diantaranya AFI Emas, AFI Hitam, AFI Orange, AFI Biru, AFI Merah, AFI Kuning, AFI Cokelat, Armada Biru, Armada Orange, Armada Merah, dan produk sampingan berupa makanan ternak. Perkembangan industri hilir berbahan dasar tepung terigu seperti toko roti, aneka makanan, dan mie membuat industri hulu yaitu pabrik tepung terigu juga berkembang pesat. PT. Agri First Indonesia sebagai industri hulu harus mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang bervariasi.

Proses produksi di PT. Agri First Indonesia merupakan tipe produksi pure flow shop yang menghasilkan 10 variasi tepung terigu. Secara umum proses produksi tepung terigu terdiri atas tahapan cleaning, milling, mixing, dan packing. Untuk menghasilkan tepung terigu jenis tertentu, misalnya AFI Hitam memerlukan 3 jenis gandum yaitu gandum APW, CWRS, dan NS2 dengan syarat antara gandum yang satu tidak boleh dicampur dengan gandum lain. Gandum disimpan di raw wheat bin dan dikeluarkan untuk dibersihkan dari material tertentu dan masuk dalam proses cleaning. Setelah gandum melalui semua mesin cleaning, gandum masuk ke dalam tempering bin pertama untuk proses first conditioning.


(26)

Conditioning merupakan proses pengkondisian gandum pada suatu tempering bin sehingga tercapai suatu kondisi dengan kadar air yang diinginkan. Conditioning time membutuhkan waktu yang cukup lama dan tergantung dari jenis gandum yaitu sekitar 16-26 jam. Proses first conditioning dilakukan pada 4 buah tempering bin dengan total waktu 70% dari conditioning time. Setelah proses first conditioning gandum akan dikeluarkan dan masuk ke tempering bin untuk proses second dampening. Proses second dampening dilakukan pada 2 buah tempering bin dengan total waktu 30% dari conditioning time. Setelah proses cleaning selesai, gandum disimpan sementara di bin B1 sebelum ditransfer ke mesin milling. Gandum yang telah mencapai karakteristik tertentu digiling di mesin milling dan dilakukan ekstraksi tepung sebanyak-banyaknya. Ekstraksi rata-rata gandum menjadi tepung di PT. Agri First Indonesia adalah 76% dan sisanya menjadi produk sampingan. Gandum yang telah digiling akan disimpan di flour bin sambil menunggu gandum jenis lain selesai digiling. Jika tepung telah tersedia di flour bin untuk menghasilkan produk tertentu, maka dilakukan proses mixing yaitu proses pencampuran beberapa jenis gandum sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan untuk menghasilkan produk tertentu seperti AFI Hitam, AFI Merah, AFI Biru, dan lain-lain. Tepung yang telah dicampur dan melalui uji laboratorium akan dikemas pada proses packing. Produk tepung terigu dikemas pada woven bag dengan ukuran 25 kilogram/ bag.

Rencana produksi yang telah disusun berdasarkan permintaan produk akan dieksekusi di lantai pabrik dalam bentuk jadwal produksi. Jadwal produksi di PT. Agri First Indonesia berbentuk Weekly Production Planning (WPP). Weekly


(27)

Production Planning (WPP) disusun melalui rapat tim Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang dilakukan setiap hari Jumat yang terdiri atas general manager dan perwakilan bagian produksi, marketing, dan warehouse. Tim marketing menunjukkan hasil forecasting mengenai jenis dan jumlah produk yang diminta, tim warehouse akan memberikan laporan mengenai status persediaan produk jadi yang tersedia di gudang, dan tim produksi memberikan laporan status persediaan gandum di silo. Setelah itu, secara bersama-sama tim ini akan menentukan produk apa yang akan diproduksi dan jumlahnya. Berdasarkan hasil rapat ini, manajer produksi akan membuat jadwal produksi yang terdiri atas urutan jenis gandum yang akan dikerjakan dalam satu minggu meliputi proses cleaning, milling, mixing, dan packing. Dalam menyusun Weekly Production Planning (WPP), proses penjadwalan produksi ditentukan oleh persediaan tepung di flour bin (silo tepung). Jika tepung yang akan diproduksi tersedia di flour bin, maka akan dilakukan packing sedangkan jika persediaan tepung di flour bin kosong atau tidak sesuai dengan spesifikasi tepung yang diinginkan, maka proses cleaning akan dijalankan. Jadwal produksi perusahaan berupa Weekly Production Planning (WPP) PT. Agri First Indonesia periode 18-24 Januari 2015 ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Weekly Production Planning (WPP) PT. Agri First Indonesia


(28)

Period 18-24 January 2015

Hari: MINGGU 18 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

0 0 0

Hari: SENIN 19 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

MMW 110 CWRS 13,5 110 AFI Hitam 3.000

1.280 128

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 APW 70 MMW 210 Armada Merah 8.000

UMW

11,5 150 AFI Merah Reg 1.000

AH12 50

380 320 12.000

Hari: SELASA 20 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

RMW11,5 110

MMW

Kinantan 40

Repack AFI Hitam

Brunei 960

1.320 132

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 UMW

11,5 260 MMW 70 Ayam Kinantan 1.500 APW 70

Armada Orange

Reg 3.000 UMW AMD 150 Armada Merah 4.000

Armada Biru 2.000

370 330 11.460

Hari: RABU 21 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

UMW11,5 250 AH12 50

AFI Merah NDL

Olaga 1.000

1.280 128

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 MMW 120 RMW 11,5 110

Armada Orange

GM 28 3.000 UMW AMD 160 Armada Biru 8.000

370 320 12.000

Hari: KAMIS 22 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

CWRS

13,5 100 UMW AMD 320

ARMADA Orange

NDL 2.000

1.280 128

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 NS2 80 AFI Merah 2.000

UMW

11,5 200 Armada Biru 4.000 Armada Merah 4.000

380 320 12.000


(29)

WEEKLY PRODUCTION PLANNING

Period 18-24 January 2015

Hari: JUMAT 23 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

ASW 110 UMW AMD 30 AFI Hitam Reg 3.000

1.320 132

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 MMW 250 MMW 120 Armada Biru 4.000

CWRS 13,5 100 Armada Merah 5.000

NS2 80

360 330 12.000

Hari: SABTU 24 Januari 2015

Cleaning MT Milling MT Packing Bags Bran Pollard Remarks

MMW 250 UMW AMD 200 Armada Biru 6.000

1320 132

Efisiensi solar pkl 18.30 -

21.30 ASW 110 Armada Merah 6.000

250 310 12.000

Summary 2.110 1.930 71.460

Sumber : Production Manager PT. Agri First Indonesia

Dalam penerapannya di lantai produksi, jadwal produksi yang telah disusun dapat berubah suatu waktu disebabkan oleh berbagai faktor dan menyebabkan target produksi tidak tercapai tepat waktu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap perbandingan jumlah produksi di lapangan pada mesin packing tidak sesuai dengan weekly production planning (WPP). Data perbandingan jumlah produk yang diproduksi dan rencana berdasarkan WPP pada periode 2-7 Februari 2015 ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Perbandingan Jumlah Produk dan Rencana WPP Periode 2-7 Februari 2015


(30)

Daily Mixing and Packing Report Jenis Produk Jumlah Produk (bag) Rencana WPP (bag) Akumulasi Kekurangan Produksi (bag) Akumulasi Kelebihan Produksi (bag) Senin, 2 Februari 2015

