Faktor-faktor Penyebab Penjadwalan Tidak Efektif

Gambar 3.1. Diagram Aliran Informasi dalam Sistem Manufaktur

3.3. Penjadwalan

Flowshop Penjadwalan flowshop Baker, 1974 merupakan suatu pergerakan unit- unit yang terus menerus melalui suatu rangkaian stasiun-stasiun kerja yang disusun berdasarkan produk. Susunan suatu proses produksi jenis flow shop dapat diterapkan dengan tepat untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan diproduksi secara banyak volume produk, sehingga investasi dengan tujuan khusus special purpose yang dapat secepatnya kembali. Suatu masalah kritis dalam flowshop adalah pengelompokan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam stasiun kerja, sehingga dicapai suatu kondisi yang memenuhi pembatas-pembatas urutan dan terjadi keseimbangan pada tingkat Perencanaan produksi, Jadwal Induk Produksi Material Requirement Planning MRP, Perencanaan Kapasitas Capacity Planning Penjadwalan Scheduling dan Rescheduling Dispatching Manajemen Lantai Produksi Lantai Produksi Permintaan dan Peramalan Kebutuhan Material Status Kapasitas Kuantitas, due date Pembatas Penjadwalan Shop orders, Release date Pelaksanaan Jadwal Rincian Jadwal Jadwal Status Produksi Pengumpulan Data Job loading output produksi. Jika tingkat output bervariasi untuk masing-masing stasiun kerja, maka hal ini berarti bahwa lintasan produksi tersebut tidak seimbang. Ketidakseimbangan lintasan akan menghasilkan aliran yang tidak teratur dan rendahnya utilisasi kapasitas yang disebabkan turunnya kecepatan aliran pada stasiun-stasiun penyebab bottleneck. Susunan suatu proses produksi jenis flow shop dapat diterapkan untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan diproduksi secara banyak volume, sehingga investasi dengan tujuan khusus special purpose yang dapat secepatnya kembali. Masalah yang kritis pada flowshop adalah: 1. Pengelompokan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam stasiun kerja sehingga dicapai kesetimbangan pada tingkat output dan memnuhi pembatasan urutan. 2. Ketegangan yang diakibatkan susunan aliran lini terhadap pekerja. Pekerja akan bosan karena terbatasnya variasi kerja pada tiap stasiun dan panjang rentang pengendalian sepanjang lintasannya. 3. Prioritas order pada flowshop dipengaruhi terutama pada pengirimnya dibandingkan tanggal pemrosesan dengan syarat flowshop digunakan khusus untuk satu jenis produk. Pengambilan keputusan penjadwalan operasi harus didasarkan atas kriteria mana yang dipentingkan. Terdapat 5 kriteria dalam pengambilan keputusan penjadwalan pada perusahaan manufacturing, yaitu: 1. Mengacu pada minimisasi idle time 2. Minimisasi total waktu set up 3. Minimisasi work in process inventory 4. Maksimisasi utilitas mesin Penentuan jadwal yang memenuhi seluruh kriteria di atas sangat sulit. Untuk menyederhanakan masalah, digunakan suatu kriteria yang dapat mewakili dari beberapa kriteria di atas. Kriteria tersebut adalah minimisasi makespan, yaitu meminimumkan panjang waktu keseluruhan operasi dalam proses secara lengkap. Minimisasi makespan cenderung menghasilkan idle time yang pendek, persediaan barang setengah jadi rendah dan utilitas mesin tinggi.

3.4. Peramalan dengan Metode Pemulusan

Smoothing Eksponensial Dalam peramalan, nilai rata-rata digunakan sebagai penaksir estimator yang meminimumkan nilai tengah kesalahan kuadrat MSE dari nilai sebenarnya dikurangi dengan nilai taksirannya, dan nilai tengah adalah penaksir yang tak terbias. Jika nilai tengah tersebut dipakai sebagai alat peramalan, maka penggunaan yang optimal memerlukan suatu pengetahuan tentang kondisi yang menentukan kecocokannya. Untuk nilai rata-rata, kondisinya adalah bahwa data harus stasioner, yaitu data tersebut berada dalam kesetimbangan di sekitar nilai yang konstan dan varian di sekitar nilai tengah tersebut tetap konstan selama waktu tertentu. 7 Metode pemulusan smoothing eksponensial menunjukkan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai observasi yang lebih tua. Dalam 7 Spyros Makridakis, Metode dan Aplikasi Peramalan Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990, hlm. 79-96