Berkat Muhammad Babassamaasi Hampirkan kepada kami ‘Ars dan kursi
Sampai terbezakan antara api dan besi Sampai tahu kami kulit dan isi…
Tujuan dari bait diatas terlihat dalam kalimat “sampai hilang daya dan
upaya.” Melalui syair munajat ini dapat dilihat faham jabariyah Tarekat Naqsyabandiah yang ingin meniadakan diri sehingga yang ada dan yang nyata
hanyalah Allah semata la haula walakuata illa billa.
.
3.3.6 Ekspresi Emosi
Fungsi komunikasi dalam munajat Tuan Guru Babussalam adalah sebagai sarana ekspresi emosi. Bagaimana keadaan ekspresi emosi dalam bidang musik,
Merriam menjelaskan sebagai berikut. An important function of music, then, is the opportunity it gives
for variety of emotional expression—the release of otherwise unexpres-sible thoughts and ideaas, the correlation of a idea variety of
emotional music, of the opportunity to “let off steam” and perhaps to resolve social conflict, the explosion of creativity itself, and the group
of expression of hostilities. It is quite possible that a much widear variety of emotional expressions could be cited, but the examples
given here indicate clearly the importance of this function of music Merriam, 1964:222-223.
Mengikut Merriam, salah satu fungsi musik yang penting, adalah ketika musik itu menyediakan atau memberikan berbagai variasi ekspresi emosi. Hal
yang tidak boleh diekspresikan dalam pikiran dan idea, hubungan dari berbagai- bagai variasi emosi dalam musik.
Universitas Sumatera Utara
Secara psikologis, ritme dan tempo dalam lagu dapat memenuhi jiwa pendengarnya. Ibn Zailah w.4401048, seorang murid Ibnu Sina, mengatakan
bahwa suara yang diatur melalui ritme tertentu memiliki dua pengaruh. Pertama, dari segi komposisi khas yang dimilikinya yaitu isi fisiknya dan kedua, dari segi
lagu muatan spiritualnya yang menyamai jiwa. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ketika suara itu diracik dengan komposisi yang harmonis dan saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan mengobarkan jiwa manusia. Akibatnya , perasaan jiwa manusia itu menjadi terikat dengan lagu.
Ketika terjadi perubahan pada lagu, kondisi jiwa pendengarnya juga mengalami perubahan secara bersamaan.
Dalam fungsinya sebagai ekspresi emosi munajat dapat dilihat dari dua aspek. Yang pertama emosi munajat dapat dilihat dari segi melodi dalam
menyanyikan menyenandungkannya dan yang kedua munajat yang dilihat dari aspek lirik syairnya. Dari segi melodi menurut fakhr al-Din al-Razi terjadinya
hubungan yang simbiotik mutualistis antara musik dan kondisi jiwa meskipun kondisi pendengar tetap lebih dominan dalam memberikan pengaruh. Dan hal ini,
menurut Ikhwan al-Shafa, tergantung pada dua hal : tingkat intensitas jiwa dalam menguasai ilmu pengetahuan Tuhan dan intensitas kerinduan terhadapnya
t.t:240. Semakin lengkap pengetahuan seorang sufi dalam mengenal Allah dan kerinduannya terhadap Allah, semakin besar pengaruh musik dalam jiwanya
karena setiap jiwa akan merasakan kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang diperoleh dari mendengarkan lagu lagu yang menggambarkan dan
mengagungkan sang kekasih al-Shafa, t.t:240.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari ‘Abd Allah bin Mas’ud’, nabi Muhammad bersabda kepadanya, ‘Bacakanlah Alquran kepadaku’ aku
menjawab,’ Wahai utusan Allah, aku membacakan Alquran untukmu, sedangkan ia itu diturunkan kepadamu ?’ Nabi menjawab, ‘ya’ Maka, aku
membacakan surat an-Nissa’ dan ketika aku membaca ayat 41: Nabi bersabda :
‘Cukup.’ Maka aku pun menengok kepadanya, dan di kala itu kedua matanya berlinang air mata.