AFI Hitam Reg 1.794 3.000 -1.206 Armada Merah FB 1.990 5.000 -3.010 AFI Kuning Reg 99 1.000 -901

AFI Biru NDL 863 630 233

Jumlah 4.746 9.630 -5.117 233

Selasa, 3 Februari 2015

Armada Merah FB 827 1.000 -3.183 AFI Hitam Reg 953 0 -253 AFI Kuning MS 1.534 1.800 -266 Armada Orange GM 28 882 3.000 -2.118

Armada Orange NDL 2.508 2.000 508

Jumlah 6.704 7.800 -5.820 508

Rabu, 4 Februari 2015

AFI Kuning MS 2.079 1.800 13 Armada Merah FB 3.238 6.000 -5.951

AFI Kuning Reg 1.301 0 400

AFI Biru NDL 470 0 703

AFI Hitam Reg 1.626 3.000 -1.374

Jumlah 8.714 10.800 -7.325 1.116

Kamis, 5 Februari 2015

AFI Hitam Reg 1.613 3.000 -2.761

AFI Kuning MS 2.164 1.800 377 AFI Merah NDL 1.315 2.000 -685

Armada Orange GM 28 1.751 0 -367 Armada Merah FB 2.461 3.000 -6.490

Jumlah 9.304 9.800 -10.303 377

Jumat,6 Februari 2015

AFI Kuning MS 1.724 1.800 301 Armada Merah FB 4.884 4.000 -5.606

Armada Orange Reg 2.012 0 2.012 Armada Biru 1.501 4.300 -2.799


(31)

Tabel 1.2. Perbandingan Jumlah Produk dan Rencana WPP Periode 2-7 Februari 2015 (Lanjutan)

Daily Mixing and Packing Report

Jenis Produk

Jumlah Produk (bag)

Rencana WPP (bag)

Akumulasi Kekurangan

Produksi (bag)

Akumulasi Kelebihan

Produksi (bag) Sabtu, 7 Februari 2015

AFI Kuning MS 936 1.800 -487 Armada Biru 1.486 0 -1.313

Armada Orange NDL 338 0 846

AFI Cokelat 505 0 505

Armada Merah FB 358 9.000 -14.248

Jumlah 3.623 10.800 -16.048 1.351

Sumber : Daily Packing and Report Departemen Produksi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, faktor yang menyebabkan produk tidak dapat diselesaikan tepat waktu adalah delay pada mesin packing (single spot dan carousell). Delay disebabkan beberapa faktor yaitu gangguan listrik, menunggu proses sebelumnya, persiapan (set up), kerusakan mesin, dan kebutuhan pribadi. Faktor menunggu proses sebelumnya adalah faktor yang terkait dengan ketidaksesuaian pengalokasian kapasitas yang dibutuhkan dengan kapasitas yang tersedia dan berkaitan dengan jadwal yang belum optimal. Kegiatan-kegiatan seperti menunggu proses blending, menunggu transfer produk ke mesin, waiting process, empty flour, menunggu forklift, menunggu karung, pengemasan ulang (repack) produk yang sudah ada adalah kegiatan yang mengindikasikan adanya gangguan pada penjadwalan.

Salah satu metode yang dapat dipakai untuk menghindari keterlambatan penyelesaian produk dan membuat rancangan jadwal yang optimal adalah metode algoritma genetika. Algoritma genetika adalah salah satu metode pendekatan


(32)

metaheuristik yaitu pendekatan untuk menjelajah ruang pencarian secara efisien untuk menemukan solusi optimal. Algoritma genetika didasarkan pada mekanisme seleksi alam dan genetika alami untuk mencari solusi optimum yang dilakukan dengan mempertimbangkan banyak titik yang muncul secara simultan untuk memperoleh suatu fungsi tujuan atau nilai fitness yang digunakan.

Algoritma genetika dipilih sebagai metode untuk menghasilkan rancangan jadwal yang efisien dikarenakan karakteristik proses produksi tepung terigu yang memiliki banyak sekali variasi produk dan banyaknya urutan job yang mungkin dari 9 jenis produk sehingga membutuhkan proses penjadwalan yang kompleks. Dengan algoritma genetika, dapat dipilih solusi urutan job terbaik (fitness tertinggi) dari sejumlah solusi yang diberikan. Pada beberapa penelitian terakhir penjadwalan, metode metaheuristik termasuk algoritma genetika telah menjadi metode yang paling populer.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil optimal terhadap permasalahan minimisasi makespan pada kasus penjadwalan flow shop seperti yang telah dilakukan oleh Dian Setiya Widodo1

1

Dian Setiya Widodo, Pendekatan Algoritma Cross Entropy-Genetic Algorithm Untuk Menurunkan Makespan Pada Penjadwalan Flow Shop, 2014

yang menggunakan metode Cross Entropy-Genetic Algorithm (CEGA) untuk mendapatkan nilai makespan yang optimal di perusahaan pembuatan komponen mesin. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan algoritma CEGA memberikan makespan 12,18% lebih singkat disbanding metode yang diterapkan oleh perusahaan.


(33)

Penjadwalan job shop dilakukan juga oleh Rui Zhang2 menggunakan metode Algoritma Genetika untuk meminimisasi total tardiness pada mesin yang mengalami bottleneck. Penelitian lain dilakukan oleh James C. Chen3

1.2. Perumusan Masalah

dengan mengembangkan algoritma penjadwalan pada kondisi flow shop yang memiliki mesin paralel di industri senjata. Performansi penjadwalan diukur berdasarkan tingginya pinalti dari late delivery pada pemesanan militer dan biaya produksi yang tinggi, total tardiness, total idle time mesin dan makespan.

Pada penelitian ini akan digunakan metode Algoritma Genetika pada penjadwalan flowshop di PT. Agri First Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan jadwal yang optimal. Rancangan jadwal yang dihasilkan berupa urutan-urutan pengerjaan job yang dapat dilakukan di perusahaan dengan nilai makespan yang optimal. Dengan mengoptimalkan nilai makespan diharapkan dapat meminimasi waktu proses sehingga meminimasi delay antar stasiun kerja dan meningkatkan efisiensi utilitas produksi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian di PT. Agri First Indonesia ini

2

Rui Zhang, Bottleneck Machine Identification Method Based on Constraint Transformation for Job Shop Scheduling with Genetic Algorithm, 2012

3

James C. Chen, Flexible Job Shop Scheduling with Parallel Machines using Genetic Algorithm and Grouping Genetic Algorithm, 2012


(34)

adalah kegagalan lantai produksi untuk menghasilkan produk jadi tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah disusun.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dicari jawabannya adalah:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan produk tidak dapat diselesaikan tepat waktu?

2. Apa saja metode yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk tepat waktu dan menghasilkan susunan jadwal produksi yang optimal?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan suatu rancangan sistem penjadwalan yang optimal untuk meningkatkan penyelesaian produk tepat waktu dan efektif untuk diimplementasikan oleh perusahaan.

Berdasarkan tujuan umum penelitian di atas yaitu rancangan sistem penjadwalan yang optimal, maka tujuan khusus dari proses penyusunan tugas akhir ini adalah: 1. Mendapatkan peramalan jumlah produk yang akan diproduksi dengan

memilih metode peramalan yang memiliki error terkecil.

