hendaklah mengikrarkan cinta dan kasih sayang di dalam hati. Begitulah ketika melakukan zikir
Nafi Itsbat dengan sebanyak-banyaknya lalu menghadap kepada Allah dengan rasa hina dan rendah diri untuk menghapus segala keburukan diri
hingga keburukan dirinya itu benar-benar terhapus. Begitu juga terhadap segala rintangan Batin, perlu disingkirkan agar mendapatkan
Tasfiyah dan Tazkiyah. Latihan ini merupakan salah satu dari tujuan
Safar Dar Watan.”
2.7.5.8 Khalwat Dar Anjuman
Khalwat berarti bersendirian dan anjuman berarti khalayak ramai, maka pengertian dari
khalwat dar anjuman adalah bersendirian dalam keramaian. Dalam bentuk lahirnya,
salik bergaul dengan manusia dan dalam batinnya dia kekal bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Terdapat dua jenis khalwat yaitu khalwat luaran atau disebut sebagai
khalwat saghir yaitu khalwat kecil dan khalwat dalaman atau disebut juga sebagai khalwat kabir yaitu khalwat besar atau disebut sebagai jalwat. Khalwat luaran
bertujuan agar salik mengasingkan dirinya ke tempat yang sunyi dan jauh dari
kesibukan manusia. Secara bersendirian salik menumpukan aktivitasnya kepada
zikirullah dan muraqabah untuk mencapai penyaksian kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apabila sudah mencapai fana melalui zikir pikir dan
semua indera luaran difanakan, pada waktu itu indera dalaman bebas menilik ke alam kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal Ini akan
membawa kepada khalwat dalaman.
Universitas Sumatera Utara
Khalwat dalaman bermaksud berkhalwat dalam kesibukan manusia. Hati Salik hendaklah sentiasa hadir ke Hadhrat Tuhan dan hilang dari makhluk sedang
jasmaninya sedang hadir bersama mereka. Dikatakan bahwa seseorang salik yang
hak senantiasa sibuk dengan zikir khafi di dalam hatinya sehingga jika dia masuk
ke dalam keramaian manusia, dia tidak mendengar suara mereka lagi. Karena itulah dinamakan
khalwat kabir dan jalwat yaitu berzikir dalam kesibukan manusia. Keadaan berzikir itu mengatasi kesibukan dirinya dan penzahiran
Hadhrat Suci Tuhan sedang menariknya membuatnya tidak menghiraukan segala sesuatu yang lain kecuali Tuhannya. Ini merupakan tingkat
khalwat yang tertinggi dan dianggap sebagai
khalwat yang sebenar benarnya seperti yang dinyatakan dalam ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat 37:
Artinya: Para lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh
jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang
hati dan penglihatan menjadi goncang.
Rijalun la tulhihim tijaratun wala bay’un ‘an zikrillah, bermaksud para lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah.
Inilah yang merupakan jalan Tarekat Naqsyabandiah. Hadhrat Khwajah Shah Bahauddin Naqshband Qaddasallahu Sirrahu pernah dipertanyakan orang
mengenai apa yang menjadi asas bagi Tarekatnya? Beliau menjawab, “Berdasarkan
khalwat dar anjuman, yakni lahir berada bersama khalaq dan batin
Universitas Sumatera Utara
hidup bersama hak serta menempuh kehidupan dengan menganggap bahwa
khalaq mempunyai hubungan dengan Tuhan. Sebagai salik dia tidak boleh berhenti dari menuju kepada maksudnya yang hakiki.” Wikipedia
Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, pernah bersabda “Padaku terdapat dua sisi. Satu sisiku menghadap ke arah penciptaku
dan satu sisi lagi menghadap ke arah makhluk ciptaan.” Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Tariqatuna As- Suhbah Wal Khayru Fil Jam’iyyat.” Yang berarti, “Jalan Tariqah kami adalah
dengan cara bersahabat dan kebaikan itu dalam jemaah Jam’iyat.” sumber
Wikipedia Khalwat yang utama di sisi Para Masyaikh Naqsyabandiah adalah
Khalwat Dalaman, karena mereka sentiasa berada bersama Tuhan dan pada masa yang sama mereka berada bersama dengan manusia. Dikatakan bahwa seorang
yang beriman dapat bercampur gaul dengan manusia dan menanggung berbagai masalah dalam kehidupan ini lebih baik dari orang beriman yang menghindarkan
dirinya dari manusia. Khalifah Selamat tuan Selamat berkata, bahwa “
Salik pada awal perjalanannya mungkin menggunakan
khalwat luaran untuk mengasingkan dirinya dari manusia, beribadat dan
bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dia mencapai tingkat derjat yang lebih tinggi. Pada waktu itu dia
akan dinasihatkan oleh Syekhnya seperti yang dikutip dari kata-kata Sayyid Al- Kharraz Rahmatullah ‘alaih yaitu kesempurnaan bukanlah dalam memamerkan
karamah yang hebat tetapi kesempurnaan yang sebenarnya ialah dapat duduk
Universitas Sumatera Utara
bersama manusia, berjual beli, menikah dan mendapatkan zuriat, namun dalam
kesempatan itu sekali-kali tidak pernah meninggalkan Kehadiran Allah walaupun sesaat.”
Lebih jauh Khalifah Selamat mengatakan “jangan ada sekali waktu pun yang engkau tidak berzikir dan
bertawajjuh serta mengharapkan Kehadiran Allah Ta’ala dan bertemulah dengan manusia dan berzikirlah walaupun berada di dalam
keramaian dan sentiasa berjaga-jaga memperhatikan limpahan Allah.” Keadaan inilah yang dinamakan
Khalwat Dar Anjuman yaitu Kainun Haqiqat Wa Bainun Surat yakni hakikat dirinya berzama Zat Tuhan dan tubuh
badan bersama makhluk ciptaan Tuhan. Kedelapan asas Tariqat ini diperkenalkan oleh Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih dan menjadi
ikutan 40 empat puluh Tarekat yang lain dan hingga hari ini menjadi asas yang teguh untuk seorang hamba Allah kembali menuju kepada Tuhannya.
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaihi telah menerima kedelapan asas Tariqat ini dari Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani dan beliau telah
menambahkan tiga asas Tarekat yaitu Wuquf Qalbi, Wuquf ‘Adadi dan Wuquf
Zamani dan menjadikannya sebelas asas yaitu Hosh Dar Dam Khalwat Dar Anjuman; Yad Kard Yad Dasyat. Nazar Bar Qadam Safar Dar Watan; Baz Gasht
Nigah Dasyat..
2.7.5.9 Ajaran Dasar Syekh Muhammad Bahauddin Naqshband