Menangis dikala mendengarkan Al quran, menurut penulis, merupakan simbol dari tingkatan spiritualias seorang hamba. Tangisan tersebut bukanlah
ekspresi dari rasa sedih, kecewa, atau penyesalan, melainkan sebagai luapan rasa rindu yang menderu terhadap Sang
Khalik. Demikian pula halnya didalam pembacaan senandung munajat seorang pendengar maupun yang
menyenandungkan munajat dapat menitikkan air mata apabila telah sampai kepada tingkatan spiritualitas keilmuan dan telah mampu menguak tabir jiwa
dalam ujud wajd yaitu perasaan yang ditimbulkan oleh rasa cinta yang sungguh
sungguh kepada Allah dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya. Yang kedua apabila ditinjau dari aspek lirik dan syairnya, syair munajat
efektif untuk membangkitkan wajd ekstasi. Wajd ekstasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu yang batil dan yang benar. Di antara keduanya terdapat beberapa persamaan dan perbedaan yanng sangat prinsipil. Keduanya sama sama
menghasilkan gerakan lahir, sama sama mempengaruhi batin, dan sama sama dapat mengubah kondisi mental seseorang. Adapun perbedaannya, pertama,
ekstasi wajd yang batil muncul dari dorongan hawa nafsu, sedangkan ekstasi
Universitas Sumatera Utara
yang haq muncul dari keinginan hati. Ekstasi jenis pertama ada pada siapa saja
yang batinnya masih bergantung dengan selain Allah, sedangkan ekstasi jenis kedua ada pada siapa saja yang hatinya hanya mencintai Allah. Kedua, pada jenis
ekstasi pertama pelakunya tertutup oleh hijab nafsi yang bersifat materi,
sedangkan bagi yang kedua tertutup oleh hijab qalbi yang bersifat samawi al-
Suhrawardi, 1966:193. Wajd ekstasi, dari segi tingkatan, merupakan derajat pertama bagi orang
yang mencapai kelas khusus al-khusush al-Sarraj, 1914:302. Proses wajd ini
bermula dari menghilangkan tabir, kemudian musyahadah kepada Allah disertai
pemahaman serta memperhatikan hal yang gaib dan bisikan sir, derajat fana’an
al-nafs. Dalam penggunaan syair munajat sebagai
wajd dari pada penggunaan Al- quran Muhammad Al-Ghazali menyebutkan tujuh alasan yang mendukung
efektivitas nyanyian syair jika dibandingkan dengan Al-Qur’an. Pertama tidak seluruh ayat Al-Qur’an itu sesuai dengan kondisi spiritual seorang
sufi sehingga tidak seluruh ayat efektif untuk membangkitkan
wajd ekstasi. Kedua Al-Qur’an itu lebih sering didengar, dan setiap sesuatu yang sering didengar itu akan
bertambah lemah pengaruhnya pada jiwa. Adapun syair, nyanyian dan sebagainya yang baru didengar sekali akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Ketiga syair
itu memiliki wazn yang dapat memengaruhi jiwa sehingga lebih efektif
dibandingkan dengan Alquran yang tidak memiliki wazn. Keempat masing
masing lagu itu memiliki pengaruh tertentu pada jiwa seseorang sesuai dengan karakter lagu tersebut. Dalam menyanyikan lagu, kadang kadang kata yang
Universitas Sumatera Utara
pendek harus dipanjangkan atau sebaliknya, kadang kadang dihentikan pada tengah lafal dan sebagainya. Ketentuan ketentuan ini tentunya tidak boleh
dilakukan dalam membaca Alquran. Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak memiliki pengaruh pengaruh yang dimiliki oleh lagu tersebut. Kelima, ritme memiliki
pengaruh tertentu pada jiwa pendengarnya, dan keduanya tentu tidak layak bagi Al-Qur’an. Keenam, Al Quran adalah kalam Allah dan sifatNya. Ia adalah hak
sehingga manusia tidak akan mampu menerima pengaruhnya Al- Ghazali,1991:325-328.
Dari keenam hal di ataslah yang menjadikan syair munajat sebagai salah satu wadah ekspresi bagi
sufi Tarekat Naqsyabandiah. Di samping menggunakan teks yang berbahasa Melayu sehingga mudah diterima arti dan isinya bagi jamaah,
keharuan kerap menghinggapi jiwa pendengarnya karena pencipta dan penulis munajat itu sendiri adalah seorang ulama yang saleh dan suci masih mendoakan
serta memohon pengampunan dan keberkatan kepada Allah agar masyarakat, kampung dan jamaah terhindar dari dosa dan bencana.
3.3.7 Ekspresi Estetika