4.3.3.1 Proses Perlakuan
Observasi kelas dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 September 2016. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lingkungan kelas
sebelum diadakannya siswa. Dalam observasi peneliti mengamati bagaimana cara guru mengajar dan menyampaikan materi di dalam kelas.
Saat menyampaikan materi di dalam kelas guru terlihat menguasai materi dengan baik dan siswa juga memperhatikan dengan baik. Siswa cukup
tenang dan kondusif di dalam kelas meskipun ada satu anak yang sibuk sendiri dan mencari perhatian teman yang lain tetapi suasana kelas masih
tergolong cukup kondusif dan dapat dikendalikan. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah sehingga proses pembelajaran berpusat pada
guru. Dalam hal ini hanya terlihat beberapa siswa yang aktif dan mau melakukan tanya jawab dengan guru. Hal ini terkesan kurang efektif karena
tidak nampak aktifitas pembelajaran yang menuntut siswa untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Memang ada siswa yang terlibat aktif namun
hanya siswa-siswa tertentu saja tidak semuanya. Untuk mengetahui hasil belajar, guru memberikan soal latihan dengan menuliskannya di papan tulis.
Proses pembelajaran yang demikian terkesan monoton dan membosankan bagi siswa sehingga materi yang disampaikanpun juga tidak dapat diterima
secara maksimal oleh siswa. Setelah mengetahui kondisi kelas melalui observasi langkah selanjutnya
adalah melakukan wawancara dengan guru kelas. Wawancara dilakukan pada tanggal 3 September 2016. Peneliti melakukan tanya jawab kepada
guru kelas mengenai proses pembelajaran di dalam kelas. “
Pembelajaran ya seperti pada umumnya, saya menjelaskan mereka menyimak buku dan
mendengarkan, nanti juga saya mengajukan pertanyaan dan beberapa dari
mereka menjawab”, ungkap guru mitra wawancara dengan guru, 3 September 2016. Dari pernyataan yang diungkapkan oleh guru dapat
diketahui bahwa guru sudah terbiasa menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Dalam pelajaran menggunakan metdoe ceramah terkesan hanya
guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat tidak adanya kegiatan yang membuat
siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran sedang berlangsung tentu saja sering muncul
kendala. Untuk mengetahui apakah kendala yang ada khususnya dalam mata pelajaran PKn peneliti menanyakannya kepada guru kelas
“Kalau kesulitan
pasti ada, terutama mata pelajaran PKn ini tergolong ke dalam mata pelajaran yang memiliki banyak hafalan dengan demikian siswa cenderung
malas untuk membaca dan belajar. Jadi saya sering memberikan tugas untuk memancing keaktifan siswa
”, ungkap guru mitra wawancara dengan guru, 3 September 2016 Dari pernyataan yang diungkapkan oleh guru dapat
dilihat bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa adalah kesulitan dalam menghafalkan materi, sehingga siswa menjadi kuranhg tertarik dengan mata
pelajaran PKn dan cepat merasa bosan. Untuk memancing keaktifan siswa guru sering memberikan tugas kepada siswa. Pertanyaan selanjutnya
mengenai media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru “Paling
hanya cerita atau menonton film tetapi lebih dominan
cerita”. Dalam penggunaan media pembelajaran guru cenderung menggunakan cerita
dibanding menonton film. Tahapan selanjutnya adalah peneliti melakukan wawancara kepada 2
siswa tentang proses pembelajaran yang biasa di lakukan di kelas. Peneliti menanyakan apakah siswa senang dalam pelajaran PKn.