2. Mendapatkan waktu standar operator packing dengan menggunakan metode stopwatch time study dengan memperhatikan rating factor dan allowance. 3. Mendapatkan nilai makespan berdasarkan metode aktual perusahaan dan


(35)

4. Mendapatkan rancangan pengurutan job yang efisien dari segi waktu yaitu urutan yang memiliki makespan terendah.

5. Mendapatkan perbandingan performansi antara metode penjadwalan Algoritma Genetika dengan metode aktual yang diterapkan perusahaan

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja, khususnya dalam mengevaluasi suatu sistem penjadwalan yang ada dan memberikan suatu rancangan penjadwalan dengan menggunakan prinsip-prinsip keilmuan Teknik Industri. Penelitian ini juga merupakan sebuah karya ilmiah yang telah memberikan pengalaman dan keterampilan berharga dalam pemecahan masalah penjadwalan produksi secara ilmiah.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam membuat suatu rancangan sistem penjadwalan baru yang dapat mengurangi keterlambatan penyelesaian produk.

3. Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri FT- USU.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan literatur ilmiah yang mendukung pada pengembangan imu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.


(36)

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada proses produksi tepung terigu dan produk yang diamati adalah AFI Hitam, AFI Cokelat, AFI Orange, AFI Merah, AFI Biru, AFI Kuning, Armada Biru, Armada Orange, dan Armada Merah.

2. Data penjualan yang digunakan untuk meramalkan permintaan adalah data periode 30 Mei 2014 – 1 Januari 2015 dalam satuan waktu mingguan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Kondisi mesin/ peralatan produksi selama pengamatan diasumsikan dalam kondisi stabil, tidak rusak, dan tidak terjadi gangguan listrik.

2. Material ditransfer secara langsung dari satu mesin ke mesin lain sehingga waktu pindah tidak diperhitungkan

3. Silo tepung (wheat silo) diasumsikan kosong atau tidak tersedia tepung pada penyimpanan sementara sehingga produk yang akan dijadwalkan mengalami proses produksi mulai dari awal.

1.5.Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan dimulai dengan penjelasan latar belakang permasalahan penelitian (background of research) dari penjadwalan produksi. Berdasarkan uraian latar belakang masalah ini maka dinyatakan sebuah perumusan masalah secara spesifik. Kemudian berdasarkan rumusan masalah ditegaskan tujuan dan


(37)

manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan sistematika penulisan laporan

Bab II Gambaran Umum Perusahaan menguraikan sejarah berdirinya PT. Agri First Indonesia Medan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan, sistem pengupahan, proses produksi, mesin dan peralatan, dan utilitas yang terdapat di perusahaan.

Bab III Landasan Teori digunakan sebagai pisau analisis masalah penelitian ini yang dibangun dengan menggunakan berbagai sumber yaitu teori yang ada dan hasil penelitian yang relevan. Teori yang terkait dengan penelitian ini adalah teori mengenai Penjadwalan berupa Terminologi Penjadwalan, Model Penjadwalan, dan Kriteria Penjadwalan untuk menjelaskan objek penelitian, Pengukuran Waktu (Time Study) terdiri atas pengukuran waktu jam henti, tingkat ketelitian dan keyakinan, pengujian keseragaman data, pengujian kecukupan data, rating factor dan allowance, dan perhitungan waktu standar, Algoritma Genetika, dan parameter performansi penjadwalan.

Bab IV Metodologi Penelitian menguraikan seluruh tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian dan diberikan secara sistematik dan rinci. Bagian ini meliputi persiapan yang terdiri atas penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, dan objek penelitian. Kemudian dilakukan identifikasi variabel-variabel penelitian dan sifat hubungan antar variabel tersebut serta definisi operasional variabel. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, kerangka konseptual penelitian disusun secara


(38)

skematik untuk menjelaskan hubungan antar variabel dan disusun rancangan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data berisi data dan pengolahan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan metode yang dipilih. Data yang diambil merupakan data yang diperlukan untuk meneliti penjadwalan dengan metode Algoritma Genetika seperti data permintaan produk, data komposisi produk, data conditioning time gandum, data kapasitas stasiun kerja tersedia, dan data waktu siklus operator packing (pengisian dan penjahitan). Data-data ini kemudian diolah dengan menggunakan metode yang tepat, seperti rancangan ramalan produk dihasilkan melalui peramalan dengan metode double eksponensial dua parameter dari Holt dan metode smoothing eksponensial linier satu parameter dari Brown. Waktu standar operator packing (pengisian dan penjahitan) ditentukan dengan menggunakan stopwatch time study. Flowtime pengerjaan setiap produk dihitung sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dan Gantt Chart digunakan untuk menentukan waktu penyelesaian setiap produk. Berdasarkan flowtime setiap produk, dilakukan penjadwalan produksi sesuai dengan metode aktual di perusahaan dan metode Algoritma Genetika sebagai metode usulan penelitian ini.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah menguraikan pertanyaan mendasar yang harus dijawab sesuai dengan perumusan masalah. Analisis masalah terkait dengan analisis faktor-faktor yang menimbulkan kegagalan penyelesaian produk tepat waktu. Setelah faktor-faktor ini teridentifikasi, dilakukan analisis pemecahan masalah yaitu analisis metode Algoritma Genetika untuk menentukan seberapa


(39)

efektif metode ini digunakan untuk penyelesaian masalah. Analisis ini berisi tentang perbandingan antara metode aktual yang digunakan oleh perusahaan dengan metode Algoritma Genetika. Alat ukur perbandingan kedua metode yang digunakan adalah parameter performansi efficiency index (EI) dan relative percentage deviation (RPD).

Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi butir-butir kesimpulan yang dinyatakan secara jelas yang sesuai dengan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dan hasil analisis yang dilakukan. Bagian ini juga memuat butir-butir saran atau rekomendasi yang berkenaan dengan hal-hal penting apabila hasil dan temuan penelitian ini diimplementasikan oleh perusahaan dan topik penelitian lanjutan yang perlu dilakukan di kemudian hari oleh pembaca.


(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan PT. Agri First Indonesia

PT. Agri First Indonesia adalah perusahaan manufaktur asal Singapura yang bergerak di bidang produksi bahan makanan tepung terigu. PT. Agri First Indonesia berdiri pada tahun 2010 berlokasi di di jalan Pulau Pinang V No. 9 Kawasan Industri Medan (KIM) II Sumatera Utara dan beroperasi secara komersial pada tahun 2012. Saat ini, PT. Agri First Indonesia telah mampu bersaing dengan perusahaan pesaing di bidang tepung terigu.

PT. Agri First Indonesia berkomitmen untuk memberikan kualitas yang terbaik sehingga konsumen tidak kecewa dan percaya pada produk- produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, PT. Agri First Indonesia menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang didukung oleh pembuat mesin tepung terigu terkemuka yaitu Buhler. PT. Agri First Indonesia juga sangat memperhatikan pengadaan bahan baku gandum. PT. Agri First Indonesia hanya mengimpor gandum dengan kualitas terjamin seperti gandum dari Amerika, Kanada, dan Australia. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan dan menjaga kualitas bahan baku yang akan dijadikan tepung terigu.

PT. Agri First Indonesia juga berkomitmen untuk selalu meningkatkan mutu dan keamanan makanan secara berkesinambungan dan terus menerus mengikuti perkembangan teknologi terkini serta memberi pelatihan- pelatihan kepada karyawan demi memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Hal ini


(41)

tertuang dalam visi perusahaan PT. Agri First Indonesia yaitu menjadi produsen tepung terigu dengan kualitas terbaik dan mitra terbaik bagi pengguna tepung terigu, serta turut berperan dalam peningkatan dan pembangunan gizi bangsa Indonesia. Untuk melaksanakan visi tersebut, PT. Agri First Indonesia memiliki beberapa misi yaitu:

1. Menjadi produsen tepung terigu dengan kualitas terbaik, halal dan turut membantu keamanan pangan yang terjamin.

2. Inovasi terus menerus untuk menciptakan produk yang sesuai dengan perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.

