Ajaran-Ajaran Kitab Suci tentang Panggilan dan Pilihan Tuhan untuk Menjadi Gembala Umat Hierarki

41 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki.” 19 Dan hal ini dikatakan- Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.” • Setelah menyimak teks Kitab Suci tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. a. Apa yang dapat kalian tangkap dari pengangkatan Petrus sebagai Gembala oleh Yesus dalam kisah tersebut? b. Mengapa Yesus memilih Petrus menjadi pemimpin umat-Nya? c. Mengapa tugas sebagai gembalapimpinan dikaitkan dengan kasih? d. Bagaimana hubungan cerita Kitab Suci ini dengan cerita tahbisan Uskup yang sudah disampaikan tadi?

3. Ajaran Gereja tentang Hierarki Gereja Katolik

Simaklah artikel-artikel berikut ini. Aneka Pelayanan “Untuk menggembalakan dan senantiasa mengembangkan umat Allah, Kristus Tuhan mengadakan dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannya kesejahteraan seluruh Tubuh. Sebab para pelayan, yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka, supaya semua yang termasuk Umat Allah, dan karena itu mempunyai martabat kristiani sejati, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan. Mengikuti jejak Konsili Vatikan I, Konsili suci ini mengajarkan dan menyatakan, bahwa Yesus Kristus Gembala kekal telah mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para Rasul seperti Ia sendiri di utus oleh bapa lih. Yoh 20:21. Para pengganti mereka yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Namun supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Ia mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dan dalam diri Petrus itu Ia menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. Ajaran tentang penetapan, kelestarian, kuasa dan arti Primat Kudus Imam Agung di Roma maupun tentang Wewenag Mengajarnya yang tak dapat sesat, oleh Konsili suci sekali lagi dikemukakan kepada semua orang beriman untuk diimani dengan teguh. Dan melanjutkan apa yang sudah dimulai itu Konsili memutuskan, untuk menyatakan dan memaklumkan dihadapan mereka semua ajaran tentang para Uskup, pengganti 42 Kelas XI para Rasul, yang beserta pengganti Petrus, Wakil Kristus dan Kepala Gereja semesta yang kelihatan, memimpin rumah Allah yang hidup. Lumen Gentium artikel 18 Kolegialitas Dewan para Uskup Seperti Santo Petrus dan para Rasul lainnya atas penetapan Tuhan merupakan satu Dewan para Rasul, begitu pula Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, bersama para Rasul, merupakan himpunan yang serupa. Adanya kebiasaan amat kuno, bahwa para Uskup di seluruh dunia berhubungan satu dengan lainnya serta dengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai, begitu pula adanya Konsili-Konsili yang dihimpun untuk mengambil keputusan-keputusan bersama yang amat penting, sesudah ketetapan dipertimbangkan dalam musyawarah banyak orang, semua itu memperlihatkan sifat dan hakekat kolegial pangkat Uskup. Sifat itu dengan jelas sekali terbukti dari Konsili- konsili Ekumenis, yang diselenggarakan disepanjang abad-abad yang lampau. Sifat itu tercermin pula pada kebiasaan yang berlaku sejak zaman kuno, yakni mengundang Uskup-Uskup untuk ikut berperan dalam mengangkat orang terpilih baru bagi pelayanan Imamat agung. Seseorang menjadi anggota Dewan para Uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hirarkis dengan Kepala maupun para anggota Dewan. Adapun Dewan atau Badan para Uskup hanyalah berwibawa bila bersatu dengan Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai Kepalanya, dan selama kekuasaan Primatnya terhadap semua, baik para Gembala maupun para beriman, tetap berlaku seutuhnya. Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai Wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja; dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas. Sedangkan Badan para Uskup, yang menggantikan Dewan para Rasul dan tugas mengajar dan bimbingan pastoral, bahkan yang melestarikan Badan para Rasul, bersama dengan Imam Agung di Roma selaku Kepalanya, dan tidak pernah tanpa Kepala itu, merupakan subjek kuasa tertinggi dan penuh juga terhadap Gereja; tetapi kuasa itu hanyalah dapat dijalankan dengan persetujuan Imam Agung di Roma. Hanya Simonlah yang oleh Tuhan ditempatkan sebagai batu karang dan juru kunci Gereja lih. Mat 16:18-19, dan diangkat menjadi Gembala seluruh kawanan-Nya lih. Yoh 21:15 dsl.. Tetapi tugas mengikat dan melepaskan, yang diserahkan kepada Petrus lih. Mat 16:19, ternyata diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan Sumber: zimbio.com Gambar 3.3