4. Wiwit Methik
Tradisi wiwit disebut juga dengan upacara mboyong mbok Sri, yaitu perilaku untuk memuliakan mbok Sri atau Dewi Padi. Orang yang melaksanakan
upacara tersebut adalah penduduk pedesaan, khususnya yang melakukan pekerjaan sebagai petani. Mereka melakukan hal itu karena merupakan kelanjutan,
menyusul setelah panenan pertama methik Saksono, 2012:78.
5. Mitoni Tujuh bulanan
Dalam tradisi Jawa mitoni merupakan rangkaian upacara yang saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Upacara mitoni merupakan suatu
upacara yang dilakukan pada seorang perempuan yang sedang hamil dan
dilakukan pada saat usia kandungan menginjak usia tujuh bulan. Upacara ini
bertujuan agar bayi yang ada dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan. Upacara yang dilakukan
pada saat mitoni antara lain siraman, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain dari calon ayah ke calon ibu, ganti busana, memasukkan kelapa gading,
memutus lilitan lawe lilitan benang janur, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog Yana, 2012:50.
Berdasarkan lima macam tradisi Jawa yang peneliti temukan, peneliti hanya mengambil salah satu tradisi Jawa yang akan dibahas. Tradisi nglarung
adalah tradisi yang peneliti pilih dalam penelitian ini, sehingga peneliti menguraikan arti tradisi tersebut dengan lebih jelas sebagai berikut.
2.1.1.3 Tradisi Nglarung
Nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di Jawa. nglarung
berasal dari kata “larung” yaitu membuang sesuatu ke dalam air sungai
atau laut. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tradisi nglarung adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat Suyami,
2008:101. Berbeda pendapat yang dipaparkan oleh Sunjata 2013:75, tradisi nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang sampai sekarang masih
diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya khususnya di daerah Bantul. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura, yaitu
bulan pertama pada kalender Jawa. Dari beberapa pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan tradisi nglarung
adalah kegiatan budaya yang dilakukan masyarakat nelayan setiap satu tahun sekali pada bulan Sura, yaitu bulan pertama pada kalender Jawa dengan
menghanyutkan sesuatu sesaji ke dalam air sungai atau laut. Tujuan pelaksanaan tradisi nglarung menurut Sunjata 2013:117 adalah sebagai
ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, di samping bentuk
persembahan kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Kanjeng Ratu Kidul adalah tokoh mitos yang diyakini masyarakat nelayan sebagai Dewi penjaga
dan pelindung Laut Selatan, karena laut beserta isinya dan kondisi alamnya sangat melekat pada masyarakat nelayan. Peneliti menyimpulkan tujuan dari upacara
tradisi nglarung yaitu untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkanNya.
Di dalam tradisi nglarung saat pelaksanaan ritual sesaji juga terdapat beberapa fungsi sosial di antaranya adalah: a fungsi sebagai sarana kerukunan
hidup, b fungsi sebagai kegotongroyongan, c fungsi sebagai alat pengendali atau pengawas norma-norma masyarakat yang selalu dipatuhi oleh pendukungnya,