3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mengikuti perkembangan, perubahan dan inovasi tepung terigu di masa sekarang dan akan datang.

4. Membangun gizi bangsa Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk pangan yang berkualitas.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Agri First Indonesia bergerak di bidang produksi bahan makanan tepung terigu. Secara umum, PT Agri First Indonesia memproduksi tepung terigu dengan berbagai spesifikasi yaitu AFI Emas, AFI Hitam, AFI Cokelat, AFI Kuning, AFI Orange, AFI Biru, AFI Merah, Armada Biru, Armada Orange, Armada Merah, dan flour industry yaitu ayam kinantan. Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang beragam baik dari faktor kualitas maupun harga, maka perusahaan sering menerima pesanan khusus seperti Armada Orange Sari Murni, AFI Cokelat Ganda, Armada Orange GM28, AFI Kuning Rusindo, Armada Biru


(42)

Rusindo, dan lain-lain. Jenis aplikasi dan spesifikasi produk PT. Agri First Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Aplikasi dan Spesifikasi Produk PT. Agri First Indonesia

Nama

Produk Aplikasi

Spesifikasi Moisture (%) Protein (db) % Ash (14 mb) % Wet gluten (db) %

AFI Emas Pembuatan roti max 13,8 min 14,50 max 0,40 min 35% AFI Hitam Pembuatan roti dan

mie max 14,0 min 14,0 max 0,57 min 34 AFI Cokelat Pembuatan roti max 14,0 min 13,50 max 0,57 min 32 AFI Biru Pembuatan roti

manis, kue tar, kue kukus dan bolu, mie, dan donat

max 14,0 min 11,5 max 0,60 min 28 AFI Kuning Pembuatan mie max 14,0 min 13,0 max 0,55 min 31 AFI Merah Pembuatan roti

manis, biskuit, mie, pelapis gorengan, dan bahan makanan ringan

max 14,0 min 11,0 max 0,60 min 26

AFI Orange Aneka kue dan mie max 14,0 min 14,0 max 0,55 min 34 Armada

Merah

Gorengan

max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24 Armada

Orange

Gorengan

max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24 Armada

Biru

Gorengan

max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24 Ayam

Kinantan

Pakan ternak dan

udang max 14,0 min 11,0 max 1,0 min 25 Sumber : PT. Agri First Indonesia

PT. Agri First juga menghasilkan produk sampingan yang berasal sisa pengolahan gandum yang tidak dapat diolah menjadi tepung terigu yaitu Bran dan Pollard. Bran dan Pollard dijual ke industri pengolahan makanan ternak sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak yaitu kepada PT. Charoen Pokpand dan PT. Central Protein Prima.


(43)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Agri First Indonesia berlokasi di Jalan Pulau Pinang V No. 9 Kawasan Industri Medan (KIM) II, Saentis Percut Sei Tuan, Deli Serdang- 20371, Sumatera Utara.

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Agri First Indonesia memasarkan produk tepung terigu ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Untuk memperlancar pendistribusian produk, PT. Agri First Indonesia memiliki beberapa distributor yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yaitu Sumatera Utara (meliputi Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Padang Sidempuan, dan Pematang Siantar), Batam, Pekanbaru, Baganbatu, Padang, Aceh, dan Jakarta. PT. Agri First Indonesia juga memasarkan produk ke beberapa negara seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Maladewa dan negara lainnya.

Selain distributor tersebut, konsumen produk tepung terigu dapat juga mengambil produk secara langsung ke pabrik PT. Agri First Indonesia di daerah Kawasan Industri Medan II.

Untuk produk sampingan yaitu Bran dan Pollard, PT. Agri First Indonesia memasarkan ke industri pengolahan makanan ternak yang berada di Kawasan Industri Medan seperti PT. Charoen Pokpand dan PT. Central Protein Prima.


(44)

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Bentuk organisasi di PT. Agri First Indonesia adalah bentuk organisasi fungsional dan staff (functional and staff organization). Berdasarkan struktur organisasi yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, wewenang dari top management yang terdiri atas president commissioner, commissioner, president director, director, dan general manager dilimpahkan ke bagian di bawahnya dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan kebutuhan organisasi. Manajer setiap departemen tersebut berhak memberikan perintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang tugasnya masing-masing.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa General Manager bertanggung jawab atas kegiatan operasional Departemen Produksi, Human Resource, Warehouse, Quality Control, Maintenance, dan Marketing. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut General Manager dapat melimpahkan wewenangnya kepada manajer di tiap departemen yaitu Departemen Produksi, Human Resource, Warehouse, Quality Control, Maintenance, dan Marketing dan berlangsung ke bawah sampai ke Head Section. Manajer produksi bertanggung jawab dalam bidang produksi baik kualitas dan kuantitas, namun untuk mencapai tujuan perusahaan manajer produksi juga tetap memerlukan bantuan pimpinan dari departemen lain seperti manajer marketing untuk mengetahui informasi penjualan produk, supervisor warehouse untuk mengetahui informasi persediaan produk, manajer quality control untuk mengetahui kualitas gandum dan produk, head (kepala) internal auditor untuk mengevaluasi kinerja lantai produksi, dan


(45)

hubungan lainnya dengan pimpinan di setiap departemen. Oleh karena itu setiap manajer/ supervisor/ head di suatu departemen harus mengadakan koordinasi dan hubungan timbal balik dengan pimpinan di departemen lain sepanjang menyangkut informasi perusahaan dan hubungan ini disebut dengan hubungan fungsional. Untuk menjalankan kegiatan perusahaan, melakukan sistem pengadaan gandum, dan pengambilan keputusan tertentu, Top Management dapat meminta saran dari Komite Wheat Procurement dan Risk Management dimana hubungan ini dinamakan hubungan staff. Struktur organisasi perusahaan ditunjukkan pada Gambar 2.1.


(46)

TOP MANAGEMENT President Commisioner TOP MANAGEMENT Commisioner TOP MANAGEMENT President Director TOP MANAGEMENT Director WHEAT PROCUREMENT Comitte RISK MANAGEMENT Comitte TOP MANAGEMENT General Management ISO M. Representative TOP MANAGEMENT Secretary PRODUCTION DEPT. Manager QC & RND DEPT.

Manager HR DEPT. Manager WAREHOUSE DEPT. Supervisor INTERNAL AUDITOR Head F & A DEPT.

Manager IT DEPT. Supervisor MAINTENANCE DEPT. Manager MARKETING DEPT. Manager PROCUREMENT Supervisor LOGISTIC Head


(47)

(48)

V-1

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian organisasi di PT. Agri First Indonesia ditunjukkan pada Lampiran 1.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di PT. Agri First Indonesia adalah 219 orang dengan pembagian sebagai berikut.

1. General Manager : 1 orang

2. Finance and AccountingDepartment : 8 orang 3. Human Resources Department : 13 orang

4. IT Department : 5 orang

5. Marketing Department : 35 orang

6. Procurement : 3 orang

7. Logistic : 6 orang

8. Personal Assistant : 5 orang

9. ISO : 2 orang

10. Internal auditor : 4 orang

11. Quality Control – Research and Development Department : 23 orang 12. Maintenance Department : 21 orang

13. ProductionDepartment : 64 orang 14. WarehouseDepartment : 29 orang

Jumlah jam kerja di PT. Agri First Indonesia mengacu pada Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 77 seperti dijelaskan berikut ini.


