Menurut Khalifah H. Akhyar Murni yang menjadi salah satu nara sumber penulis berkata bahwa “Nigah dasyat adalah merupakan syarat ketika berzikir,
bahwa ketika berzikir hendaklah menghentikan segala bentuk khayalan serta was- was. Apabila ada khayalan yang selain Allah terlintas didalam hati maka pada
waktu itu juga hendaklah ia menjauhkannya supaya khayalan ghairullah tidak
menduduki hatinya.” Hadhrat Maulana Syeikh Abul Hassan Kharqani Rahmatullah ‘alaih
pernah berkata, “Telah berlalu empat puluh tahun dimana Allah sentiasa melihat hatiku dan telah melihat tiada siapa pun kecuali DiriNya dan tiada ruang di dalam
hatiku selain dari Allah.” sumber Wikipedia Hadhrat Syeikh Abu Bakar Al-Qittani Rahmatullah ‘alaih pernah berkata,
“Aku menjadi penjaga di pintu hatiku selama empat puluh tahun dan aku tidak pernah membukanya kepada sesiapa pun kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala
sehingga hatiku tidak mengenali siapapun kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Seorang Syekh Sufi pernah berkata, “Oleh karena aku telah menjaga hatiku
selama sepuluh malam, hatiku telah menjagaku selama dua puluh tahun.” sumber Wikipedia
2.7.5.4 Yad Dasyat
Yad dasyat berarti mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan bersungguh-sungguh dengan
Zauq Wijdani sehingga mencapai Dawam Hudhur yakni kehadiran Zat Allah secara kekal dan berada dalam keadaan berjaga-jaga
memperhatikan limpahan Faidhz dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kesadaran
Universitas Sumatera Utara
ini diibaratkan sebagai Hudhur Bey Ghibat dan merupakan Nisbat Khassah
Naqsyabandiah. Yad Dasyat juga bermakna seseorang yang berzikir itu memelihara
hatinya pada setiap penafian dan pengitsbatan di dalam setiap nafas tanpa
meninggalkan Kehadiran Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta menghendaki agar Salik memelihara hatinya di dalam Kehadiran Kesucian Zat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala secara berterusan. Ini untuk membolehkannya agar dapat merasakan kesadaran dan melihat
Tajalli Cahaya Zat Yang Esa atau disebut sebagai Anwaruz-Zatil-Ahadiyah.
Menurut Khalifah Akhyar Murni “Yad Dasyat merupakan istilah Para Sufi bagi menerangkan keadaan maqom Syuhud atau Musyahadah yang juga
dikenal sebagai ‘Ainul Yaqin atau Dawam Hudhur dan Dawam Agahi. Di zaman
para Sahabat Ridhwanullah ‘Alaihim Ajma’in hal inilah yang disebut sebagai Ihsan”.
Jika Salik tidak memiliki ketiga-tiga sifat ini yaitu tetap mengingat Zat
Ilahi, beri’tiqad dengan ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan menuruti Sunnah Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ataupun meninggalkan salah satu
darinya maka dia telah keluar dari jalan Tarekat Naqsyabandiah.
2.7.5.5 Hosh Dar Dam
Hosh berarti sadar, dar berarti dalam, dan dam berarti nafas, oleh karena itu
hosh dar dam artinya sadar dalam nafas. Seseorang Salik itu hendaklah berada dalam kesadaran bahwa setiap nafasnya yang keluar dan masuk harus beserta
Universitas Sumatera Utara
kesadaran terhadap Kehadiran Zat Allah Ta’ala. Jangan sampai hati menjadi lalai dan lepas dari kesadaran terhadap Kehadiran Zat Allah Ta’ala. Dalam setiap nafas
hendaklah menyadari kehadiran ZatNya. Menurut narasumber Khalifah Selamat tuan Selamat bahwa,
“Seseorang Salik yang benar hendaklah menjaga dan memelihara nafasnya dari
kelalaian pada setiap kali masuk dan keluarnya nafas serta menetapkan hatinya sentiasa berada dalam Kehadiran Kesucian ZatNya dan dia hendaklah
memperbaharukan nafasnya dengan ibadah dan khidmat serta membawa ibadah ini menuju kepada Tuhannya didalam seluruh kehidupan, karena setiap nafas yang
dihirup dan dihembus adalah hidup dan berhubungan dengan Kehadiran ZatNya Yang Suci. Sebaliknya setiap nafas yang dihirup dan dihembus dengan kelalaian
adalah mati dan terputus hubungan dari Kehadiran ZatNya Yang Suci.” Demikian pula menurut beliau “Maksud utama seseorang
Salik di dalam Tarekat ini adalah untuk menjaga nafasnya dan seseorang yang tidak dapat
menjaga nafasnya dengan baik maka dikatakan kepadanya bahwa dia telah kehilangan dirinya.”
