Khatam Khawajakan Khatam Tawajuh

ibadat dengan berkhalwat itu menurut para ahli tafsir, pada bulan Zulkaedah selama sebulan,dan ditambah lagi sepuluh hari pada bulan Zulhijah. Menurut Hadits Bukhari dan Muslim Muttafaq’alaihi, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda : “ada tujuh orang mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya kiamat 1. Pemimpin yang adil, 2. Seorang anak muda yang pada masa remajanya, beribadat kepada Allah, 3. Seorang laki laki yang hatinya tersangkut ke mesjid mesjid, 4. Dua orang laki laki yang berkumpul dan berpisah karena Allah, 5. Seorang laki laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan berparas elok untuk melakukan tindakan yang tidak senonoh tetapi menolaknya dan berkata “aku takut kepada Allah,” 6. Seorang laki laki yang bersedekah namun tangan kanannya disembunyikan sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diperbuat oleh tangan kanannya, 7. Seorang laki-laki yang berzikir kepada Allah ditempat sunyi berkhalwat, lantas kedua matanya mencucurkan air mata. Dalam Hadits ini diterangkan bahwa salah seorang yang akan mendapat naungan Allah nanti pada hari kiamat, adalah orang yang berzikir kepada Allah dengan berkhalwat.

2.7.3 Khatam Khawajakan

Khatam artinya penutup atau akhir. Khawajakan kata jamak berasal dari bahasa Persia, artinya Syekh-Syekh. Mufradnya khawajah artinya seorang Syekh. Universitas Sumatera Utara Zikir dengan cara berkhatam ini ialah sejumlah murid-murid duduk dalam satu majelis, berbentuk lingkaran, dengan dipimpin seorang Syekh yang duduk menghadap kiblat. Di sebelah kanannya, duduk khalifah-khalifah. Dengan susunan yang tertua khalifahnya di sebelah kanan Syekh. Dinamakan sistim ini dengan berkhatam, karena selesai zikir, Syekh akan meninggalkan majelis itu, maka ditutuplah dengan zikir zikir tertentu serta dilanjutkan dengan doa. Imam Abdul Khaliq Al-Fajduwani dan pemuka-pemuka Tarekat sampai kepada Syekh Bahauddin Naqsyabandi, sependapat bahwa barang siapa yang mengamalkan zikir-zikir dengan sistem berkhatam itu, niscaya semua hajatnya akan diperkenankan, terhindar dari berbagai bala, diangkatkan martabatnya dan akan menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah. Berkhatam ini termasuk paling baik dan paling afdhal baik zikir dalam Tarekat Naqsyabandiah, sesudah zikir ismu zat Allah dan nafi-itsbat La Ilaha Illallah. Roh roh Syekh Syekh akan membantu orang yang mewiridkannya.

2.7.4 Khatam Tawajuh

Menurut ajaran Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi Tuan Guru Babussalam Langkat 1811-1926, setiap penganut Tarekat Naqsyabandiah harus berkhatam tawajuh, baik ia sedang bersuluk maupun tidak. Adab ber khatam tawajuh itu adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. 2. Duduk tawaruk kebalikan dari duduk tawaruk duduk antara dua sujud dalam salat. Dalam satu majlis zikir yang berbentuk lingkaran dengan pintu tertutup. 3. Syekh atau mursyid duduk menghadap kiblat, didamping khalifah-khalifah. Yang tertua duduk disebelah kanan mursyid dan khalifah-khalifah lain disebelah kirinya. 4. Disediakan batu kerikil yang bersih sebanyak seratus sepuluh buah, dengan perincian seratus buah kecil kecil dan sepuluh buah lebih besar. Batu-batu itu dibagikan oleh petugas kepada setiap peserta. Petugas yang membagi-bagikan itu, harus orang yang tinggi tingkat zikirnya, seperti khalifah atau orang yang sudah mencapai tingkat tahlil. Batu yang sepuluh buah, enam diantaranya diletakkan disebelah kanan Syekh, empat buah di kirinya. Batu-batu kecil sebanyak dua puluh satu buah diletakkan di hadapannya. 5. Semua peserta menutupi kepalanya dengan serban atau sehelai kain, tunduk menekurkan kepala ke lantai, memejamkan mata dengan khusyu’ “konsentrasi” 6. Berkhatam dimulai dengan ucapan Syekh: ”Astaghfirullahal’azhim” sebanyak tiga kali, dan diikuti oleh peserta. a. Membaca Al-Fatihah sepuluh kali. Bacaan ini dilakukan oleh orang yang menerima pembahagian batu besar saja. b. Shalawat tujuh puluh sembilan kali. c. Membaca surat Alam Nasyrah tujuh puluh sembilan kali Universitas Sumatera Utara d. Membaca surat Al-Ikhlas seratus kali. Setiap orang membacanya sebanyak batu yang diterimanya. e. Shalawat lagi kepada Nabi SAW. bersama sama. f. Apabila Syekh menyebut, “robbal ‘alamin” maka seorang dari peserta membaca sepotong ayat Al-Qur’an. Selesai ber khatam, di tempat yang sama, para peserta melanjutkan aktivitasnya dengan zikir menurut tingkat yang telah ditentukan Syekh. Sekurang kurangnya lima ribu kali zikir ismu zat menyebut Allah dalam hati dengan kaifiat sepuluh. Adapun waktu berkhatam tawajuh itu adalah: 1. Sesudah salat Isya dan Subuh 2. Sesudah salat Ashar, berkhatam saja 3. Sesudah salat Zuhur tawajuh saja, kecuali hari Jum’at. Pada hari Jum’at berkhatam dan tawajuh.

2.7.5 Ideologi