(49)

1. Hari kerja karyawan reguler yaitu karyawan selain Departemen Produksi adalah hari Senin sampai dengan Jumat dengan pembagian jam kerja sebagai berikut.

a. Jam 08.30 – 12.00 WIB : waktu kerja b. Jam 12.00 – 13.00 WIB : waktu istirahat c. Jam 13.00 – 17.00 WIB : waktu kerja

2. Hari kerja karyawan Departemen Produksi adalah Senin sampai dengan Sabtu dengan pembagian jam kerja 3 shift/ hari. Jumlah jam kerja hari Senin- Jumat adalah 8 jam/ shift dengan pembagian sebagai berikut:

a. Shift I : Pukul 07.00 – 15.00 WIB b. Shift II : Pukul 15.00 – 23.00 WIB c. Shift III : Pukul 23.00 – 07.00 WIB

Jumlah jam kerja hari Sabtu adalah 5 jam/ shift dengan pembagian sebagai berikut:

a. Shift I : Pukul 07.00 – 12.00 WIB b. Shift II : Pukul 12.00 – 17.00 WIB c. Shift III : Pukul 17.00 – 22.00 WIB

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Upah karyawan di PT. Agri First Indonesia ini terdiri dari: 1. Upah pokok

2. Tunjangan jabatan


(50)

Penetapan upah karyawan ditentukan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja dari karyawan yang bersangkutan, sedangkan pajak atas upah (Pajak Penghasilan) menjadi tanggungan pribadi karyawan.

Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan antara lain:

1. Jaminan kesehatan, kecelakaan, hari tua dan kematian dengan memberikan BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.

2. Sarana transportasi berupa bus antar jemput dan prasarana yaitu kantin dan rumah ibadah

3. Cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja per tahun

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan oleh PT. Agri First Indonesia dalam menghasilkan produk dibagi atas 3 jenis yaitu bahan baku, baku penolong, dan bahan tambahan. Jenis-jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, masuk dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Bahan baku yang digunakan PT. Agri First Indonesia dalam menghasilkan produk tepung terigu adalah:

a. Gandum

Bahan baku yang digunakan PT. Agri First Indonesia untuk menghasilkan tepung terigu adalah gandum (Triticum aestivum L.). Gandum yang


(51)

digunakan berasal dari berbagai negara penghasil gandum di dunia antara lain Australia, Canada, Amerika, Maldova, Rusia, Ukraina, India dan lain-lain. Jenis-jenis gandum yang digunakan di PT. Agri First Indonesia berdasarkan negara asal pengekspor dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis Gandum yang Digunakan di PT. Agri First Indonesia

Negara Jenis Gandum Nama Gandum

Australia Keras (Hard Wheat)

Australian Prime Hard (APH) Australian Hard (AH)

Medium Wheat Australian Premium White (APW) Soft Wheat Australian Soft Wheat(ASW) Amerika Soft Wheat Soft White Winter (SWW)

Canada Hard wheat Canada Western Red Spring (CWRS) Ukraina Medium Wheat Ukraina Medium Wheat (UMW) Maldova Medium Wheat Maldova Medium Wheat (MMW)

Rusia Medium Wheat Russian Medium Wheat (RMW)

Sumber : Departemen Produksi PT. Agri First Indonesia

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna meningkatkan mutu suatu produk atau suatu bahan yang dapat dilihat pada produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan yaitu:


(52)

a. Vitamin/ Mineral

Vitamin/ mineral ditambahkan sebagai sumber vitamin/ mineral tambahan pada tepung terigu yang dihasilkan. Vitamin/ mineral yang ditambahkan pada produk tepung terigu PT. Agri First Indonesia adalah fortitech dan premix. Fortitech yang ditambahkan pada tepung sekitar 150 – 160 ppm. Vitamin/ mineral mempunyai komposisi antara lain asam folat, vitamin B1, zat besi, dan seng.

b. Karung (Woven bag)

Karung digunakan sebagai tempat untuk mengemas produk tepung terigu sehingga siap untuk dipasarkan. Karung yang digunakan adalah karung plastik dengan kapasitas 25 kg dan 50 kg.

c. Benang

Benang digunakan untuk menjahit karung yang telah diisi tepung pada proses packing.

3. Bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu/ mempermudah proses produksi, tetapi tidak terlihat di produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah air. Air diperlukan pada saat dampening (penambahan air) dan pengkondisian gandum untuk meningkatkan kadar air sampai diperoleh kadar air gandum sesuai dengan standar proses.


(53)

2.6.2. Uraian Proses Produksi

Secara umum, proses produksi mulai dari gandum hingga menjadi tepung terigu terdiri atas beberapa tahap yaitu pre cleaning, intake, cleaning, milling, dan mixing and packing. Proses produksi di PT. Agri First Indonesia diuraikan sebagai berikut.

1. Penerimaan Bahan Baku/ Pre Cleaning

Gandum yang digunakan PT. Agri First Indonesia didatangkan dari negara-negara pengekspor gandum seperti Australia, Kanada, Rusia, Maldova, Amerika, dan Ukraina. Gandum didatangkan di dalam kontainer-kontainer. Frekuensi kedatangan gandum ke pabrik diatur oleh bagian manajemen. Bahan baku di kontainer masuk melalui pos penerimaan pabrik. Bahan baku di kontainer truk ditimbang untuk mengetahui kuantitas dan menyesuaikan data dengan bill of leading. Setelah gandum diterima, bagian Quality Control akan melakukan analisa kualitas gandum yang diterima apakah layak disimpan di Big Silo atau tidak. Proses pre cleaning ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Penimbangan Gandum

Penerimaan Gandum

Pengecekan Kualitas

Bill of Leading

Bagian QC


(54)

2. Intake

Setelah gandum dinyatakan layak untuk masuk ke silo, maka akan dilakukan proses pembongkaran (unloading) gandum dari kontainer atau disebut intake. Proses intake adalah proses memindahkan gandum dari kontainer ke wheat silo. Gandum yang diterima bervariasi tergantung negara penghasil gandum tersebut. Jenis gandum di PT. Agri First Indonesia adalah AHW AH12, RMW 11.5, UMW 11.5, APW, CWRS, APH, MMW, ASW, APW 10.5, NS2, SWW. Gandum yang telah diterima tidak boleh dicampur dengan gandum yang lain karena gandum memiliki perbedaan kandungan protein, harga, dan produk yang akan dihasilkan. Urutan intake di PT. Agri First Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.3.

3. Cleaning

Setelah gandum masuk ke raw wheat bin, maka akan dilakukan proses cleaning untuk membersihkan gandum dari impurities yang berukuran lebih kecil dari impurities di proses intake. Proses cleaning di PT. Agri First Indonesia dibagi atas 3 yaitu first cleaning, second dampening, dan second cleaning. Waktu yang dibutuhkan untuk proses cleaning tergantung dari jenis gandum. Secara umum ada 3 jenis gandum dan lama waktu pengkondisiannya yaitu:

a. Soft (SWW, ASW) : 8-16 jam

b. Medium (APW, RMW, MMW, UMW) : 16-24 jam c. Hard (CWRS 13.5, NS2, AH13, AH2) : 24-26 jam

Proses cleaning gandum yang berada di raw wheat bin ditunjukkan pada Gambar 2.4.


