Tindakan Preventif untuk Mencegah Tindakan Pengguguran Kandungan

141 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Tugas: Kliping berita dari media cetak atau elektronik tentang kasus aborsi, kemudian berikan pesanmu. 142 Kelas XI

E. Bunuh Diri dan Euthanasia

Hidup manusia mempunyai nilai yang istimewa karena sifatnya yang pribadi. Bagi manusia, hidup biologis adalah ‘masa hidup’, dan tak ada sesuatu ‘yang dapat diberi- kan sebagai ganti nyawanya’ lih. Mrk 8: 37. Dengan usaha dan rasa, dengan kerja dan kasih, orang mengisi masa hidupnya dan bersyukur kepada Tuhan bahwa ia ‘boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan’ lih. Mzm. 56: 14. Doa: Bapa yang penuh kasih, Bimbinglah kami dalam pelajaran ini agar memahami makna hidup yang Engkau berikan kepada kami dan berusaha menghargai kehidupan sesuai ajaran dan teladan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, sang Juruselamat kami. Amin

1. Mengamati dan Mendalami Kasus Bunuh Diri dan Euthanasia

Simaklah artikel berikut ini Bunuh Diri “Kalau kamu menjauh dariku, aku akan bunuh diri.” SMS itu dikirimkan seorang perempuan kepada kekasihnya. Ia ingin meneguhkan betapa berartinya sang kekasih bagi hidupnya. Ia rela kehilangan nyawa, ia rela bunuh diri demi sang kekasih. Cukupkah alasan itu untuk bunuh diri? Bisa cukup, bisa juga tidak. Yang jelas, tiap orang punya alasan tersendiri untuk mengakhiri hidupnya. Secara historis, bangsa ini tak punya budaya hara kiri seperti bangsa Jepang. Namun, pada kenyataannya, sebagaimana diberitakan oleh Rakyat Merdeka, 50 Ribu Orang Indonesia Bunuh Diri Tiap Tahun, Rabu, 101007: Angka bunuh diri di dunia makin meningkat setiap tahun seiring peningkatan jumlah gangguan jiwa. Di Indonesia, jumlah yang bunuh diri setiap tahun mencapai 50 ribu orang. Dosen Kesehatan Mental Universitas Trisakti Ahmad Prayitno mengatakan, sebanyak 50 ribu orang Indonesia bunuh diri tiap tahunnya. Jumlah itu sama dengan jumlah penduduk yang meninggal akibat overdosis psikotropika dan zat terlarang. Prayitno menjelaskan, Indonesia memiliki banyak faktor gangguan jiwa penyebab bunuh diri. Jumlah pengangguran yang mencapai 40 juta orang, kemiskinan, kesulitan ekonomi, mahalnya biaya hidup, penggusuran, lingkungan psikososial yang parah, kesenjangan yang begitu besar, pekerja migran dan pasien gangguan mental tidak tertangani secara optimal mudah memicu gangguan jiwa. Menurut berita Kompas.com 5 Januari 2011, Lima Orang Diduga Bunuh Diri, Ketua Program Studi Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi 143 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Muluk, mengatakan seseorang dengan kondisi mental tertentu dan kebetulan ditimpa masalah berat bisa tiba-tiba berpikir untuk mengakhiri hidupnya: “Saat pikiran itu ada, muncul pula pikiran cara-cara bunuh diri yang efektif. Mungkin saat itulah kasus bunuh diri mengilhaminya,” kata Hamdi. Dengan gencarnya berita tentang kasus bunuh diri di media massa, pernyataan Hamdi Muluk memang ada benarnya. Kompas.com 5 Januari 2011 memuat berita Awas, Bunuh Diri di Mal Jadi Tren, pada 4 Januari 2011 Iwan, tamu hotel Boutique di Jl. S. Parman, melompat dari lantai 9. Pada hari yang sama, Hendrik Cendana, pemilik bengkel dinamo di Jl. Kerajinan, melompat dari lantai 3 gedung Gajah Mada Plaza. Bila Iwan hanya mengalami luka-luka, Hendrik tewas dengan kepala pecah. Sehari sebelumnya, Agus Sarwono, pegawai Tata Usaha SMP swasta, melompat dari pusat perbelanjaan Blok M Square. Agus tewas mengenaskan. Apa yang mendorong orang untuk bunuh diri? Menurut pengamatan saya, korban merangkap pelaku berasal dari setiap strata sosial, mulai dari pengangguran sampai kalangan berduit. Laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak. Berpendidikan, dan kurang berpendidikan. Alasannya macam-macam, seperti diungkap oleh dosen Trisakti Ahmad Prayitno di atas, sampai hal-hal yang bagi orang lain nampak sepele seperti patah hati, tidak naik kelas, takut dimarahi orang tua, bahkan karena protes gara-gara dagangannya disita polisi seperti yang terjadi di Tunisia; Muhammed Bouazizi, 26 tahun, sarjana komputer karena situasi ekonomi yang sulit di Tunisia terpaksa jadi pengasong buah dan sayur. Tanggal 17 Desember 2010 yang lalu, dagangannya disita polisi. Bouazizi protes, dagangannya adalah satu-satunya sumber penghidupannya. Ia protes dengan cara membakar diri. Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, Bouazisi meninggal tanggal 4 Januari 2011. Protesnya itu akhirnya menjungkalkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari kursi yang sudah didudukinya selama 23 tahun. Bila penyebab Bouazizi bunuh diri adalah protes atas kesewenang-wenangan penguasa ditambah tekanan ekonomi, nampaknya tidak demikian di Jepang. Negeri yang sempat porak poranda akibat perang dunia II itu, telah tumbuh menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia, dan rata-rata penduduknya hidup berkecukupan. Lantas, apa pasal banyak rakyatnya yang bunuh diri? Jepang, pada 2010 mencatat angka bunuh diri sebanyak 31.560 orang. Urutan pertama ditempati Tokyo dengan jumlah 2.938 orang; disusul Osaka sebanyak 2.031 orang dan Kanagawa sebanyak 1.810 orang. Tingginya angka bunuh diri yang terus meningkat selama 13 tahun sampai membuat Pemerintah Jepang menugaskan NPA Kepolisian Nasional Jepang untuk menyelidiki penyebab aksi bunuh diri. Kerasnya persaingan hidup di Jepang dan harga diri yang dijunjung tinggi kerap dituding menjadi biang keladi pemicu bunuh diri. Zaman dahulu, seorang samurai lebih baik melakukan seppuku daripada hidup menanggung malu. Kemudian, ketika Jepang memutuskan menyerah pada Sekutu semasa perang dunia II, banyak tentara Jepang yang memilih bunuh diri daripada menyerah kepada musuh. Tahun 1995, Wakil Walikota Kobe, bunuh diri karena merasa gagal memulihkan kota Kobe pasca gempa bumi hebat tahun 1995. Tahun 2007, Menteri Pertanian Jepang, Toshikatsu Matsuoka, menggantung diri karena tersandung perkara korupsi.