Lebih jauh Khalifah Selamat mengatakan bahwa, “Zikir adalah sentiasa berjalan di dalam tubuh setiap satu ciptaan Allah sebagai memenuhi keperluan
nafas mereka biarpun tanpa kehendak sebagai tanda ketaatan yang merupakan sebahagian dari penciptaan mereka. Melalui pernafasan mereka, bunyi huruf
‘Ha’ dari nama Allah Yang Maha Suci berada dalam setiap nafas yang keluar masuk
dan itu merupakan tanda kewujudan Zat Yang Maha Ghaib yang menyatakan Keunikan dan Keesaan Zat Tuhan. Maka oleh karena itu amatlah perlu berada
Universitas Sumatera Utara
dalam kesadaran dan hadir dalam setiap nafas sebagai langkah untuk mengenali Zat Yang Maha Pencipta.” Nama Allah yang mewakili semua ini berjumlah
Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nama, Sifat-Sifat Allah dan Af’alNya terdiri dari
empat huruf yaitu Alif, Lam, Lam dan Ha.
Dari pendapat diatas jelaslah bahwa Zat Ghaib Mutlak adalah Allah Yang Maha Suci lagi Maha Mulia KetinggianNya dan Diri-Nya dinyatakan
melalui huruf yang terakhir dari kalimah Allah yaitu huruf ha. Huruf tersebut
apabila dihubungkan dengan huruf alif akan menghasilkan sebutan ha yang
memberikan makna Dia Yang Ghaib sebagai kata ganti diri. Bunyi sebutan ha itu
menyatakan bukti wujud Zat Diri-Nya Yang Ghaib Mutlak Ghaibul Huwiyyatil
Mutlaqa Lillahi ‘Azza Wa Jalla. Huruf lam yang pertama bermaksud ta‘arif atau pengenalan dan huruf
lam yang kedua memiliki maksud muballaghah yakni pengkhususan. Menjaga dan memelihara hati dari kelalaian akan membawa
seseorang itu kepada kesempurnaan kehadiran Zat, dan kesempurnaan kehadiran Zat akan membawanya kepada kesempurnaan
musyahadah dan kesempurnaan musyahadah akan membawanya kepada kesempurnaan tajalli sembilan puluh
sembilan, nama-nama dan sifat-sifat Allah. Seterusnya Allah akan membawanya kepada penzahiran akan sembilan puluh sembilan nama-nama dan sifat-sifat Allah
dan sifat-sifatNya yang lain, karena dikatakan bahwa sifat Allah itu adalah sebanyak nafas-nafas manusia.
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih menegaskan bahwa hendaklah mengingati Allah pada setiap kali keluar masuk nafas dan di antara
keduanya yakni saat antara udara dihirup masuk dan dihembus ke luar dan saat
Universitas Sumatera Utara
antara udara dihembus ke luar dan dihirup masuk. Terdapat empat ruang untuk diisi dengan
zikrullah. Amalan ini disebut hosh dar dam yakni bezikir secara sadar dalam nafas. Zikir dalam pernafasan juga dikenali sebagai
paas anfas di kalangan ahli
Tarekat Chistiyah. sumber Wikipedia Tarekat ini dibina berasaskan nafas, maka adalah wajib bagi setiap orang
untuk menjaga nafasnya pada waktu menghirup nafas dan menghembuskan nafas. Seterusnya menjaga nafasnya pada waktu di antara menghirup dan
menghembuskan nafas.” Udara Masuk - Allah Allah Antara - Allah Allah Udara Keluar - Allah Allah Antara - Allah Allah.
Perlu diketahui bahwa menjaga nafas dari kelalaian adalah amat sulit bagi seseorang
salik. Oleh karena itu mereka hendaklah menjaganya dengan memohon
istighfar yakni keampunan karena memohon istighfar akan menyucikan hatinya dan mensucikan nafasnya dan menyediakan dirinya untuk menyaksikan
tajalli penzahiran manifestasi Allah Subhanahu Wa Ta’ala di mana pun berada.
2.7.5.6 Nazar Bar Qadam