(55)

Unloading silo besar

Pembongkaran kontainer berisi gandum

Naik ke atas hidrolic dan diangkat menggunakan

tenaga palm oil

Gandum dijatuhkan ke big screening yaitu tempat penuangan gandum dan menyaring impurities awal

yang besar

Gandum dibawa dengan menggunakan chain conveyor

menuju hooper dan naik menggunakan bucket elevator untuk transmisi gandum ke silo

Gandum masuk ke drum sieve untuk membersihkan

batang gandumyang lebih besar, kulit, sampah

Gandum turun menggunakan bucket elevator dan masuk ke magnet separator untuk memisahkan gandum dari

magnet

Gandum dibawa naik menggunakan bucket elevator untuk masuk ke

silo

Gandum dibawa menggunakan chain conveyor bertipe double

sleeve

Masuk ke big silo

Unloading raw wheat bin

Gandum naik menggunakan bucket elevator dan melalui black box untuk memisahkan silo yang masuk ke raw

wheat bin

Gandum dibawa ke vibro separator untuk memisahkan benda yang memiliki diameter lebih besar (10-12 mm) dan lebih kecil (3 mm)

dari gandum

Masuk ke raw wheat bin Gandum dibawa dengan

menggunakan chain conveyor dan bucket elevator

Gandum dibawa ke vibro separator untuk memisahkan benda yang memiliki diameter lebih

besar (10-12 mm) dan lebih kecil (3 mm) dari gandum

Gandum dibawa menggunakan chain conveyor

Gandum masuk ke raw wheat bin

Pemisahan gandum yang kering, basah, dan bergumpal yang dilakukan

secara manual oleh tim intake


(56)

Gandum berada di raw wheat bin

Gandum ditransfer dengan menggunakan chain conveyor dan

bucket elevator

Gandum ditimbang dengan menggunakan scale

Gandum masuk ke combi cleaner untuk membersihkan gandum dari impurities seperti

batu, jagung, plastik, batang ganduml

Gandum masuk ke Monocromatic Optical Sorting Machine Sortex yaitu mesin untuk memisahkan gandum berdasarkan warna dengan infra red sehingga material lain yang sama bentuk dengan gandum tetapi berbeda warna bisa dibuang

Gandum masuk ke scourer yaitu mesin untuk membersihkan gandum dari kulit kulit

gandum yang kotor dan menghisap debu

Gandum masuk ke mesin MYFC dan dilakukan pengukuran tingkat mouisture/ kandungan air

gandum dan dilakukan analisa kualitas

First cleaning

Gandum masuk ke tempering bin (T301-T304) dan dilakukan conditioning selama 70% dari

total conditioning time

Gandum masuk ke bin T305 dan T306 dan dilakukan proses conditioning II selama 30% dari total

conditioning time

Second Dampening

Gandum ditimbang dengan menggunakan automatic flow

balancer

Gandum masuk ke mesin scourer untuk mematikan kutu dan menghaluskan gandum

sehingga tidak ada serat Gandum masuk ke mesin magnet apparatus untuk penangkapan logam

yang ada pada gandum

Dilakukan penambahan air I dengan menggunakan

dampener turbonizer dimana jumlah air yang ditambahkan sebesar 70% dari jumlah total air

Gandum ditimbang dengan automatic flow balancer dan dilakukan analisa kualitas second

dampening

Dilakukan penambahan air II dengan menggunakan

dampener dimana jumlah air yang ditambahkan sebesar 30% dari jumlah total air

Gandum melewati aspiration channel untuk menghisap debu dan kulit gandum yang ringan

Gandum masuk ke tempat penyimpanan (B1) sebelum digiling dan dilakukan analisa kualitas B1

Ya

Mouisture gandum tercapai?

Tidak Gandum mengalami proses second cleaning dan dilakukan penambahan air

Gandum masuk ke tempat penyimpanan (B1) sebelum digiling dan dilakukan analisa kualitas B1


(57)

4. Milling

Prinsip utama dari proses milling adalah memisahkan endosperm dari bran dan germ dan mereduksi endosperm tersebut menjadi tepung yang sekecil mungkim (100 - 125 mikron) dengan nilai ekstraksi yang tinggi dan kadar abu yang rendah atau kualitas tepung sesuai dengan spesifikasi produk. Kualitas dan kuantitas dari tepung yang dihasilkan harus berjalan selaras untuk mendapatkan mill performance yang baik. Jumlah hasil ekstraksi yang diharapkan sekitar 75-76% sedangkan sisanya adalah produk sampingan berupa bran dan pollard. Secara umum struktur gandum ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Sumber : www.google.com

Gambar 2.5 Struktur Gandum

Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari total keseluruhan gandum. Bran memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta memiliki kandungan protein dan kadar serat tinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar. Endosperm merupakan bagian yang terbesar dari biji


(58)

gandum (80-83%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses penggilingan, bagian inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu. Lembaga (germ) terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%.

Tahapan proses milling terdiri atas proses pencacahan gandum (breaking process), proses pengayakan (sifting process), dan proses reduksi (reduction process).

a. Breaking Process

Breaking process adalah proses membuka atau memecah gandum dan memisahkannya dari bran untuk melepaskan endosperm dalam bentuk middling dan semolina. Semolina adalah partikel – partikel endosperm yang masih besar dan kasar, sedangkan middling adalah partikel – partikel endosperm yang sudah agak halus. Ukuran partikel penggilingan gandum ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Ukuran Partikel Gandum

Nama Ukuran (mikron)

Coarse semolina 1180 - 1120 Fine semolina 1120 - 800 Coarse middling 800 - 600 Fine middling 600 - 212

Flour 125 - 100

Sumber : Departemen Produksi PT. Agri First Indonesia

Proses milling PT. Agri First Indonesia menggunakan 5 tingkat breaking dengan menggunakan break roll mill yaitu B1, B2, dan B3, B4, dan B5.


(1)

Tabel 16 Kromosom Hasil Crossover Generasi III (Lanjutan)

Kromosom

Urutan

Makespan (Jam)

Fitness

I30"

IBEACHGFD

227,01

0,00441

I31"

BECADGIHF

228,22

0,00438

I32"

BGEICHDAF

251,66

0,00397

I34"

DIEAFGHCB

186,44

0,00536

I35"

FIEACHBGD

186,08

0,00537

I36"

FIEACHGDB

186,08

0,00537

I38"

IEAHGBFCD

185,53

0,00539

I42"

EIBAHGDFC

227,01

0,00441

I47"

IADFHBEGC

184,64

0,00542

I49"

IAFHDEGCB

184,64

0,00542

I52"

IBEACHGFD

227,01

0,00441

I55"

HAEIDFGCB

184,64

0,00542

I56"

AIDBHCFGE

200,51

0,00499

I57"

AIBDEFCGH

188,55

0,0053

I61"

AICBFGDEH

192,80

0,00519

I62"

BFGICADEH

228,29

0,00438

I64"

FHAGECDIB

185,19

0,0054

I66"

GFHEIABDC

206,29

0,00485

I74"

FHAGDECIB

185,19

0,0054

I75"

HDACIFBGE

271,35

0,00369

I77"

GACIFGHED

184,32

0,00543

I79"

GFEAHBDIC

186,29

0,00537

Sumber : Pengolahan Data

3. Mutasi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam prosess mutasi adalah sebagai berikut:

a. Hitung jumlah bit yang ada pada populasi, yaitu popsize X L = 80 X 9 =

720, dimana L merupakan jumlah urutan job.

b. Bangkitkan bilangan acak antara [0 1] sebanyak 720 bilangan acak.