“Tidak, karena sulit dan banyak hafalanya”, ungkap salah satu siswa wawancara dengan
siswa, 3 September 2016. Semua siswa mengatakan tidak senang belajar PKn karena sulit dipahami. Selanjutnya peneliti menanyakan mengenai cara
guru mengajarkan PKn di dalam kelas. “Dengan ceramah, sampai aku
kesulitan memahami materi dan
ngantuk setiap pelajaran PKn” ungkapan siswa wawancara, 3 September 2016. Berdasarkan pernyataan dari guru
kelas dengan siswa memiliki kesamaan bahwa selama ini guru mengajar menggunakan metode ceramah. Dalam hal ini siswa lebih banyak
mendengarkan penjelasan guru dibaning mengungkapkan pendapat mereka. Guru lebih berperan aktif dalam pembelajaran bila dibandingkan dengan
siswa. Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti terhadap guru dan siswa, terdapat persamaan data yang diperoleh. Data tersebut memperlihatkan dimana guru lebih berperan aktif
dalam pembelajaran dibanding dengan siswa. Siswa lebih banyak diam dan mendengarkan penjelasan dari guru. Terlihat jelas bahwa tidak adanya
kegiatan yang mengaktifkan semua siswa dalam proses pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk menjawab permasalahan yang ada peneliti menjawab dengan penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dalam
pembelajaran peneliti berperan sebagai guru. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimanakah dampak yang akan ditimbulkan dari penerapan
model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR terhadap persepsi dan sikap siswa serta perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Selanjtnya langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan siswa pada tanggal 22 September, 29 September dan 6 Oktober ketika model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR digunakan dalam pembelajaran siswa terlihat tertarik dan senang dengan model pembelajaran
tersebut. Setelah guru selesai menjelaskan materi di depan kelas guru meminta siswa untuk bekerja di dalam kelompok. Guru meminta siswa
untuk membuat
mindmap
mengenai materi yang diberkan pada hari itu. Ketika tahu akan bekerja kelompok siswa merasa sangat senang dan sangat
antusias. Ketika mereka bekerja di dalam kelompok guru hanya bertugas sebagai vasilitator dan mengarahkan, sedangkan siswa berperan aktif dalam
mengerjakan tugas yang diebrikan oleh guru. Walaupun kelas sangat ramai dan siswa terlihat sangat sibuk dengan tugas kelompoknya tetapi guru masih
bisa mengendalikan kelas tersebut. Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok anak-anak memppresentasikan hasil kerjanya ke depan kelas,
bahkan pada pembelajaran terakhir menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR siswa mepresentasikan hasil kerja
mereka di lapangan sekolah jadi yang melihat tidak hanya guru saja tetapi juga seluruh warga sekolah.
Setelah rangkaian siswa selesai peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas untuk mengetahui tanggapan guru setelah menggunakan model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. “Anak
-anak lebih senang karena pembelajaran yang diberikan sangat menyenangkan, peneliti
yang juga berperan sebagai guru terlihat sangat menguasai materi sehingga juga dalam menyampaikan materi kepada siswa dapat
disampaikan dengan baik dan siswa juga menerima materinya bisa sangat
maksimal”, ungkapan guru mitra wawancara dengan guru, 07 Oktober 2016. Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh guru mitra, model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR membawa dampak positif bagi siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif PPR siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar karena mereka bisa berdisuksi dan bertukar pendapat dengan teman
kelompok. Peneliti juga bertanya mengenai pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR apakah membantu atau tidak. “
Sangat membantu Karena anak menjadi lebih mandiri dan lebih tau mengenai
materi yang disampaikan sehingga mereka menjadi lebih paham dan tidak
cepat bosan mendengarkan penyampaian materi secara ceramah.”, ungkapan guru mitra wawancara dengan guru, 07 Oktober 2016. Dengan
pernyataan yang diberikan oleh guru mitra tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR membantu guru
dalam pembelajaran karena guru tidak harus terlalu capek dalam berceramah dan menyampaikan materi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan wawancara dengan guru yaitu adalah melakukan wawancara denga 2 murid
yang sama dengan sebelum menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah
ketika mengerjakan kuesioner, pernyataan mana yang kamu anggap sulit? Mengapa?
“
Tidak ada, karena kalimatnya mudah dipahami
” Pertanyaan selanjutnya yang diungkapkan peneliti adakah peningkatan setelah
menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. “Senang bu, ayo belajar lagi. Aku sekarang ajdi suka Pkn karena tidak
susah ya aku jadi bisa diskusi denga teman-
teman bu”. Pertanyaan berikutnya yang diajukan oelh peneliti adalah untuk mengetahui apakah
siswa merasa bosan dengan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang diterapkan oleh peneliti.
“Tidak, sangat menyenangkan”.
Pertanyaan berikutnya yang diajukan apakah mdel pembelajaran PPR dapat membantu kamu dalam memahami materi ?
“
Ya, sangat membantu Bu
” Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan guru dan 2 siswa, membuktikan bahwa adanya persamaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR memiliki dampak positif
terhadap minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dapat melatih
siswa dalam bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan yang diamati dari tugas kelompok membuat
minmap
dan poster. Selain itu siswa juga merasa lebih mudah memahami materi ketika menggunakan model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR.
4.3.3.2 Hasil Perlakuan