Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah merupakan sumber asal bagi segala langkah.”
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata, “Jika kita memandang kesalahan sahabat-sahabat, kita akan ditinggalkan tanpa sahabat
karena tiada seorangpun yang sempurna.” sumber Wikipedia
2.7.5.7 Safar Dar Watan
Safar berarti menjelajah, berjalan atau berkunjung, dar berarti dalam dan watan berarti kampung. Safar dar watan bermakna berjalan jalan dalam kampung
dirinya, yaitu kembali berjalan menuju Tuhan. Seorang salik itu hendaklah
menjelajah dari dunia ciptaan kepada dunia Yang Maha Pencipta. Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Daku
sedang menuju Tuhanku dari suatu hal keadaan ke suatu hal keadaan yang lebih baik, dan dari suatu
maqom ke suatu maqom yang lebih baik.” Salik hendaklah berpindah dari kehendak hawa nafsu yang dilarang
kepada kehendak untuk berada dalam kehadiran Zat-Nya. Dia hendaklah berusaha meninggalkan segala sifat-sifat
basyariyah kemanusiawian yang tidak baik dan meningkatkan dirinya dengan sifat-sifat
malakutiyah kemalaikatan yang terdiri dari sepuluh
maqom yaitu: [1] taubat, [2] inabat, [3] sabar, [4] syukur, [5] qana’ah, [6] wara’, [7] taqwa, [8] taslim, [9] tawakkal, dan [10] redha.
Para masyaikh membagi perjalanan ini kepada dua kategori yaitu syair
afaqi yakni perjalanan luar dan syair anfusi yakni perjalanan dalam. Perjalanan luar adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain guna mencari seorang
Universitas Sumatera Utara
pembimbing rohani yang sempurna bagi dirinya dan akan menunjukkan jalan ke tempat yang dimaksudkannya.
Seseorang salik apabila dia sudah menemui seorang pembimbing rohani
yang sempurna bagi dirinya dilarang melakukan perjalanan luar lagi. Dalam perjalanan luar ini terdapat berbagai kesulitan, di mana seorang yang baru
mengikuti jalan ini pasti akan terjerumus ke dalam tindakan yang dilarang. Karena mereka lemah dalam menunaikan ibadah mereka.
Perjalanan yang bersifat dalam, hendaknya meninggalkan segala tabiat yang buruk dan membawa adab tertib yang baik ke dalam dirinya serta
mengeluarkan dari hatinya segala keinginan duniawi. Dia akan diangkat dari suatu maqom tingkatan yang kotor zulmat ke suatu maqom kesucian. Pada waktu itu
dia tidak perlu lagi melakukan perjalanan luar. Hatinya telah dibersihkan dan menjadikannya bening seperti air, jernih seperti kaca, bersih bagaikan cermin.
Lalu menunjukkannya hakikat setiap segala sesuatu urusan yang penting dalam kehidupan sehari-hari tanpa memerlukan tindakan yang bersifat luaran bagi
dirinya. Di dalam hatinya akan muncul segala yang diperlukan olehnya dalam kehidupan ini dan kehidupan orang orang yang berada di sekitarnya.
Khalifah Selamat tuan Selamat mengatakan bahawa “apabila hati tertakluk dengan sesuatu selain Allah dan khayalan yang buruk menjadi semakin
kuat maka limpahan Faidhz Ilahi menjadi sukar untuk dicapai oleh Batin. Oleh
karena itu dengan kalimah LA ILAHA hendaklah menafikan segala akhlak yang buruk itu sebagai contohnya bagi penyakit
hasad, sewaktu mengucapkan LA ILAHA hendaklah
menafikan hasad itu dan sewaktu mengucapkan ILLA ALLAH
Universitas Sumatera Utara
hendaklah mengikrarkan cinta dan kasih sayang di dalam hati. Begitulah ketika melakukan zikir
Nafi Itsbat dengan sebanyak-banyaknya lalu menghadap kepada Allah dengan rasa hina dan rendah diri untuk menghapus segala keburukan diri
hingga keburukan dirinya itu benar-benar terhapus. Begitu juga terhadap segala rintangan Batin, perlu disingkirkan agar mendapatkan
Tasfiyah dan Tazkiyah. Latihan ini merupakan salah satu dari tujuan
Safar Dar Watan.”
2.7.5.8 Khalwat Dar Anjuman