Menghayati HAM sesuai Ajaran Yesus Releksi

131 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti berusaha membangun keterpaduan antar warga masyarakat dalam semangat cinta kasih dan perdamaian. Menegakkan keterpaduan dalam masyarakat merupakan sumbangan khas kelompok-kelompok agama. Bersama dengan orang beragama lain, dan orang-orang yang berkehendak baik, umat Kristen harus memperjuangkan keadilan dalam persaudaraan dengan semua orang. • Tulislah sebuah releksi tentang penegakan HAM di Indonesia sesuai ajaran Yesus. Rencana Aksi • Tulislah sebuah doa untuk perjuangan Gereja dalam menegakkan HAM • Tuliskanlah niat-niatmu untuk menghormati Hak Asasi Manusia sesamanya dalam hidup sehari-hari; mulai dari dalam keluarganya sendiri, di sekolah dan di masyarakat. Doa: Bapa yang Mahabaik, Semoga kami dapat memahami warta St. Paulus ini, “...apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat; dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah untuk meniadakan yang berarti, supaya jangan ada orang yang memegahkan diri di hadapan Allah”. Semoga kami dalam cahaya kasih-Mu ikut serta memperjuangkan tegaknya hak asasi manusia di dunia ini. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, sepanjang segala abad. Amin. TugasPengayaan Lakukan observasi dan melaporkan secara tertulis tentang hak-hak asasi manu- sia yang paling sering dilanggar di lingkungan sekitar kamu tinggal. 132 Kelas XI

C. Budaya Kekerasan Versus Budaya Kasih

Fenomena kekerasan di Indonesia kini menjadi budaya, yaitu budaya kekerasan .Menurut Prof. Dawam Raharjo, istilah “budaya kekerasan” adalah sebuah contradiction in terminis. Maksudnya adalah bahwa kekerasan telah menjadi perilaku umum. Sikap Gereja jelas menolak keras setiap tindakan kekerasan yang merendahkan martabat manusia. Yesus adalah tokoh teladan yang sempurna yang mengajarkan dan mempraktikan dalam hidup-Nya budaya kasih ketika mengalami kekerasan yang dilakukan oleh sesamanya sendiri, bangsa Yahudi. Doa: Bapa yang penuh kasih, Pada kesempatan ini, kami akan belajar tentang budaya kasih yang dapat mengatasi segala bentuk kekerasan yang terjadi dalam hidup kami. Bimbinglah kami ya Bapa, agar melalui pelajaran ini, kami pun semakin memahami ajaran Yesus tentang kasih dan melaksanakannya dalam hidup kami sesuai teladan Yesus Kristus. Amin.

1. Mengamati dan Menganalisis Konlik dan Kekerasan di Tanah Air

• Cobalah diskusikan bersama temanmu, tentang apa makna konlik dan kekerasan. Ungkapkan apa pemahamanmu dan pemahaman temanmu tentang konlik dan kekerasan yang biasa terjadi diindonesia. • Selanjutnya, simaklah cerita kehidupan seorang Pastor berikut ini Pastor John Djonga Berjuang di Tanah Konlik Kasus kekerasan di Papua belum juga surut. Dalam beberapa bulan belakangan ini, penembakan terhadap warga sipil mau pun militer kembali terjadi. Di tengah situasi politik dan keamanan yang tak menentu, John Djonga melepas jubah pastornya. Ia ikut berjibaku bersama warga Papua memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Kampung kecil Hupeba terletak sepuluh kilometer dari pusat Kota Wamena, Jayawijaya, Papua. Pastor John sapaannya tinggal di sebuah rumah papan sederhana. Di tepi Sungai Baliem dan dikelilingi pegunungan. Udara pagi yang menusuk tulang, tak menghalangi lelaki, Pastor John memeriksa pekarangan yang ditanami aneka pohon. Ia juga berternak ayam dan ikan. Menginjak usia 54 tahun, Pastor John sudah menghabiskan setengah hidupnya di Bumi Cendrawasih. Berpindah dari satu desa ke desa yang lain memberikan pengharapan kepada masyarakat. Sosoknya dikenal peduli persoalan kemanusiaan. 133 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Berkat sepak-terjangnya ia mendapatkan penghargaan HAM, Yap hiam Hien tahun 2009. Setelah selesai memeriksa tanaman dan ternaknya, lelaki asal Flores, Nusa Tenggara Timur itu menghidupkan sepeda motor. Bersiap ke Kota Wamena membela kasus para pedagang buah pinang yang tersingkir. Orang Papua memiliki kebiasaan mengunyah buah pinang, mirip seperti kebutuhan minum air putih setiap hari. “Ada sekitar 30 mama janda yang jual pinang, keluhannya satu saja: Pater, kenapa kami baru jual satu kilogram pinang, tetapi kenapa pendatang ini, yang pengusaha besar, mereka juga jual pinang. Ini kami sulit bergerak, karena modalnya ada, kami tidak. Lalu kami mau apa?,” tuturnya. Berjaket hitam dan celana pendek Pastor John meluncur dengan sepeda motor sport kesayangannya. Di tengah perjalanan, ia sempat cerita tentang aktivitasnya membela warga kampung Hupeba. Kata dia pihak TNI selalu awasi gerak-geriknya. “Mereka sudah pantau kegiatan saya setiap hari. Mereka suka tanya dengan anak- anak yang tinggal bersama saya. Kalau buat pertemuan itu, tentang apa? Jadi seperti dulu mereka memantau saya,” ceritanya. • Diancam dibunuh Tahun 2007, saat berjibaku dengan warga di perbatasan, Kabupaten Keerom, lelaki bertumbuh tambun ini pernah mendapat ancaman dari aparat militer. Ia akan dikubur di kedalaman 700 meter. Sebabnya, Pastor John kerap menyuarakan hak-hak warga setempat yang terintimidasi dengan penyisiran aparat militer yang mencari anggota OPM dengan senjata lengkap. Ia sempat protes kepada militer karena pernah salah tembak warga sipil hingga tewas. “Di sana juga saya berhadapan dengan cara pandang militer, polisi, yang sampai saat saya juga dituduh Pastor OPM. Tapi sudah, saya pikir, bagaimana supaya OPM dan TNI tidak terjadi serang-menyerang, bunuh-membunuh, tembak-menembak, maka pendekatan pastoral yang saya pakai. Walau pun TNI atau OPM-nya dari Islam, tapi ketika kita omong tentang kemanusiaan, saya pikir, tidak ada batas lagi,” tegasnya. Setibanya di Kota Wamena. Di tepi jalan perempuan setempat yang disebut mama- mama penjual buah pinang berbaris di depan meja papan dagangan mereka. Tak jauh dari sana pertokoan besar menjual buah serupa. Pastor John menghampiri salah satu dari pedagang, Selira Wenda.“Saya Pater John, yang kali lalu suruh Lidia Seiep, Dorkas Kossay untuk cek mama-mama. Apa perasaan mama-mama selama ini? Ada dukungan dari pemerintahkah jual pinang ini? Terus kami kumpulin itu tanya nanti kita mau ketemu dengan DPR. Ngomong saja. Jangan takut. Menurut mama bagaimana?” ucapnya. Selira menjawab, ”Sekarang mereka, ruko-ruko itu banyak juga. Tapi mereka tak tahu, kami ini orang Papua, tak beri bantuan. Kita maunya dikasih bantuan, kasih modal saja boleh…” Kedatangan Pastor John mengundang perhatian para pejalan kaki. Di antaranya, John Wenda, “Tak pernah ada bantuan dari pemerintah. Ini usaha ibu-ibu, bawa