Bilangan-bilangan acak tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.


(2)

c. Pilih bilangan acak yang nilainya di bawah peluang mutasi (p

m

) = 0,01.

Kromosom-kromosom yang bitnya memiliki bilangan acak lebih kecil dari

nilai p

m

akan mengalami mutasi. Dan sebaliknya kromosom-kromosom

yang bitnya memiliki bilangan acak lebih besar dari nilai p

m

tidak akan

mengalami mutasi. Kromosom dan posisinya yang terkena mutasi dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 17 Bilangan Acak untuk Mutasi Generasi III

Kromosom

ke

Bit

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0,43484 0,00818 0,47087 0,46046 0,82615 0,40803 0,78534 0,23858 0,92985 2 0,91463 0,00259 0,94016 0,19387 0,67682 0,03476 0,02698 0,2071 0,6454 3 0,78105 0,37741 0,70016 0,68981 0,24089 0,23737 0,33323 0,43187 0,93878 4 0,22299 0,94999 0,27474 0,55323 0,3264 0,51159 0,68102 0,26476 0,01624 5 0,42628 0,12391 0,13699 0,39996 0,61275 0,57831 0,4105 0,50426 0,82752 6 0,71834 0,36568 0,5073 0,02632 0,46927 0,82093 0,36147 0,53494 0,04533 7 0,49843 0,78226 0,00102 0,39485 0,35231 0,90158 0,34026 0,07682 0,75351 8 0,49997 0,61274 0,08165 0,58384 0,4881 0,70844 0,61421 0,8619 0,90444 9 0,17851 0,82136 0,81623 0,99057 0,86694 0,59501 0,99006 0,92072 0,09596 10 0,5542 0,01647 0,26293 0,42282 0,13825 0,22882 0,01321 0,75956 0,74901 11 0,96499 0,47602 0,22203 0,24757 0,62159 0,25269 0,47185 0,92379 0,9283 12 0,17144 0,06601 0,2326 0,7236 0,52721 0,66389 0,26641 0,41821 0,24898 13 0,70437 0,92128 0,14919 0,09407 0,58567 0,56169 0,99565 0,9245 0,43936 14 0,8426 0,92858 0,54241 0,05232 0,68518 0,46183 0,33739 0,82287 0,64607 15 0,39752 0,88976 0,49537 0,34995 0,17715 0,58563 0,7132 0,30157 0,33093 16 0,39072 0,82026 0,40316 0,61686 0,478 0,75282 0,85606 0,82265 0,79574 17 0,54317 0,88849 0,86761 0,47988 0,24259 0,29094 0,14571 0,47233 0,45831 18 0,99361 0,21494 0,20746 0,45029 0,28521 0,59532 0,23468 0,97801 0,43389 19 0,50976 0,42659 0,78869 0,31917 0,53617 0,14497 0,53233 0,33558 0,10426 20 0,98535 0,92778 0,09365 0,95237 0,53401 0,16592 0,48539 0,65326 0,16544 21 0,64929 0,56487 0,33634 0,76603 0,65541 0,68987 0,84131 0,26188 0,60459 22 0,10759 0,02722 0,51218 0,35542 0,49061 0,76969 0,51586 0,29304 0,96904 23 0,06901 0,1259 0,73275 0,18993 0,39139 0,71826 0,85939 0,49088 0,41861 24 0,99285 0,55793 0,3241 0,00439 0,2675 0,83076 0,90404 0,90168 0,97692 25 0,25121 0,10738 0,39815 0,44093 0,0557 0,62221 0,36988 0,74282 0,89927 26 0,42974 0,82444 0,79043 0,24023 0,33033 0,39653 0,42562 0,29769 0,15481 27 0,11185 0,40505 0,42942 0,01856 0,74058 0,76749 0,85988 0,2294 0,25329 28 0,99313 0,49904 0,12027 0,48526 0,16019 0,71656 0,78722 0,91733 0,55441 29 0,59803 0,19299 0,37556 0,80238 0,36121 0,37204 0,8641 0,38968 0,63 30 0,52963 0,30349 0,12618 0,2167 0,21944 0,48579 0,25434 0,88551 0,95535 31 0,54418 0,92397 0,01545 0,76883 0,4827 0,68713 0,18869 0,00345 0,06781 32 0,44896 0,11566 0,95989 0,65862 0,14934 0,61465 0,31117 0,55525 0,09592


(3)

Tabel 17 Bilangan Acak untuk Mutasi Generasi III (Lanjutan)

Kromosom

ke

Bit

1 2 3 4 5 6 7 8 9

33 0,56847 0,13295 0,00129 0,12333 0,53864 0,33066 0,16314 0,04962 0,56363 34 0,98451 0,41887 0,75952 0,02981 0,9063 0,83257 0,16905 0,28271 0,66434 35 0,61502 0,98589 0,6125 0,55391 0,77864 0,07016 0,11523 0,56711 0,76051 36 0,86615 0,90662 0,66692 0,02078 0,40354 0,7298 0,07936 0,74584 0,37896 37 0,02936 0,4225 0,96121 0,71703 0,22761 0,54064 0,77137 0,2823 0,89942 38 0,9579 0,75498 0,77486 0,99623 0,72141 0,01457 0,3007 0,66485 0,46105 39 0,84898 0,4822 0,42657 0,23533 0,81074 0,81735 0,19124 0,05494 0,46139 40 0,78218 0,89218 0,61332 0,33764 0,99572 0,4929 0,55084 0,62887 0,37618 41 0,86324 0,0579 0,69038 0,56421 0,65523 0,98099 0,40424 0,42187 0,00152 42 0,99578 0,29566 0,15208 0,03141 0,82795 0,88523 0,19058 0,11918 0,31812 43 0,30974 0,13963 0,35207 0,02644 0,0425 0,35954 0,0177 0,79042 0,86668 44 0,98481 0,871 0,29782 0,73052 0,22679 0,55476 0,81063 0,84604 0,90754 45 0,21124 0,81407 0,27417 0,81697 0,44298 0,58723 0,19718 0,14489 0,63274 46 0,82806 0,65994 0,16126 0,95407 0,51088 0,47714 0,37402 0,80272 0,81961 47 0,92907 0,85862 0,66176 0,59005 0,54764 0,78839 0,98405 0,83091 0,93282 48 0,5789 0,84878 0,49212 0,26199 0,26631 0,45049 0,19392 0,90646 0,30615 49 0,76628 0,10635 0,48013 0,92722 0,82751 0,86157 0,54499 0,76565 0,9055 50 0,59825 0,74196 0,23033 0,36633 0,15278 0,22314 0,8868 0,01587 0,74923 51 0,36913 0,32165 0,13809 0,07858 0,2199 0,47418 0,30447 0,83808 0,15475 52 0,30062 0,16706 0,12521 0,89668 0,25103 0,80843 0,80523 0,03668 0,13876 53 0,67698 0,96653 0,32926 0,73638 0,47796 0,77125 0,7879 0,19523 0,17622 54 0,46127 0,18106 0,25498 0,58311 0,14154 0,66995 0,23176 0,67009 0,94525 55 0,02364 0,96296 0,05884 0,03063 0,54511 0,54356 0,31927 0,62803 0,19927 56 0,02446 0,81122 0,68944 0,52961 0,84211 0,71472 0,41839 0,97563 0,18577 57 0,98766 0,29877 0,87442 0,78074 0,23833 0,33064 0,5982 0,51634 0,34256 58 0,93777 0,41851 0,98052 0,02457 0,90408 0,4449 0,68899 0,85085 0,21389 59 0,00498 0,69387 0,71443 0,86102 0,06875 0,95279 0,68275 0,7472 0,44144 60 0,70703 0,86391 0,44839 0,57814 0,43975 0,22577 0,6423 0,56781 0,69395 61 0,29245 0,7911 0,74059 0,54699 0,499 0,48861 0,46194 0,77403 0,00751 62 0,05255 0,49948 0,34204 0,73908 0,89527 0,43028 0,26256 0,90542 0,3474 63 0,32518 0,98369 0,70331 0,27943 0,19483 0,29831 0,64148 0,98533 0,90389 64 0,42953 0,15728 0,51319 0,92696 0,83208 0,49827 0,05221 0,61263 0,95386 65 0,78945 0,1551 0,82939 0,01771 0,32079 0,17479 0,00828 0,47947 0,37597 66 0,31567 0,32797 0,07212 0,36843 0,24434 0,62217 0,81908 0,52275 0,9261 67 0,918 0,07696 0,83271 0,95562 0,84189 0,75945 0,36966 0,72922 0,17194 68 0,93585 0,82219 0,42393 0,11393 0,86207 0,14621 0,80736 0,68925 0,30124 69 0,83082 0,33626 0,76474 0,8655 0,35381 0,07705 0,6636 0,26848 0,49108 70 0,24685 0,39814 0,92345 0,20528 0,10458 0,10123 0,57044 0,18927 0,76422 71 0,55127 0,29683 0,49794 0,91919 0,49969 0,05118 0,37221 0,08159 0,63958 72 0,73202 0,75613 0,23829 0,47261 0,74709 0,48831 0,57111 0,00145 0,42294 73 0,27268 0,38524 0,96423 0,87867 0,84141 0,8951 0,07563 0,61403 0,43537 74 0,86585 0,67809 0,56272 0,26276 0,56514 0,26265 0,05395 0,15887 0,19362 75 0,48507 0,43245 0,96521 0,73666 0,38922 0,55792 0,62484 0,50822 0,53327 76 0,51546 0,33981 0,51457 0,91973 0,88461 0,10745 0,21952 0,98043 0,61137 77 0,36788 0,26599 0,74967 0,05334 0,09033 0,74456 0,1415 0,98571 0,85175


