2.1.3.5 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR
Menurut Subagya, 2010 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR harus meperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka
juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran
tertentu. Berikut
ini adalah
langkah-langkah proses
pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR :
a. Konteks
Pertama
, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas, guru, dan
juga siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya aturan melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan.
Kedua
, dalam tahap ini siswa diajak untuk mennghayati mengenai nilai-nilai yang dierjuangkan, terutama contoh yang diberikan oleh guru. Dengan
demikian siswa melihat, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayati lingkungannya
Ketiga
, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka
antara guru dengan siswa.
b. Pengalaman
Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan. solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam
kelompok kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab.
c. Refleksi
Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang
divergen agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya. Siswa juga dapat diajak untuk diam dan hening
sejenak untuk meresapi apa saja yang sudah dipelajari hari itu.
d. Aksi
Dalam tahap ini guu menfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil
refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadi yang menjadi pejuang bagi
nilai-nilai yang direfleksikannya.
e. Evaluasi
Setelah pembelajaran guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sisi akademik. Ini adalah wajar dan merupakan suatu keharusan karena
sekolah dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi komponen di bidang studi yang dipelajarinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa PPR memiliki 5 tahapan antara lain adalah konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan
evaluasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.3.6 Kelebihan PPR
Menurut Subagya 2008 kelebihan PPR adalah sebagai berikut : 1.
Murah meriah Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali
yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang
diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti
dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerja sama kelompok 2.
Segala Kurikulum PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi
Reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah
pendekatan baru pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.
3. Cepat Kelihatan Hasilnya
Kenyataanya sekolah yang sudah menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR sebagai model pembelajarannya membawa dampak yang
baik terhadap siswa-siswinya. Contohnya seperti : siswa-siswa akan terlihat akrab satu sama lain, mau solider dan saling membantu dalam
belajar, mau saling menghargai satu sama lain. Dengan begitu pengelompokan kelas menjadi mudah, kenakalan berkurang. Secara garis
besar dapat disimpulkan yaitu : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Dari segi integrasi
a. Pembelajaran berpola PPR murah karena tidak memerlukan
banyak biaya b.
Tidak terhambat adanya kurikulum baru jadi bisa menggunakan kurikulum apapun karena PPR bersifat
fleksibel
c. Mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani
2 Dari segi pengalaman
a. Tidak memerlukan banyak aturan
b. Penelitian yang otentik
3 Dari segi pendidikan kontekstual :
a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan
b. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diunggulkan
sekolah lain Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan
PPR antara lain sebagai berikut murah meriah, dapat digunakan dalam segala kurikulum dan cepat kelihatan hasilnya.
2.1.4 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan PKn 2.1.4.1 Pengertian
PKn adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa salah satunya adalah siswa di sekolah dasar agar siswa berpartisipasi aktif dalam
sekolah, masyarakat dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik. Menurut Aryani dan Susatim 2010: 116 PKn dimaknai
sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkarakter, yang setia kepada Bangsa Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikit dan bertindak sesusai amanat Pancasila dan UUD
1945. Menurut Kaelan 2007: 3 PKn adalah bahasan yang meliputi hubungan antar warga negara dan negara serta pendidikan pendahulu bela negara yang
semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta filosofi bangsa. Sedangkan menurut Syarbani 2014: 3 PKn memiliki tujuan untuk bisa memperluas
wawasan peserta didik memperoleh wawasan kebangsaan yang luas, sehingga mampu memahami dan menyikapi dinamikan persoalan kebangsaan yang terus
berkembang, serta menumbuhkan jiwa kemandirian dan memiliki rasa cinta pada tanah air.
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia diberikan dengan tujuan mempu menjadikan anak yang cerdas dan dapat memanfaatkan kecerdasan
yang dimilikinya untuk kemajuan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan siswa dididik untuk mampu
memahami, menganalisis, menjawab permaslahan dan tantngan-tangan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada cita-cita
dan tujuan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Untuk itu Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu diterapkan dengan berhasil karena
apabila Pendidikan Kewarganegaraan mampu diterapkan dengan berhasil dapat menghasilkan siswa yang cerdas dan bertanggung jawab pada diri mereka.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar siswa berpartisipasi
aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PKn
Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut :
a. Guru
Seorang guru dikatakan profesional apabila memiliki kemampuan- kemampuan tertentu. Guru adalah seseorang yang mempunyai kaitan erat
dengan siswa dan tindakannya di dalam kelas baik dari segi caranya berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umum.
b. Siswa