Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

- Semua siswa dengan materi yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. - Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. - Siswa melaksanakan kuispenilaian untuk semua topik. b Jigsaw II Langkah pelaksanaan pembelajaran Jigsaw II menurut Trianto 2010: 75. 1. Orientasi Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari konsep, bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah. 2. Pengelompokan Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking siswa tidak perlu tahu, kita bagi dalam 25 rangking 1-5 kelompok sangat baik, 25 rangking 6-10 kelompok baik, 25 rangking 11-15 kelompok sedang, 25 rangking 16- 20 kelompok rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup A-E yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Tiap grup akan berisi Grup A {A1, A2, A3, A4} Grup B {B1, B2, B3, B4} Grup C {C1, C2, C3, C4} Grup D {D1, D2, D3, D4} 3. Pembentukan dan pembinaan kelompok Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina, berdasarkan indeksnya. Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1} Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2} Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3} Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4} Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topic yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini. 4. Diskusi pemaparan kelompok ahli dalam grup Peserta didik ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilakan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing- masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka. Aturan fase ini adalah: - Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. - Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep. - Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik - Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain. - Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan. 5. Tes penilaian Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yag memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan. 6. Pengakuan kelompok Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw II, karena dalam tipe Jigsaw II semua siswa mempelajari materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa bagian. Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapatkan gambaran materi secara keseluruhan sebelum siswa memfokuskan mempelajari bagian tertentu.

E. Aktivitas

Aktivitas berasal dari kata “aktif”, yang menurut KBBI 2000 diartikan sebagai giat dalam pembelajaran. Siswa harus berperan aktif sesuai dengan peranannya sebagai subjek pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif menerima semua yang diberikan oleh guru tetapi harus aktif mengkonstruksi pengetahuannya, serta berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut Sardiman 2001: 95, aktivitas diperlukan dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, dengan melakukan suatu kegiatan. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik itu sebabnya aktivitas merupakan hal penting dalam interaksi belajar- mengajar. Sardiman menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Listening activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato. 4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. 5. Drawing activities, contohnya menggambar, membuat grafik, peta, garis, dan diagram 6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, dan bermain. 7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenang, berani, dan gugup. Menurut Syaiful Bahri Djamarah 2008: 38, menyebutkan aktivitas-aktivitas dalam belajar, yakni: 1. Mendengarkan, 2. Memandang, 3. Meraba, 4. Manulis dan mencatat, 5. Membaca, 6. Membuat ikhtisar atau ringkasan, 7. Mengamati table, diagram, dan bagan, 8. Menyusun kertas kerja, 9. Mengingat, 10. Berpikir, 11. Latihan atau praktik. Dari beberapa penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan mebaca intensif dengan metode kooperatif jingsaw pada siswa kelas VII Madasah Tsanawiyah (MTs) Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012

0 3 100

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan di Kelas VIII MTs Miftahul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

1 0 16