(4)

Tabel 17 Bilangan Acak untuk Mutasi Generasi III (Lanjutan)

Kromosom

ke

Bit

1 2 3 4 5 6 7 8 9

78 0,94046 0,71082 0,49585 0,30184 0,8933 0,77392 0,75714 0,38116 0,92356 79 0,87055 0,48967 0,53162 0,57158 0,95249 0,36403 0,58195 0,44055 0,45378 80 0,92039 0,51232 0,80654 0,07652 0,9601 0,29347 0,11435 0,20836 0,55487

Sumber : Pengolahan Data

Tabel 18 Kromosom dan Posisi yang Terkena Mutasi Generasi III

Kromosom

Job ke-

I1

2

I2

2

I7

3

I24

4

I31

8

I33

3

I41

9

I59

1

I61

9

I65

7

I72

8

Sumber : Pengolahan Data

Setelah dilakukan mutasi, diperoleh kromosom yang dapat dilihat pada Tabel

19. Kromosom hasil mutasi ditandai dengan tanda (*).


(5)

Tabel 19 Kromosom Hasil Mutasi Generasi III

Kromosom

Urutan

Makespan (Jam)

I1*

FGEADCBHI

186,29

I2*

BFHEGCDIA

257,18

I7*

FAGICHBED

185,09

I24*

AIBDHCFGE

205,33

I31*

BECADGFHI

228,22

I33*

EHCBGIADF

228,73

I41*

EHAGDFBIC

185,53

I59*

AHBDEFCGI

188,55

I61*

AICDFGBEH

209,31

I65*

GAEIBCDHF

192,22

I72*

HAIFBEDGC

186,37

Sumber : Pengolahan Data

Populasi akhir generasi ketiga akan terlihat seperti pada Tabel 20.

Tabel 20 Populasi Akhir Generasi Ketiga dan Populasi Awal Generasi

Keempat

Kromosom

Urutan

Makespan (Jam)

Nilai Fitness

I1*

FGEADCBHI

186,29

0,00537

I2*

BFHEGCDIA

257,18

0,00389

I3"

IGFACHDEB

185,50

0,00539

I4"

IDEACHBGF

186,44

0,00536

I5"

HCAGIFDEB

185,95

0,00538

I6'

AIEDFCGHB

184,54

0,00542

I7*

FAGICHBED

185,09

0,00540

I8'

AEHGIFBDC

189,6

0,00527

I9"

GIEABCDFH

185,84

0,00538

I10'

EDGFIHCAB

213,73

0,00468

I11"

GIHBDFCEA

230,19

0,00434

I12"

AIGECHDFB

184,54

0,00542

I13"

AIHFDEGBC

187,88

0,00532

I14"

IFEACHBDG

186,08

0,00537

I15"

FIEADGHCB

186,08

0,00537

I16"

IFAECHGBD

185,19

0,00540

I17'

GACEHBDIF

184,85

0,00541


(6)

Tabel 20 Populasi Akhir Generasi Ketiga dan Populasi Awal Generasi

Keempat (Lanjutan)

Kromosom

Urutan

Makespan (Jam)

Nilai Fitness

I19"

IFCAHBDEG

186,50

0,00536

I20"

GICEHBFDA

230,19

0,00434

I21"

AHGIEFBDC

188,77

0,00530

I22'

EGFBHCIAD

229,28

0,00436

I23'

BIEACHGFD

227,01

0,00441

I24*

AIBDHCFGE

205,33

0,00487

I25"

BFAGICDEH

226,57

0,00441

I26"

GHEIBCFAD

229,28

0,00436

I27'

EBAIGCDHF

226,91

0,00441

I28'

GACEHBDIF

184,85

0,00541

I29"

AEGIBCDFH

184,54

0,00542

I30"

IBEACHGFD

227,01

0,00441

I31*

BECADGFHI

228,22

0,00438

I32"

BGEICHDAF

251,66

0,00397

I33*

EHCBGIADF

228,73

0,00437

I34"

DIEAFGHCB

186,44

0,00536

I35"

FIEACHBGD

186,08

0,00537

I36"

FIEACHGDB

186,08

0,00537

I37'

AIEDFCGHB

184,54

0,00542

I38'

IEAHBGDFC

189,4

0,00528

I39'

IDECBGHAF

229,64

0,00435

I40'

FBCADGIHE

227,88

0,00439

I41*

EHAGDFBIC

185,53

0,00539

I42"

EIBAHGDFC

227,01

0,00441

I43'

GFEIBCDHA

223,35

0,00448

I44'

ABEIDFGHC

225,56

0,00443

I45'

HFIABEDGC

186,37

0,00537

I46'

IAHFDEGCB

184,64

0,00542

I47"

IADFHBEGC

184,64

0,00542

I48'

IAFDHBEGC

184,64

0,00542

I49"

IAFHDEGCB

184,64

0,00542

I50'

AIDBHCFGE

200,51

0,00499

I51'

GICAHBDEF

186,26

0,00537

I52"

IBEACHGFD

227,01

0,00441

I53'

HEGIBCFAD

229,28

0,00436

I54'

BECDFIHGA

257,18

0,00389