Mendirikan Serikat Islam Imam dan Bilal di Madrasah Babussalam

2.4.5 Mendirikan Serikat Islam

Dalam dunia pergerakan, Tuan Guru Syekh Abdul Wahab juga tidak sedikit memainkan peranan. Sekalipun tidak aktif memimpin sesuatu partai atau sesuatu gerakan nasional, secara langsung akan tetapi usaha usaha ke arah itu, amatlah giatnya. Pada tahun 1913 1332 H diutusnya suatu delegasi ke musyawarah Syarikat Islam di Jawa. Anggota delegasi terdiri dari putra-putranya. Pakih Tuah, Pakih Tambah, dan seorang tokoh bernama H. Idris Kelantan. Pakih Tuah dan Pakih Tambah langsung mengadakan pembicaraan dengan H.O.S. Cokroaminoto dan Raden Gunawan dan lain-lain pemimpin gerakan pada masa itu di Jakarta, Solo, dan Bandung. Delegasi diberi tugas untuk mengadakan hubungan dengan pemipin-pemimpin pergerakan nasional itu, supaya dibenarkan mendirikan cabang Serikat Islam di Babussalam. Pemimpin pusat Serikat Islam yang menjelma menjadi Partai Serikat Islam Indonesia, menyuruh mereka mengadakan hubungan terlebih dahulu dengan perwakilan PSH di Medan, yaitu M. Samin. Sekembalinya dari Jawa, maka diadakan pertemuan dengan M. Samin dan beberapa orang tokoh tokoh lainnya Grand Hotel Medan sekarang Hotel Garuda. Sebagai hasil dari pertemuan ini, dibenarkanlah berdirinya SI cabang Babussalam, di bawah pimpinan H. Idris Kelantan, dengan sekretaris Hasan Tonel. Anggota-anggota pengurus lainnya terdiri dari Pakih Tuah, Pakih Tambah, pakih Muhammad, H. Bakri, dan lain lain. Penyumpahan bai’ah dilakukan langsung oleh H. Idris Kelantan. Tuan Guru Syekh Abdul Wahab bertindak sebagai penasehat. Universitas Sumatera Utara

2.4.6 Imam dan Bilal di Madrasah Babussalam

Sejak pindah ke Babussalam pada tahu 1300 H, Tuan Guru telah membagi bagi tugas di antara anak-anak dan jamaahnya pada tahun pertama membangun kampung ini, Tuan Guru menunjuk wakilnya dalam pembangunan madrasah, rumah suluk dan menghadap Sultan Langkat kepada H. Abdullah Hakim. Pada masa itu putra putra Tuan Guru belum ada yang dewasa. Pada tahun 1313 H, yang menjadi Imam di kampung Babussalam adalah sebagai berikut: 1. H. M. Sa’id Kelantan, 2.H.M. Amin Kota Intan, 3. H. M. Zain Kubu. Menjadi Bilal: 1. Bilal Muhammad Nurdin Tembusai, 2. M. Arsyad Kampar, 3. Usman Tembusai. Pada tahun 1327 H, menjadi Imam: 1. H. Abdul Fattah, Menantu Tuan Guru, 2. H.M. Said, menantu Tuan Guru, 3. H. Harun, anak Tuan Guru, 4. Abdul Kahar, anak Tuan Guru, 5.Pakih Yazid, Anak Tuan Guru, 6. Hasan, menantu Tuan Guru,7. Pakih Muhammad, menantu Tuan Guru Adapun yang menjadi bilal 1327 H: 1. M. Nuh bin H. Ibrahim Serdang, 2. M. Saleh Kota Intan, 3. Ahmad Tembusai. Pada tahun 1340 H, menjadi bilal : 1, Abdul Rasyid Tembusai 2. Thalib Mandailing, 3. Ahmad bin Harun. Pada tahun 1315 H, H Yahya dipercayakan melakukan pekerjaan pekerjaan penting di Babussalam. Pada tahun 1322 H, H. Abdul Jabbar mewakili tuan Guru dalam segala urusan masyarakat. Pada tahun 1324 H. Abdul Jabbar ditetapkan menjadi kepala kampung. Pada tahun 1327 H, Tuan Guru menyatakan kepada anak-anaknya bahwa ia telah tua, hanya dapat beribadat saja lagi. Karena itu untuk membangun Universitas Sumatera Utara kampung Babussalam ini ditetapkan: 1. H. Abdul Jabbar menjadi kepala kampung. 2. H. Harun, H. Abdul Fattah dan H.M.Nur, mengajar Qur’an dan kitab kitab agama.

2.4.7 Mengajar Di Istana