Nazar Bar Qadam Ideologi

antara udara dihembus ke luar dan dihirup masuk. Terdapat empat ruang untuk diisi dengan zikrullah. Amalan ini disebut hosh dar dam yakni bezikir secara sadar dalam nafas. Zikir dalam pernafasan juga dikenali sebagai paas anfas di kalangan ahli Tarekat Chistiyah. sumber Wikipedia Tarekat ini dibina berasaskan nafas, maka adalah wajib bagi setiap orang untuk menjaga nafasnya pada waktu menghirup nafas dan menghembuskan nafas. Seterusnya menjaga nafasnya pada waktu di antara menghirup dan menghembuskan nafas.” Udara Masuk - Allah Allah Antara - Allah Allah Udara Keluar - Allah Allah Antara - Allah Allah. Perlu diketahui bahwa menjaga nafas dari kelalaian adalah amat sulit bagi seseorang salik. Oleh karena itu mereka hendaklah menjaganya dengan memohon istighfar yakni keampunan karena memohon istighfar akan menyucikan hatinya dan mensucikan nafasnya dan menyediakan dirinya untuk menyaksikan tajalli penzahiran manifestasi Allah Subhanahu Wa Ta’ala di mana pun berada.

2.7.5.6 Nazar Bar Qadam

Nazar berarti memandang, bar berarti pada, dan qadam pula berarti kaki. Seseorang salik itu ketika berjalan hendaklah senantiasa memandang ke arah kakinya dan jangan melebihkan pandangannya ke tempat lain dan ketika duduk hendaklah sentiasa memandang kedepan sambil merendahkan pandangan. Jangan menoleh ke kiri dan ke kanan karena akan menimbulkan fasad yang besar dalam dirinya dan akan menghalanginya mencapai maksud. Universitas Sumatera Utara Nazar bar qadam bermakna ketika seseorang salik itu sedang berjalan, dia hendaklah tetap memperhatikan langkah kakinya. Di manapun dia hendak meletakkan kakinya, matanya juga perlu memandang ke arah tersebut. Tidak diperbolehkan melemparkan pandangan ke sana sini, memandang kiri dan kanan ataupun di hadapannya karena pandangan yang tidak baik akan menghijabkan hatinya. Kebanyakan hijab-hijab di hati itu terjadi karena bayangan gambaran yang dipindahkan dari pandangan penglihatan mata ke otak. Ini akan mengganggu hati dan menimbulkan keinginan memenuhi berbagai kehendak hawa nafsu seperti yang telah tergambar di ruangan otak. Gambaran-gambaran ini merupakan hijab-hijab bagi hati dan menghalangi cahaya kehadiran Zat Allah Yang Maha Suci. Karena itulah para masyaikh melarang murid mereka yang telah menyucikan hati, melakukan zikir memandang ke tempat yang lain selain dari kaki mereka. Hati mereka ibarat cermin yang menerima dan memantulkan setiap gambaran dengan mudah. Ini akan mengganggu dan akan menyebabkan kekotoran hati. Maka itu, salik diarahkan agar merendahkan pandangan supaya mereka terhindar dari godaan syaitan. Merendahkan pandangan juga menjadi tanda kerendahan hati. Orang yang pongah dan sombong tidak memandang ke arah kaki mereka ketika berjalan. Ini merupakan tanda bagi seseorang yang mengikuti jejak Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang ketika berjalan tidak menoleh ke kiri dan ke kanan tetapi Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu Universitas Sumatera Utara ‘Alaihi Wasallam hanya melihat ke arah kakinya, bergerak dengan pantas menuju ke arah destinasinya. Pengertian batin yang dituntut dari prinsip ini ialah agar salik bergerak dengan cepat dan pantas dalam melakukan perjalanan suluk, sehingga apapun maqom yang terpandang olehnya maka dengan secepat mungkin kakinya juga segera sampai pada kedudukan maqom tersebut. ini juga menjadi tanda ketinggian derjat seseorang yang mana dia tidak memandang kepada sesuatu apapun selain Tuhannya. Seperti seseorang yang hendak bergegas menuju kepada tujuannya, begitulah seorang Salik yang menuju Kehadhrat Tuhan hendaklah lekas-lekas bergerak, dengan cepat dan pantas, tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak memandang kepada hawa nafsu duniawi sebaliknya hanya memandang ke arah mencapai Kehadiran Zat Tuhan Yang Suci. Nara sumber Khalifah Selamat tuan Selamat mengatakan bahwa “Pandangan mendahului langkah dan langkah menuruti pandangan. Mi’raj ke maqom yang tinggi didahului dengan pandangan Basirah kemudian diikuti dengan langkah. Apabila langkah telah mencapai Mi’raj tempat yang dipandang, maka kemudian pandangan akan diangkat ke suatu maqom yang lain dimana langkah perlu menurutinya. Kemudian pandangan akan diangkat ke tempat yang lebih tinggi dan langkah akan menurutinya. Begitulah seterusnya sehingga pandangan mencapai maqom kesempurnaan dimana langkahnya akan diberhentikan. Apabila langkah menuruti pandangan, murid telah mencapai maqom kesediaan untuk mengikuti jejak langkah Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jejak langkah Nabi Muhammad Universitas Sumatera Utara Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah merupakan sumber asal bagi segala langkah.” Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata, “Jika kita memandang kesalahan sahabat-sahabat, kita akan ditinggalkan tanpa sahabat karena tiada seorangpun yang sempurna.” sumber Wikipedia

2.7.5.7 Safar Dar Watan